Chapter 31 - Michael?

1155 Words
Baku hantam terjadi. Tentu saja. Entah apa yang dilakukan Ainsley sedetik yang lalu, saking cepatnya, namun kini Michael harus sesekali menudnuk untuk menghindari serangan dua pria berotot besar dihadapannya. Tahu bahwa ada seseorang yang berniat menghajarnya dari belakang, pria itu menggerakan sikunya keras hingga melesak ke ulu hati pria dibelakangnya. Namun sialnya, pria yang ada didepannya tadi berhasil memukul sisi kepalanya menggunakan botol hingga hancur berkeping keping. Michael hanya bisa menggunakan lengannya untuk menahan sembari menghela nafas nyeri. Indra penciumannya membau. Dirinya menatap cairan yang membanjiri sisi kanan tubuh dan kepalanya hingga terjatuh ke lantai. Bau yang sudah tak asing untuk siapapun yang ada di dunia ini. Bensin. Ainsley disisi lain tengah sibuk mencekik leher salah satu lawannya dengan lengan, menendang kedua pria dibelakangnya dengan kaki jenjangnya. Kekehan keluar dari bibir tipisnya. Pertarungan tidak adil. Sudah biasa memang dikalangan mereka untuk melakukan segala hal yang bisa menuntaskan misi mereka tanpa peduli apakah caranya kotor atau bersih. Toh bisnis seperti ini memanglah bisnis kotor. Sedangkan pria sialan yang menjadi tujuan utama Ainsley dalam membunuh kali ini hanya menatap dari kejauhan sembari menghirup rokoknya kesekian dengan santainya. Gadis itu nampak membenturkan kepala salah satu yang ada disana, memutar kepala orang yang tadi ia cekik seratus delapan puluh derajat, sehingga urat urat dan sobekan daging di lehernya terlihat. Tak lama, ia menendang salah satu pria yang ada disisi kirinya dengan cepat, membenturkan kepala pria itu pada kepala lain yang sudah tergeletak entah hanya pingsan atau tak bernyawa. Tampaknya benturan tadi cukup membuat pria itu mengaduh hingga pingsan dengan darah yang mengalir di bola matanya. Sisa sampah lainnya sedikit terperanjat kaget. Mencoba memukul gadis mungil itu namun tangan kanannya beberapa detik kemudian patah, melayangkan tendangannya namun yang ia dapatkan hanyalah benturan di kepalanya akibat kaki yang terhantam tendangan sekaligus sisa pecahan kaca. “Hey t***l, biar aku kasih tahu sesuatu” Ainsley sedikit berjongkok, mencengkram kedua pipi pria tadi kemudian menggoyangkannya pelan. “Jika lawanmu memiliki kemampuan bela diri yang baik, jangan pernah melayangkan tendangan tanpa pijakan” kekehnya lucu. “benar benar i***t” Ah ayolah.. gadis itu saja yang memang terlalu gila. Michael dengan sigap menekuk lututnya dan menurunkan tubuhnya sedikit kebelakang selama beberapa detik ketika ia melihat bahwa si b******n yang diincar Ainsley mulai ikut bermain main. Pria tinggi besar itu menghampirinya dengan tergesa gesa, Michael memutuskan untuk memukulinya sembari kedua tangannya aktif untuk menahan serangan. Michael dengan cepat menahan tangan si b******n tua ini ketika hendak memukulnya dengan ujung senapan, memelintirnya kemudian menendangnya kuat hingga pria itu sedikit terhempas kebelakang dan jatuh pada bangku bangku besi yang menjadi ornamen penghias taman didepan lab. “Dia milikku, b******k” Ainsley yang sibuk menancapkan pisau pisau penuh darah pada mata anjing anjing tadi terkekeh namun geram disaat yang bersamaan. Tak habis pikir dengan julukan ‘malaikat panti asuhan’ yang katanya dahulu disematkan pada Michael namun tindakannya selama ia mengenalnya amat sangat diluar dugaan. Sepertinya terlalu lama terkurung di penjara sinting akan membuat siapapun sinting. Bahkan jika debu memiliki nyawa, semua partikel debua yang ada disana akan memohon kepada tuhan untuk diambil saja nyawanya dibandingkan harus hidup didalam sana. Bajingan tua tadi, dengan tangan memegang rusuk kanan yang terkenan besi pegangan kursi, bangun secara tertatih sembari meludahkan darahnya. “Kau... boleh juga” Michael ikut berdecih mremehkan. “Kau yang tak tahu apa apa tentangku”. Dijawab seperti itu membuatnya menerjang dengan cepat. Michael yang tak siap terpelanting mundur hingga punggungnya menabrak tempat sampah kemudian terjatuh begitu saja. Pria tadi mengeluarkan senapannya, menembakan secara beruntun kearah manapun agar pria dan wanita dihadapannya itu mati dengan cepat. Ainsley yang baru saja menggorok perut sebelah kanan salah satu anak buah si b******n tiba tiba tertawa bahagia. Tak lagi peduli dengan kerasnya suara yang ia keluarkan. Toh tembakan yang dilontarkan sudah pasti akan memancing penjaga dari sayap lain menuju kearah mereka. Teriakan terikan ini.. Dentuman senjata ini.. Semua suara itu bagaikan melodi yang indah ditelinga Michael. Matanya menatap tajam kesekeliling, bibirnya ia jilat penuh dengan air liur yang ia teguk bak kehausa akan darah. Ia melihat Ainsley sedikit menyeret mayat dari tangan kanan si bos yang sudah tak berbentuk. Seakan akan menyodorkannya pada si pemilik bahwa gadis itu berhasil mengancurkan mainan kesukaannya.  Tubuh tak bernyawa itu dijatuhkan begitu saja. Genangan darah yang berasal dari anjing penjilat itu mengenang mengenai sepatu barunya. Kini, dua lawan satu. Satu satunya musuh yang merupakan target utama Ainsley mulai menampakkan wajah serius bertarung. Seakan melupakan Michael. Kedua orang yang kini sudah menjadi musuh bebuyutan itu nampak ingin menghabisi satu sama lain. Ainsley melirik dengan maksud bahwa pria itu diam saja, gadis itu ingin menghabisi si k*****t satu ini dengan tangannya sendiri. Yang diberi perintah hanya menurut –mungkin- toh dirinya hanya diam dengan raut wajah yang tidak dapat dijelaskan. Lagi dan lagi, suara tembakan tak terelakan. Si b******n ini kembali menembak asal sekitarnya, tak peduli jika mungkin ada anak buahnya yang masih hidup, harus mati karenanya. Ia tertawa histeris. Lelaki itu mengayunkan kedua senapannya secara bersamaan. Ainsley- dengan kemampuan menangkis peluru menggunakan pisaunya masih belum hilang- dengan tiba tiba berusaha menghujam kerongkongan menjijikan itu menggunakan pisau kesayangannya. Yang menjadi target kemudian melakukan roll ke belakang ketika melihat sebilah pisau bermata tajam mengarah padanya, kemudian menembakkan beberapa buah peluru sisa yang sialnya hampir menusuk mata kiri Michael. Sedikit. Sedikiitttt lagi peluru itu bisa menggores pelipisnya. Namun untungnya hanya lewat dan mengenai pohon dibelakangnya. Ainsley yang baru saja akan menghembuskan nafas lega, menjadi tercekat ketika Michael mendekati mereka berdua dengan mata yang seakan menggelap. Seakan tak lagi memiliki kekuatan, pria yang tadi berhadapan dengan Ainsley terdiam dengan badan yang bergetar. Michael nampak menjambak rambut pria itu, kemudian perutnya ia injak kuat kuat. “Jadi.. tuan yang terhormat” tatapan lembut Michael pada biasanya sudah hilang tak bersisa. “Kau menyakitiku, huh?” Michael semakin kuat menginjak perut pria yang kini ada dibawah kakinya. “Lucu sekali” kekehnya seram. “Aku amat tak suka jika ada seseorang yang mencoba bertindak lebih hebat dariku” mulutnya yang tadi datar kini melebar, membuat senyuman joker yang semakin lama semakin lebar. Ainsley ketakutan, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana Michael tertawa kencang dengan senyuman amat sangat lebar namun mata melotot dan tangan mengambil botol yang tak jauh dari sana. Botol yang tadi digunakan oleh salah satu anak buah anjing ini untuk menyakiti kepalanya. Botol berisikan bensin yang kebetulan menggelinding tepat di samping kakinya. Pria itu dengan kesetanan memaksa korbannya untuk meneguk cairan keras itu. Lalu- “AARGHHHHH” Menyempatkan diri menghidupkan korek api milik korbannya dan memasukkan korek api menyala tersebut kedalam mulutnya yang bahkan masih memiliki sisa bensin di luar tenggorokannya. Membiarkan pria itu mencoba melepaskan kepalanya dari genggaman Michael serta menonjok perutnya sendiri demi mengeluarkan bensin bensi tadi. Tawa Michael semakin mengeras. Ainsley yang semakin ketakutan menarik paksa Michael untuk menjauh dari sana. Tangannya mengatup wajah pria dihadapannya itu meskipun si empunya wajah memberontak dan ingin kembali kehadapan anjing sialan tadi. “Kau.... kau bukan Michael”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD