bc

Second Wife

book_age18+
9.8K
FOLLOW
89.3K
READ
billionaire
CEO
drama
like
intro-logo
Blurb

Yuna Delofa menyanggupi permintaan dari wanita paruh baya untuk menikah dengan anaknya. Atas nama balas budi.

Seorang pengusaha yang sukses. Namun bersikap dingin kepada orang, yang tidak dianggap penting dalam hidupnya.

Ternyata ada rahasia besar, yang tidak Yuna ketahui. Sanggup kah ia mempertahankan rumah tangganya bersama Reynard? yang diawali dengan kebohongan itu, atau ia akan berbalik arah?

chap-preview
Free preview
Awal
Seorang gadis terlihat berjalan tertatih saat kaki jenjangnya berjalan seharian ini. Menelusuri setiap gedung kantor, pusat perbelanjaan, restauran ataupun cafe telah ia datangi. Sayang, tidak ada satu pun yang membuka lowongan pekerjaan untuknya. Gadis yang berusia dua puluh tahun itu, memilik tinggi badan semampai, bermanik mata kecoklatan. Kulit putih bersih dan rambut hitam coklat bergelombang. Hanya menyandang tamatan sekolah menengah atas. Dan hendak mencari sebuah pekerjaan. Sebab, seminggu yang lalu dia dipecat dari tempat kerjanya disebuah cafe. Rekan kerjanya berhasil membuat dia dikeluarkan dari sana. Dia dituduh telah menyabotase CCTV. Agar tidak dapat diketahui siapa orang yang telah mencuri uang di kasir. Saat itu gadis yang bernama Yuna Delofa bertugas di kasir tersebut. Dengan terpaksa Yuna keluar dari sana. Walau sebenarnya, bukanlah dia si pencuri itu. Namun, semua bukti mengarah kepadanya. Saat pemilik Cafe menggeledah tasnya. Dan ditemukan sejumlah uang. Yang diyakini Yuna itu bukanlah uang miliknya. Yuna lebih memilih untuk dipecat. Dari pada ia harus mendekam dibalik jeruji besi. Kalau dia berada di sana, terus siapa lagi yang akan merawat sang mama. Yang tengah sakit-sakitan. Ayah Yuna telah lama meninggal. Saat ia berusia 16 tahun. Masih menduduki sekolah menengah atas. Dan kini, Yuna juga belum siap jika suatu saat nanti, sang maha kuasa mengambil kembali mamanya. Maka dari itu, jika bukan dia yang bekerja, lalu siapa lagi? Dialah yang menjadi pengganti tulang punggung bagi mamanya. Yuna mendekati sebuah kursi, berada didekat sebuah pohon besar rindang. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi tersebut. Wajah lelahnya melengkapi kurang beruntungnya dia hari ini. Meletakan kertas berwarna coklat itu disebelah sisinya. Melepaskan dari tangan yang sedari tadi ia genggam. Tangan Yuna bergerak cepat membuka tutup minuman, lalu meneguknya perlahan. Menikmati setiap tegukan yang berhasil lolos dari kerongkong. "Gluk...Gluk..Gluk" "Ah.." Suara itu begitu saja lolos dari mulutnya. Ternyata seharian ini ia berjalan, bener-benar membuat dia haus. Air mineral itu cukup membuat tenggorokannya basah kembali. Yang tadinya kering karena menahan haus. Ia meletakan kembali botol minuman. Dan meraih kembali kertas coklat disebelahnya itu. Manik matanya memandangi dengan lekat. Kemudian beralih pandangan lurus kedepan. Dahi yang dikerutkan,wajah yang terlihat kusut. Sudah dapat di gambarkan, jika gadis itu tengah bersedih. Bersedih, namun tidak mengeluarkan air matanya. Sebab, dihatinya sudah diwakilkan terlebih dahulu. Sebisa mungkin ia tahan. Sangat tidak mungkin jika dia menangis disebuah keramaian. 'Kemana lagi aku harus mencari pekerjaan. Aku tidak mungkin terus menerus mengandalkan duit tabungan. Yang ada bakalan habis! Semoga saja hidup itu orang gak bakalan selamat. Memfitnah orang seenaknya.' Yuna menghembus nafas. Menggerutui orang yang membuat dia dipecat dari pekerjaannya. Yang sudah dua tahun ini, bekerja sebagai kasir. Dan membuat nasibnya harus berusaha lagi mencari pekerjaan. Yuna berusaha menenangkan pikirannya. Menarik napas sekali lagi, lalu membuangnya. Merogoh tas miliknya. Ia mengambil benda pipih didalam sana. Berharap ada notifikasi dari sahabatnya. Karena Yuna, telah berpesan kepada sahabatnya agar mau membantu dia mencarikan pekerjaan. Dan memberitahunya segara. Yuna melorotkan kedua bahunya kebawah. Seiring hembusan napas dan bibir yang ia kerucutkan itu. Ternyata tidak ada sama sekali notifikasi apapun di ponselnya. Dia mencoba meraih lagi botol minuman itu, meneguknya sampai tetesan terakhir. Sebelum kemudian ia beranjak dari kursi, membuang botol itu kedalam tempat sampah. Yuna kali ini memutuskan langkahnya untuk menyudahi petualangannya dalam mencari pekerjaan hari ini. Entah besok, dia akan mencobanya kembali *** Niko Delano mengedarkan pandangannya. Saat ia berada didalam cafe. Mencari seorang teman yang telah berada didalam sana satu jam yang lalu. Bola matanya menangkap seseorang yang dia cari disebelah pojok Cafe. Dengan segelas bir ditangannya. Yang tak lain ialah Reynard Permana. Seorang lelaki blasteran Indonesia-Thailand. Nampaknya lelaki itu tengah di rendung pemikiran kusut. Tentu saja Niko tau sebagai seorang teman dekat, hanya ke padanyalah laki-laki itu sedikit terbuka. Dia mendekati temannya itu." Rey, sorry aku datang telat!" ujarnya. "Tanpa kau ucapkan aku tau! jam kau, jam karet. Selalu tidak tepat waktu. Hanya saja...aku tidak suka menunggu. Kalau bukan dengan kau, aku malas terlalu lama di sini." Niko menepuk pelan bahu Reynard. "Kau mengerti baik tentang ku Rey. Begitu juga sebaliknya." Niko mengambil gelas berisi bir di tangan Reynard. "Sudahlah Rey, berhentilah! kau sudah terlalu banyak meneguk minuman ini!" Reynard meraih kembali gelas minuman bir itu." Sekali lagi saja! aku sudahi setelah ini." Niko menuruti permintaan Reynard. Membiarkan lelaki itu menghabiskan satu gelas terakhir minumannya. "Beri tahu aku, untuk apa kau menyuruh ku kesini?" Reynard menaiki satu sudut bibirnya. " Kapan kau menikah?" Niko terperangah, pertanyaan macam apa yang di tanyakan temannya itu. Menaikan alisnya, saat lelaki itu setengah tertawa. "Hahahhaha..Kenapa kau terkejut? Hahaha..Apa kau tidak ingin menikah?" Reynard bersuara."Menikahlah, agar kau tahu apa itu dari kesepian setelah menikah?" Niko berdecit. Dia tahu kemana arah pembicaraan lelaki itu." Sepertinya kau harus menentukan pilihan yang tepat rey. Putuskan satu pilihan. Agar kau tidak terus menerus seperti ini." "Pulanglah!! berpikir yang jernih. Atau perlu aku antar kau pulang!" Reynard kembali menyeringai."Tidak perlu! pengawal ku sudah banyak. Jika menambah kau sebagai pengawal ku, akan membuang-buang uang ku saja!" sela lelaki itu. Niko tidak mungkin meninggalkan temannya sendirian disana. Dalam keadaan mabuk, itu membahayakan dirinya berkendaraan. Niko mengusap layar ponselnya. Menghubungi salah satu pengawal Reynard. Sebab, lelaki itu tidak akan membiarkan pengawalnya mengikuti kemana dia pergi. Ketika dia butuh kesendirian ditempat itu. Dia hanya mendengarkan lelaki itu berbicara melantur. Tanpa membalas ucapannya. Dua orang lelaki berbadan tegap, kekar menghampiri Niko. Menundukkan kepalanya. "Bawalah Tuan mu pulang! aku rasa, dia terlalu banyak minum disini." Memberi perintah kepada pengawal Reynard. "Paksa dia! kalau tidak, akan terjadi sesuatu terhadapnya. Jika dia pulang dalam keadaan seperti ini, kalian mengerti!" lanjutnya. "Baik Tuan!!" Dua orang pengawal itu membawa Reynard pulang. Bersyukur dia tidak meronta. Itu akan memudahkan pengawal membawanya pulang. 'Aku sudah memperingatimu, Rey. Akan hubungan kalian. Tetapi aku rasa percuma, jika kau tidak pernah membuka mata mu!" Niko beranjak pergi dari cafe. Mengendari mobilnya menuju apartemen miliknya. Sesampainya dirumah, seorang pengawal bernama Erik membawa Tuannya ke kamarnya. Menidurkan diatas tempat tidur berukuran king size itu. Sepertinya lelaki itu sangat banyak meneguk minuman beralkohol. Sehingga membuat dia muntah beberapa kali. Dan berhasil membuat Erik kesal sebagai pengawalnya. Sebab, lelaki itu muntah tepat di baju Erik. Saat Erik hendak membopongnya keluar dari mobil. Dan membawanya masuk kedalam. Jika saja, itu bukanlah Tuannya, maka Erik sudah melayangkan bugam kepada lelaki itu. Jika itu dia lakukan saat ini, sama dengan menggali kuburannya sendiri. Erik keluar dari kamar Tuannya. Diantara yang lain, cuma dialah lelaki yang sangat dekat dengan Reynard, sebagai pengawal. Maka dari itu, dialah yang berhak membawa lelaki itu masuk kedalam kamar pribadinya. Lelaki yang sudah menginjak usia dua puluh sembilan tahun itu. Tengah terlelap dalam tidur nyenyaknya. Tidak lagi berbicara melantur. Duduk disebuah Cafe, dia tidaklah selalu ada disitu. Kecuali, ada yang membuat pemikirannya kacau. Dia paling tidak suka jika ada yang berbicara tentang istrinya. Memujinya, mengaguminya dan tubuhnya yang seksi jadi sanjungan dari lelaki lain. Itu istrinya, jadi hanya dia seorang yang boleh memandanginya, memujinya atau hal yang lain bersangkutan dengannya. Hanya dia yang berhak! hanya dialah!!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pengganti

read
304.0K
bc

Dia Suamiku

read
821.1K
bc

Istri Simpanan CEO

read
214.5K
bc

FINDING THE ONE

read
34.5K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
53.9K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
80.1K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook