DIMULAI

376 Words
BAB 58 – DIMULAI Di dunia yang mereka kuasai, hanya ada dua pilihan: mengendalikan atau dikendalikan. Dan di antara mereka, tidak ada yang rela menjadi pion. Lovania menyilangkan kakinya dengan anggun, jemarinya yang ramping memutar cincin berlian di jarinya. Tatapannya tajam, namun tetap berkelas—tidak terburu-buru, tidak mudah terpengaruh. Dia telah bertemu banyak pria dalam hidupnya, tapi Marco Maxdev adalah pengecualian. Dia bukan hanya pria berkuasa. Dia tahu bagaimana menggunakan kekuasaan itu. Marco menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatapnya seakan menelanjangi setiap pikiran di kepalanya. Dia menyukai bagaimana Lovania tidak pernah tergesa-gesa, bagaimana dia membiarkan keheningan berbicara lebih banyak daripada kata-kata. Namun, dia juga bukan pria yang suka menunggu terlalu lama. Marco: (Nada dalam, tenang, tetapi berbahaya.) "Jadi, Miss Valley, apa yang membuatmu yakin kau bisa memainkan permainan ini tanpa kehilangan kendali?" Lovania tersenyum tipis—senyum seorang wanita yang tahu persis kekuatannya. Lovania: (Nada santai, tetapi penuh kontrol.) "Kau salah paham, Marco. Aku tidak bermain. Aku menciptakan aturan." Mata Marco menyipit sedikit, ekspresi puas muncul di wajahnya. Marco: (Nada rendah, sedikit mengancam tetapi menggoda.) "Kau selalu begitu percaya diri. Tapi kau lupa satu hal, sayang..." Dia mendekat, jarak mereka semakin sempit, aromanya yang maskulin bercampur dengan aroma whiskey yang masih tersisa di gelasnya. Marco: (Dengan lirikan tajam.) "Aturan hanya berlaku selama aku mengizinkannya." Lovania tidak bergeming, bahkan sedikit pun. Dia justru menyandarkan punggungnya dengan anggun, seolah menikmati tantangan yang dilemparkan kepadanya. Lovania: (Nada lembut, tetapi menusuk.) "Kalau begitu, coba buat aku melanggarnya." Ketegangan di antara mereka hampir terasa di udara—sebuah tarik-menarik antara dua kekuatan yang sama-sama enggan tunduk. Marco menyeringai tipis, mengangkat gelasnya sebelum menyesap whiskey dengan tenang. Marco: (Nada santai, tetapi penuh makna.) "Hati-hati dengan tantangan yang kau lempar, Miss Valley. Aku tidak pernah kalah." Lovania tersenyum kecil, lalu berdiri dari tempat duduknya dengan gerakan anggun. Lovania: (Dengan lirikan tajam.) "Kau hanya belum bertemu lawan yang cukup kuat untuk menjatuhkanmu, Marco." Dia mengambil tasnya, melangkah menuju pintu tanpa sedikit pun terburu-buru, meninggalkan aroma parfum mewah yang menggoda. Sebelum membuka pintu, dia menoleh sekali lagi—tatapan terakhir yang cukup untuk membuat siapa pun kehilangan keseimbangan. Lovania: (Nada licin, tetapi tegas.) "Selamat malam, Mr. Maxdev. Sampai jumpa di ronde berikutnya." Marco menatap kepergiannya, senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Permainan baru saja dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD