PERMAINAN BERKELAS

371 Words
BAB 61 – PERMAINAN BERKELAS Suasana restoran tetap syahdu, dengan alunan musik klasik yang mengalir lembut di udara. Cahaya chandelier keemasan menciptakan pantulan eksklusif pada meja marmer di antara mereka. Lovania duduk dengan postur anggun, kakinya bersilang, dan jari-jarinya yang ramping bermain di tepi gelas anggurnya. Sementara Marco, dengan sikap santai namun penuh kendali, bersandar pada kursinya. Jas custom-made yang membalut tubuh atletisnya seakan mencerminkan eksklusivitas dirinya. Dia tidak hanya mengenakan kemewahan—dia adalah kemewahan itu sendiri. Marco: (Nada rendah, menghanyutkan.) "Kau tahu, Miss Valley… Kau memiliki sesuatu yang jarang dimiliki oleh wanita lain." Lovania mengangkat gelas anggurnya, menyesap sedikit sebelum meletakkannya kembali dengan elegan. Lovania: (Nada datar, tetapi menusuk.) "Dan kau berpikir bahwa aku akan terpesona dengan pujian klise seperti itu?" Senyuman Marco semakin dalam, matanya tidak bergerak sedikit pun dari wajah Lovania. Marco: (Nada santai, tetapi memikat.) "Tentu saja tidak. Kau bukan tipe wanita yang mudah dipengaruhi dengan kata-kata manis. Namun, bukan berarti aku tidak akan mencobanya." Lovania menyandarkan punggungnya ke kursi, kedua tangannya bersedekap, seolah ingin melihat seberapa jauh pria ini berani bermain. Lovania: (Nada penuh ironi.) "Silakan. Aku penasaran, Marco. Sejauh apa permainanmu bisa membawamu?" Marco menatapnya dengan intens, lalu meletakkan gelas whiskey-nya perlahan. Marco: (Nada rendah, dengan tekanan yang dalam.) "Aku tidak bermain, sayang. Aku membangun. Dan permainan hanya untuk mereka yang tidak cukup kuat untuk mengendalikan papan catur." Lovania tersenyum tipis. Lovania: (Nada menggoda, tetapi tajam.) "Lalu, apakah kau mengira aku hanya bidak dalam permainanmu?" Marco menggeleng perlahan, ekspresinya semakin gelap namun tetap menawan. Marco: (Nada dalam, dominan.) "Tidak, Lovania. Kau bukan bidak. Kau adalah ratu di papan ini. Tapi hanya ada satu raja yang bisa berdiri di sisimu." Lovania menahan napas sesaat, merasakan ketegangan yang semakin pekat di antara mereka. Ada sesuatu dalam caranya berbicara—bukan sekadar d******i, tetapi juga kepastian yang tidak bisa digoyahkan. Lovania: (Nada misterius.) "Menarik. Tapi aku tidak akan menyerahkan tahtaku semudah itu, Marco." Marco tersenyum, lalu meraih gelasnya kembali. Marco: (Nada lembut, tetapi tajam.) "Aku tidak mengharapkanmu untuk menyerah, sayang. Aku lebih menikmati ketika kau menantangku." Mata mereka bertemu, menciptakan tarian intens antara dua individu yang tidak terbiasa tunduk pada siapa pun. Malam itu, mereka tidak hanya bertukar kata. Mereka bertukar kekuatan. Dan permainan baru saja dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD