Bab 08

1061 Words
Mobil yang dikendarai Lee Yeol berhenti di depan kediaman keluarga Do. Hana turun lebih dulu dengan wajah masam, ia melirik sebentar ke arah Lee Yeol yang masih duduk di bangku kemudi sebelum berlalu masuk ke dalam rumah. “Hyung?” Sean yang kebetulan baru saja keluar dari rumah mengernyitkan dahinya begitu mendapati sang kakak baru saja keluar dari mobil yang sama dengan Hana. Hal yang sangat jarang terjadi. Lee Yeol hanya mau pergi bersama Hana jika diminta, itupun harus melalui beberapa paksaan sebelumnya. Tapi sepertinya keduanya baru saja pergi bersama beberapa saat lalu. “Apa yang kau lakukan di sini pagi-pagi begini?” tanya Lee Yeol dingin. Sebenarnya ia enggan bertanya, ia sudah tahu jika Sean pasti akan bertanya sesuatu padanya. “Tidak ada. Kau, baru saja keluar bersama Hana Noona?” Seperti dugaan. Sean pasti akan menanyakan hal itu. Dan dengan ringan kepala Lee Yeol menganggukan kepalanya. “Kenapa? Ada yang aneh? Sebentar lagi kami juga akan menikah, jadi wajar jika kami keluar bersama, bukan?” sahut Lee Yeol. Sean sempat terdiam. Jika dilihat dari raut wajahnya, tentu saja ia masih keterangan. Apa yang dikatakan Lee Yeol sebenarnya tidak salah, hanya saja mengingat kembali bagaimana tabiat pria itu sebelumnya bukanlah terasa janggal jika ia tiba-tiba saja mau untuk keluar bersama Hana dengan sukarela. “Berhentilah berpikir yang tidak tidak. Lebih baik kau kembali ke rumah sekarang.” Setelah mengatakan hal tersebut Lee Yeol melenggang masuk ke dalam rumah tanpa beban, meninggalkan Sean yang masih berdiri di tempatnya. Di dalam rumah Lee Yeol disambut oleh Nyonya Do dengan ramah. Wanita baya itu memeluk si pria dan mempersilakannya untuk duduk. “Ku dengar kau baru saja mengajak Hana berjalan-jalan, apa benar?” “Ya, Bu. Ku pikir Hana butuh sedikit udara segar, jadi aku membawanya pergi. Maaf jika aku tidak sempat meminta ijin lebih dulu.” Nyonya Do mengibaskan dia tangannya ke depan. Wanita baya itu tentu tidak merasa keberatan dengan itu, ia justru merasa senang jika Lee Yeol dan Hana sudah mulai menunjukkan perubahan. “Tidak, tidak. Tidak perlu meminta maaf. Ibu justru senang kalian berdua mulai menghabiskan waktu bersama-sama, kau tahu sebelumnya Ibu berpikir jika sebenarnya kalian tidak saling menyukai karena kau tampak selalu enggan untuk bersama Hana. Tapi sepertinya pemikiran itu salah.” Lee Yeol hanya bisa tersenyum tipis. Karena apa yang dikatakan oleh Nyonya Do sebenar adalah benar. Hal itulah yang sebenarnya terjadi di antara mereka. “Oh, iya. Apa boleh ibu bertanya sesuatu?” tanya si wanita dengan intonasi serius. “Silakan, Bu.” Wanita baya itu terdiam sesaat, ia menatap Lee Yeol lekat seolah tengah menyampaikan sesuatu. “Apa kamu benar-benar mencintaimu Hana?” Pertanyaan sederhana yang nyatanya sanggup membuat Lee Yeol seketika membisu. Ia agak terkejut dengan pertanyaan Nyonya Do, mengingat beberapa saat sebelumnya wanita itu tampak begitu senang dengan kedekatannya dan Hana. “Ah, tolong jangan berpikir macam-macam. Ibu hanya tidak ingin memaksakan kehendak. Setelah dipikir-pikir bukanlah keterlaluan jika ternyata kamu dan Hana tidak saling tertarik tapi tetap harus menjalani satu hubungan serius hanya karena perjodohan. Kau tahu, Hana adalah satu-satunya putriku, tentu aku tidak ingin dia kecewa.” Lee Yeol diam sejenak. Ia mengamati bagaimana raut wajah wanita paruh baya di hadapannya ini berubah, ia juga bisa merasakan perasaan tulus seorang Ibu kepada putrinya. “Ya, Bu. Ibu tenang saja. Baik aku maupun Hana, kami sama-sama bersedia untuk saling mengenal dan menjalani perjodohan ini, jadi tidak ada paksaan ataupun rasa terbebani di antara kami,” jawab Lee Yeol mantap. Nyonya Do menghela napas lega dan tersenyum cerah. Yang wanita itu tidak tahu jika sebenarnya ada sesuatu yang lain yang sedang disembunyikan oleh pria muda di hadapannya juga puterinya sendiri. “Bu?” Hana mendekat. Gadis itu sudah berganti pakaian dengan dress selutut berwarna baby blue. “Itu Hana. Kalian mengobrol lah, Ibu harus pergi sebentar.” Hana mengambil tempat dimana Nyonya Do sebelumnya duduk. Ia menyilangkan dua tangannya dan menatap Lee Yeol serius. “Apa saja yang kamu katakan pada Ibu? Dan lagi, kenapa kau tidak langsung kembali tadi?” Lee Yeol memutar bola matanya malas, ia sebenarnya merasa enggan untuk meladeni Hana. Tapi bagaimanapun ia harus melakukannya selama ada di rumah gadis itu. “Kau pikir aku adalah seseorang yang tidak memiliki sopan santun? Setidaknya aku harus menyapa ibumu.” “Terserah apa katamu, tapi ku sarankan agar kamu kembali mengingat perjanjian kita, agar apa yang kamu katakan tidak melewati batas.” *** Omong-omong soal perjanjian. Kembali ke waktu dimana mereka membuat perjanjian sebelumnya. Sepertinya apa yang sudah diketahui, Hana mengajukan syarat untuk sedikit merombak isi dalam surat perjanjian tersebut. Adapun poin yang ditambah berupa. Segala keputusan yang menyangkut perjanjian juga pernikahan pura-pura mereka harus mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak. Tidak diperkenankan untuk membawa pasangan masing-masing ke dalam rumah mereka nantinya dan juga kewajiban Lee Yeol yang harus memberikan nafkah bulanan selayaknya suami pada umumnya. Bukan hanya itu, Hana juga meminta agar Lee Yeol menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara ia dan Hana. Namun hal itu masih urung mendapatkan persetujuan dari Lee Yeol. Pria itu masih sempat hendak mendebat Hana saat itu, namun dengan cepat sangat kawan yang juga berstatus sebagai saksi menenangkannya dengan cepat. Setelah dipertimbangkan, pada akhirnya kedua belah pihak menyetujui satu keputusan. Dan dengan itu maka perjanjian pun dimulai. “Karena perjanjian telah dibuat, sekarang kamu memiliki kewajiban untuk menceritakan soal kamu dan Hana padaku. Ceritakan sekarang juga,” pinta Hana tanpa basa-basi. Lee Yeol mendecih. Menyilangkan tangan di depan d**a dan berkata. “Tidak ada yang menjamin jika kamu akan benar-benar menepati janjimu. Jadi, aku akan menceritakan semuanya setelah acara pernikahan kita nantinya,” ucap Lee Yeol disertai senyum tipis. Sialan, batin Hana kesal. Ia tidak menyangka jika Lee Yeol bisa jadi manusia se menjengkelkan itu. “Terserah apa katamu, yang jelas aku tidak suka seseorang yang mengingkari janjinya sendiri.” “Tenang saja nona, aku bukan tiper orang yang suka ingkar janji. Yang harus kau lakukan sekarang hanya percaya padaku dan lakukan pesanmu dengan baik.” “Sebenarnya aku punya satu pertanyaan lagi.” Lee Yeol tidak menjawab, tapi dilihat dari wajahnya tentu saja pria itu penasaran. Hana diam, ia menatap Lee Yeol tepat di dua bola matanya. Suasana saat itu jadi hening sesaat, hanya terdengar suara detik jarum jam sampai kemudian terdengar suara Hana memecah keheningan. “Apakah rumor yang mengatakan jika kamu mau dijodohkan dengan Hana adalah karena uang, adalah sesuatu yang benar adanya?

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD