bc

Lost Mission

book_age16+
78
FOLLOW
1K
READ
adventure
warrior
serious
mystery
straight
ambitious
expert
male lead
magical world
realistic earth
like
intro-logo
Blurb

Perjalanan Evans Chris dalam menyelesaikan misi yang hilang di dunia bayangan. Keahliannya dalam bela diri dimanfaatkan untuk melawan kekuatan jahat tongkat naga dan mendapatkan kembali pedang naga yang hilang. Misi yang hilang selama dua puluh tahun kini ada di tangannya.

Jauh dari tugas yang berbahaya, Chris seorang mahasiswa biasa yang memiliki paras rupawan. Bersifat baik, berjiwa bebas, dan tidak pernah tertarik dengan perempuan meskipun diidolakan banyak perempuan. Kecuali setelah dia masuk ke dunia bayangan dan bertemu Laura Zay. Gadis pencuri yang berhasil memikat hatinya. Bagaimana kisah Chris dengan misi yang hilang? Perjalanan Chris bermula dari kota Vier yang penuh keajaiban.

Cover by Aloegreen

Font : Spesial Elite by PicsArt, Meddon by PicsArt, Nothing Yoo Could Do by PicsArt

chap-preview
Free preview
Prolog
Dentingan piano menggema di kelas musik. Seorang pemuda tampan menguap malas dan tidur di meja. Kelas yang membosankan bagi orang berjiwa bebas seperti Evans Chris. Lebih baik dia hancur lebur di arena pertandingan bela diri daripada memaksakan telinga mendengarkan musik sedih. Alunannya begitu syahdu, terlebih lagi di hujan gerimis pukul delapan pagi. "Lihat dia! Sangat tampan, bukan? Aku dengar dia pemenang pertandingan heboh kemarin!" pekikan tertahan dari salah satu gadis yang juga tidak fokus di kelas musik itu. "Benarkah? Kenapa aku tidak dengar beritanya? Kalau Chris menang itu tidak dipertanyakan lagi. Dia yang terbaik! Aaaa, aku ingin berfoto dengannya!" sahut seseorang di sebelah gadis itu. Mereka membicarakan Chris. "Tentu saja kau tidak tau. Chris tidak mau menyebarkan berita kemenangannya. Hahh, beruntungnya dia ada di kelas kita! Semester depan aku mau mengambil mata kuliah yang sama dengannya. Andai saja bisa bicara banyak dengan dia. Sayangnya itu mustahil," "Benar-benar mustahil. Dalam mimpi pun kau tidak akan bisa bicara dengannya. Chris pangeranku yang terpanas! Dia anti perempuan," dari memekik menjadi lemas. Mengangguk sambil mengerucutkan bibirnya. "Matanya tajam, bibirnya hangat, alis yang tebal nampak sempurna saat dia serius. Astaga, aku sesak napas membicarakannya!" gadis itu mengipasi wajahnya. Dosen yang tengah memainkan piano itu sedikit terganggu dan melirik gadis itu. Seketika semua mahasiswa menoleh pada gadis itu kecuali Chris yang tertidur. Gadis itu hanya meringis lalu kelas kembali dilanjutkan. 'Dasar aneh! Kenapa semua perempuan merebutkan laki-laki tampan? Itu baik juga, karena aku tampan,' kata Chris dalam hati. Ternyata Chris hanya menutup matanya. Kemudian, perkuliahan berakhir. Chris adalah pujaan hati semua gadis. Di usianya yang genap dua puluh tahun, Chris sudah meraih banyak kejuaraan bela diri. Dia sering terlibat dalam perkelahian anak muda. Sangat bebas, jarang pulang, bergaul dengan siapa saja dan di mana saja. Parasnya yang rupawan membuat jalannya dimudahkan siapa saja. Namun, tidak satu orang pun yang mengetahui sisi gelap seorang Chris. Tinggal seorang diri tanpa adanya teman atau keluarga di rumah sempit yang terletak di perbatasan kota Vier. Kecelakaan tragis merenggut orang tuanya. Rumah besar dan seluruh harta habis tak tersisa demi melunasi hutang dan membayar semua kebutuhan hidupnya. Kini hanya rumah kecil itu yang menjadi tempat berteduh paling nyaman. Sayangnya uang untuk biaya kuliah akan habis sebentar lagi. Semester depan dia tidak akan bisa membayar kuliah. Tidak ada tempat yang mau menerima Chris bekerja. Alasannya cukup jelas, dia liar dan sangat berbahaya. 'Bukankah berbakat dalam seni bela diri itu baik? Kenapa semua orang yang berkuasa menjauhiku?' batin Chris. Malam hari yang cukup indah dengan taburan bintang di langit. Berjalan lunglai sepanjang trotoar masih mengenakan pakaian tadi pagi. Tangan masuk ke saku celana, pandangan lurus ke depan, gemerlap cahaya lampu menghiasi mata tajamnya, ditambah anak rambut yang berterbangan karena angin malam. Siapapun yang memandangnya pasti ingin menegurnya. "Aku tidak dibutuhkan siapapun," gumam Chris tepat saat melintasi pengamen separuh baya yang hanya memainkan senar gitarnya. Pengamen itu menoleh. Memperhatikan Chris dari belakang. Punggung tegap Chris berhasil mengukir senyum di wajah sang pengamen. 'Anak itu unik!' kata sang pengamen dalam hati. Tidak perlu berlama-lama merenungkan nasib, Chris sudah bermain dengan teman-teman kampusnya. Rasa kopi pahit memberikan semangat yang membara. Mereka melakukan sebuah permainan yang bisa memusingkan otak. Istilahnya bermain teka-teki yang berimbas saling pukul bagi yang kalah. Mereka hanya bercanda, begitu juga dengan Chris. "Anak muda memang enerjik. Mau permainan lebih seru?" Seseorang dengan pakaian biasa membawa gitar dan berwajah lelah sedang tersenyum menghampiri mereka. Seketika mereka menghentikan kegiatannya. Chris melepaskan temannya yang awalnya mereka saling mengunci pergerakan. Tawa mereka lenyap berganti bingung. Chris celingukan mencari orang lain atau penjaga kampus. "Siapa kau?" tanya Chris mengamati orang itu dari atas sampai bawah. Orang itu mengendikkan bahu, "Cukup singkat untuk berubah ekspresi ternyata. Di trotoar kurasa tidak begitu." menatap langit mengingat-ingat kondisi Chris sewaktu di trotoar. Chris menganga, semua temannya saling pandang bertanya-tanya. "Apa maksudmu? Kau pasti tersesat. Ini universitas, bagaimana kau bisa masuk? Pak satpam pasti tidak berjaga dengan baik. Ayo, biar kuantar kau keluar," tawar Chris. "Aku menginginkanmu!" ujar orang itu. Langkah Chris terhenti. Dahinya berkerut, "Eee, apa kalian mengenal orang ini?" tanya Chris sedikit berbisik pada semua temannya. Mereka menggeleng kompak. "Kurasa dia bicara denganmu, Chris," bisik salah satu temannya. "Hah? Yang benar saja? Aku tidak mengenalnya." Chris mengendikkan bahu. "Dari tadi matanya mengarah padamu. Jangan-jangan dia pengamen. Gitarnya buruk sekali!" bisik teman Chris. "Hei, Nak! Gitar buruk ini membawa keberuntungan, tau!" seru orang itu membuat Chris dan temannya terjingkat. "Ehehe, jangan marah, Tuan. Dia memang suka bicara sembarangan. Ayo ikut aku, kubawa kau keliling kampus indah ini. Gerbang ada di sebelah sana." Chris basa-basi ingin mengajak orang itu pergi. "Kau pikir aku bodoh? Mengusirku secara halus bukan cara yang baik, Nak. Mereka benar, aku bicara padamu dan menginginkanmu! Kau ditangkap!" seru orang itu sangat cepat nan keras. Semua teman Chris terbelalak. Chris melotot lebar. "Apa!? Aku... Aku tidak melakukan tindakan kriminal! Kau salah orang!" menyilangkan tangan di d**a. "Hei, aku hanya ingin tubuhmu," begitu santainya orang itu berbicara. Teman-teman Chris memekik keras. Chris menutup mulutnya, "Astaga! Kau bukan tipeku! Kalian... Bantu usir dia, cepat! Omongannya mengerikan!" "Chris, jangan-jangan dia gila!" seru seseorang di belakang Chris. Chris mengangguk cepat, "Sepertinya begitu. Selamatkan aku, Kawan! Usir dia!" lari berlindung di belakang temannya. "Nyali besar, kekuatan dahsyat dan berparas sempurna ternyata punya sisi pengecut juga? Ini baru orang sepertiku yang mendekatimu, belum orang-orang aneh lainnya. Evans Chris, jangan berteriak karena perjalanan panjang menanti!" orang itu menarik Chris paksa. Chris berusaha melepaskan diri. Menguatkan ketahanan kakinya, merengek meminta tolong pada teman-temannya. "Hei-hei-hei, lepaskan aku! Bagaimana kau tau namaku!? Aduh, sakit tau! Aaaa, lenganku hampir putus! Hei, Pak tua gila! Lepaskan aku!!!" Mau berteriak dan berusaha sekuat apapun hasilnya tetap kalah. Tenaga orang bergitar itu sangat kuat setara dengan sepuluh kali lipat orang dewasa. Chris meronta seperti anak kecil. Dia memutar balik ingatannya sebelum tiba di kampus. Kedua alisnya naik setelah menyadari sesuatu. 'Apa orang ini tadi ada di trotoar? Iya, pasti ada di sana. Kalau tidak kenapa dia membahas tentang ekspresiku di trotoar? Menyebalkan!' kata Chris dalam hati. "Tolong! Tolong, aku! Orang gila ini mau memakanku! Siapapun tolong aku!!!" "Jangan menangis, Jagoan! Payah sekali!" senyum mengembang orang itu sangat manis membuat Chris jengkel setengah mati. "Kau yang payah! Apa maksudmu menginginkanku, Hah!?" marah Chris. Bisa dirasakan wajah Chris merah padam menahan malu. Seorang hebat seperti dia diseret orang tak dikenal di depan teman-temannya hingga keluar gerbang. Orang itu tidak menjawab. Chris menendang kaki orang itu dari belakang, tetapi orang itu berhasil mengelak dan memutar tangan Chris ke belakang. "Aaaa! Kau gila, ya!? Melawan anak kecil di malam hari itu tidak baik, Pak tua!" marah Chris yang meronta lebih hebat. "Apa kau anak kecil? Model saja kalah bahkan aktor terkenal pun kalah mempesona darimu, bagaimana bisa dibilang anak kecil? Asal kau tau, Nak. Umurku baru empat puluh lima tahun. Tidak baik kau memanggilku dengan sebutan pak tua. Dasar, Anak tua!" kata orang itu tanpa melepaskan tangan Chris. 'Sshh, sial! Aku tidak bisa lepas!' batin Chris. "Kau curang! Tidak ada istilah anak tua! Tidak pernah sekolah, ya!?" maki Chris. "Curang bagaimana? Aku hanya ingin melihat otot tanganmu. Hmm, ini bagus!" orang itu meraba lengan Chris yang dia pegang. Chris merinding, "Hei, jangan sentuh aku begitu! Ih, geli!" "Hahaha! Baiklah, Anak tampan! Ayo pergi ke dunia bayangan! Jangan bertanya dan jangan menolak, aku tahu kau butuh uang, 'kan?" orang itu mengembalikan posisi tangan Chris seperti semula tanpa melepaskan Chris. Chris bisa bernapas lega. Memandang orang itu heran, "Dunia apa? Bagaimana kau tau aku butuh uang? Apa saja yang kau tau dariku? Siapa kau?" "Hmm, sudah lebih tenang? Kau akan tau setelah tiba di markas." segera membawa Chris pergi. Kali ini dia menurut tanpa mengeluh. Tidak tahu sedang berada di jalan mana, kakinya sudah pegal mengikuti orang asing di depannya. 'Dunia bayangan? Omong kosong apa itu? Kenapa aku menurut begitu saja? Ck, pikiranku kalut kalau sudah mengenai uang,' pikir Chris. Tepat tengah malam mereka sampai di sebuah bengkel besar yang tertutup rapat. Orang itu sibuk membuka gembok. Chris memandang sekitar yang sangat asing baginya. "Ini dimana?" lirih Chris. "Suaramu lebih serak setelah lelah. Aku tidak punya air di dalam. Jadi, bertahanlah sampai pagi, ya." orang itu melirik Chris. Chris kembali menatap orang itu, "Katakan padaku satu hal. Apa tujuanmu membawaku kemari?" "Katakan juga padaku satu hal, Chris. Kenapa kau tidak takut dibawa orang asing sepertiku? Apa karena terlalu percaya diri dengan kemampuan bela dirimu?" orang itu tersenyum miring lalu berhasil membuka gerbangnya. Nampaklah bengkel kosong yang sangat besar. Chris menganga kagum, "Wah, ini lebih mirip gudang." ikut melangkah masuk bersama orang itu. "Selamat datang di cermin bayangan. Kau mungkin akan terkejut, tetapi ini nyata." orang itu menutup gerbangnya dan menuju satu cermin yang terletak di meja sudut ruangan. Chris mengernyit heran ketika orang itu memutar cerminnya menghadap lampu. Seketika ruangan besar itu berubah memunculkan beberapa benda dan senjata aneh. Kebanyakan dari mereka adalah pakaian kuno dan perhiasan antik. Lalu, markas itu berubah menjadi sebuah tempat berpasir seperti rumah dalam gurun. Chris terkejut sekaligus heran. Kakinya mundur satu langkah. Orang itu tersenyum sudah menduga reaksi Chris akan seperti itu. "Astaga! Apa yang kau lakukan? Ba-bagaimana bisa? Ini semacam tipuan mata atau ilusi?" Chris panik. "Hahaha, sudah kubilang ini nyata. Inilah yang disebut cermin bayangan. Dunia bayangan bisa ditempuh dari sini. Selain aku, hanya kau yang tau. Selamat, kau orang pertama yang mengetahuinya! Jangan katakan pada siapapun," orang itu berbisik di akhir ucapannya. Chris melongo menatap orang itu dan seluruh ruangan bergantian. Sepatunya juga penuh pasir. Dia terburu-buru melepas sepatunya dan merasakan sendiri jika pasir-pasir itu asli. "Ha! Nyata sungguhan! Mustahil!" pekik Chris segera menjunjung sebelah kakinya. Orang itu menepuk dahinya. "Yang namanya nyata itu sungguhan, Payah! Mahasiswa macam apa kau? Tidak paham bahasa?" Mata Chris melebar sempurna, "Di saat begini masih sempat mengejek?" menunjuk orang itu tidak santai. "Kau harus katakan semuanya padaku apa yang sedang terjadi di sini!? Apa aku gila? Apa aku mimpi?" Chris mencubit pipinya sendiri. "Aww! Sakit sekali! Berarti bukan mimpi. Kau... Kau makhluk jenis apa, Hah!? Ini pasti tipuan, 'kan? Haha, semua benda itu pasti semu!" tawa Chris renyah. Orang itu dengan santainya menggeleng, "Sayang sekali, kau salah besar!" perlahan mendekati Chris dan Chris berjalan mundur, "Percaya sihir, Nak? Anggap saja begitu. Anggap kau sedang masuk ke dalam film fantasi dan menjadi pemeran utamanya karena kau akan segera menjadi pemeran utama sungguhan." langkahnya berhenti setelah Chris tidak bisa lari karena menabrak gerbang aluminium. Chris menggeleng, "Omong kosong apa yang kau bicarakan?" Orang itu menatap Chris serius, "Lanjutkan misiku yang hilang dari dunia bayangan, Evans Chris!" Chris terpaku dalam pandangan orang itu. Dia mengerjap sadar setelah berhasil mencernanya, "Apa itu misi yang hilang? Lagi dan lagi kau bicara tentang dunia bayangan. Aku hanya tau bayangan ada jika terpancar cahaya, bukannya dunia bayangan!" Orang itu mendesah, "Kau kembali mengelak. Aku bicara serius. Aku yakin kau bersedia ikut kemari karena rasa penasaranmu yang tinggi. Terlebih lagi kau percaya dengan ucapanku." Kali ini Chris tidak bisa mengelak, "Ehm, mungkin kau benar, tapi tetap saja ini pertanyaan besar, Pak tua! Kau misterius sekali dan juga semua yang ada di markasmu ini! Apa aku bisa percaya begitu saja? Apa identitasmu?" tangannya memperagakan betapa luasnya markas orang tersebut. Orang itu berpaling dari Chris. "Dua puluh tahun yang lalu aku gagal menjalankan sebuah misi dan terbuang di dunia ini. Dunia penuh huru-hara yang berbeda, orang-orang yang berbeda, juga gaya hidup yang berbeda. Betapa sulitnya berjalan selama dua puluh tahun ini. Sayangnya aku lupa akan misiku. Apa yang kucari dan apa yang harus kuselesaikan, aku melupakan semuanya. Sampai sekarang tidak ada yang jelas. Satu pun memori tidak bisa kuingat. Aku hanya tau jika aku dari dunia bayangan dan apa yang seharusnya aku lakukan. Tempat indah dan penuh konspirasi jahat demi kepentingan pribadi. Semua pakaian dan barang-barang ini adalah sisa barang-barang milikku. Aku tidak bisa kembali lagi ke dunia bayangan meskipun kutahu caranya," membayangkan dua puluh tahun silam di saat dia terbuang ke dunia nyata. Chris menganga. Sudut bibirnya berkedut. Sedikit ingin tertawa, tetapi tidak tega karena orang itu begitu menghayati ceritanya. Namun, pada akhirnya dia tertawa. "Hahahaha, drama apa kau ini? Haha, mana ada cerita seperti itu di dunia nyata? Bicara soal dunia, aku jadi geli sendiri! Dunia bayangan katamu? Hahaha!" semakin puas tergelak. Orang itu berbalik dengan ekspresi marah, "Aku tidak bercanda, Chris. Aku bahkan lupa siapa diriku, kecuali tempat asalku dan kenapa aku selalu resah akan sebuah misi. Mungkin di sana misi itu sudah menanti diriku. Kau harus membantuku!" Chris berhenti tertawa, "Atas dasar apa aku harus percaya ucapanmu?" mengendikkan bahu. Orang itu berubah ekspresi lagi, "Ini adalah kota Vier. Kota tua penuh keajaiban. Umurmu berapa, Nak? Tinggal lama di kota ini tapi tidak tau apapun tentang kotamu sendiri? Sangat disayangkan. Anak muda harus cerdas dan bijaksana menyikapi sesuatu. Lihat ini... Ini adalah wujud markasku ketika dua puluh tahun yang lalu. Sekarang masih sama, bukan? Hanya sihir cermin yang bisa mengubahnya terlihat seperti gudang biasa." memperlihatkan foto ketika dia masih muda. Chris hanya berdecak malas setelah melihatnya. "Masih tidak percaya? Kemari dan lihat semua barang milikku. Bukankah ini unik? Tidak bisa ditemukan di musium manapun karena hanya ada di dunia bayangan. Permata, batu giok, perhiasan, dan pakaian serta jubah perang. Senjata ini juga milikku. Kurasa aku lihai bermain pedang dulu." menarik Chris dan memperkenalkan semua barang miliknya. "Haha, sekarang hanya bisa membawa gitar," kata Chris malas. Orang itu terus mengoceh menceritakan apa saja yang dia ingat. Chris selalu memperhatikannya. 'Memang semua ini sangat kuno terlebih lagi batu giok dan pakaiannya. Pedang itu juga terlihat sangat lama dan besinya kualitas terbaik. Sekarang jarang semacam itu. Apalagi beberapa senjata lainnya. Dari jenisnya saja tidak bisa didapatkan sekarang. Apa aku harus percaya?' pikir Chris. Tidak sadar jika orang itu sedang mengitarinya, "Hmm, kau tidak kekar, tapi badanmu bagus. Ini sempurna menjadi penyambung misiku." orang itu memukul pelan lengan dan punggung Chris. Chris menepiskan tangan orang itu. "Apa hubungannya dengan tubuh yang bagus, Hah? Belum tentu aku setuju dengan permintaanmu!" Orang itu mengambil sesuatu dan langsung melemparnya pada Chris. Sebuah tas berisi penuh uang. Chris hampir terhuyung menerimanya. Matanya melebar, air liur hampir menetes, orang itu tersenyum miring. "Jangankan satu semester, kau bisa melanjutkan sarjana tingkat dua tanpa bekerja. Membeli rumah, menikahi banyak gadis, dan hidup tenang," mencoba mempengaruhi Chris. "Wah!! Dapat dari mana uang sebanyak ini? Kau mencuri, ya?" tusuk Chris tanpa berpaling dari tumpukan uang itu. "Cih! Dua puluh tahun mengamen buat apa? Aku tidak butuh uang. Aku hanya ingin kembali ke duniaku. Jadi, hasil jerih payahku bernyanyi sepanjang hari kumpulkan. Hebat, 'kan?" orang itu melipat tangan di d**a sambil berbangga diri. Chris melototi orang itu, "Jadi, kau pengamen? Pengamen jalanan?" tanyanya memekik. "Suaramu berisik sekali! Bagaimana?" orang itu menaikkan sebelah alisnya. Senyum Chris luntur, "Aku bukan orang yang gila harta. Meskipun kondisi sesulit apapun aku akan terus berusaha dengan caraku sendiri. Ambil kembali uangmu!" melempar tas itu. Orang itu menerimanya. Memandang Chris bingung, "Kau tidak mau? Uang sebanyak ini sungguh tidak mau?" menggeleng tidak percaya. Chris menggeleng cepat, "Tidak sedikit pun. Hanya saja aku masih ragu dengan kisahmu. Apa itu benar-benar nyata?" "Sekali lagi kau bertanya akan kuberi batu giok! Dasar anak zaman sekarang! Apa masih belum cukup bukti? Kalau kau tidak percaya temukan keajaiban lainnya di kota Vier. Kota tua ini ajaib, Chris. Aku mengalaminya sendiri." menaruh tas uangnya di atas pasir gurun. Chris memandang ke bawah, "Lalu, pasir ini?" "Bagian dari dunia bayangan. Sepertinya aku terbuang di gurun pasir. Jika kau berhasil memasuki dunia bayangan pasti akan tiba di gurun pasir juga," jelas orang itu sambil berpikir. Chris memijat pelipisnya sebentar, "Baiklah-baiklah, sudah cukup penjelasannya. Sekarang aku sedikit mengerti dan aku kasihan padamu. Kuanggap ini sungguhan karena pasir ini terus masuk ke sepatuku saat aku melangkah. Ajaib, haha. Benar-benar ajaib!" langit-langit sangat indah dipandang sambil tepuk tangan. "Berarti kau akan membantuku?" tanya orang itu antusias. Chris menggeleng membuat orang itu cemberut, "Aku harus memanggilmu apa? Tenang saja, tidak akan kuceritakan pada siapapun tentang duniamu. Satu hal lagi, bagaimana kau bisa tau banyak tentangku? Itu belum kau jawab dari tadi." Orang itu menghembuskan napas panjang, "Aku menemukan kalung batu giok yang bertuliskan Aron Gronn dalam pakaianku. Sepertinya itu namaku dan aku selalu menggunakan nama itu. Soal siapa kau, aku sudah mengetahuinya sejak lama. Pertama kali melihatmu di arena lomba saat kau baru mengikuti perlombaan bela diri pertama dalam hidupmu. Waktu itu aku langsung merasa kau orang yang tepat untuk membantuku. Sejak itu aku mencari tau segalanya tentangmu dan menunggu sampai kau sungguh layak untuk melanjutkan misiku. Aku juga sering mengikuti kemanapun kau pergi," jujurnya. Chris terkejut tak terduga sampai terduduk. "Aduh, pantatku! Sshh, kenapa kau menjadi penguntit, Hah!? Kau lebih menyebalkan dari gadis-gadis yang mengejarku!" mengusap pantatnya kasar. "Hahaha, jangan marah. Aku melakukannya demi kepentinganku. Sekarang kita akan sama-sama untung, tawaranku masih berlaku. Temukan dan lanjutkan misiku, kemudian buat aku masuk kembali ke duniaku. Lalu, kau akan dapatkan uangmu," berubah serius. 'Ck, dasar berubah-ubah ekspresi!' maki Chris dalam hati. "Kau harus kupanggil apa? Pak tua atau Paman?" tanya Chris tanpa menjawab. Orang itu tertawa, "Panggil sesukamu saja. Pertimbangkan ini karena menyangkut kehidupan di dunia bayangan. Masalahku seserius ini dan aku telah menantikannya selama dua puluh tahun. Pikirkan baik-baik, Chris." "Jika aku juga tidak bisa masuk ke duniamu bagaimana?" tanya Chris. "Kurasa bisa. Karena dari semua orang yang hebat aku justru terpikat olehmu. Pasti hanya orang lain yang bisa menjadi penyambung misi dan menembus dunia bayangan lagi," kata orang itu. Chris berdiri dan tersenyum miring, "Akan kupikirkan, tapi jangan terlalu berharap. Ingat kalau aku bukan orang yang gila harta, Paman Aron." Orang itu tergelak lagi mendengar Chris memanggilnya dengan sebutan paman. "Itu lebih baik daripada pak tua. Kuharap kau orang yang tepat. Misi yang hilang tergantung padamu," ujarnya tanpa menghilangkan senyum. Memutar kembali cermin itu, seketika kembali menjadi bengkel kosong. Chris masih bisa terkejut dan menahan keterkejutannya agar tidak ditertawakan orang bernama Aron. "Hei, mau bernyanyi sebentar?" tawar Aron. Melempar gitarnya dan Chris menangkapnya. Chris tersenyum miring, "Mengusir pusingnya malam yang dingin. Ini lebih baik dari piano." mulai memetik senar gitar itu. Menjadi tua dan bertambah usia bukan berarti hilang semangat muda. Begitu juga usia muda dan berjiwa besar tidak baik menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak penting. Perbanyak pengalaman dan nikmati petualangan luar biasa menjadi semangat bagi Chris. Ambisi menaklukkan sesuatu kembki bangkit dari diri Chris. Hanya sedikit perbincangan yang memusingkan itu Chris sudah belajar dari Aron jika uang bukanlah segalanya. Tergantung apa tujuan dan ambisi hidupnya. Aron hanya ingin kembali ke dunianya serta menyelesaikan misi yang telah dia gagalkan. Chris seperti mendapat pencerahan jalan hidup sekarang. Keesokan harinya dia setuju dengan tawaran Aron bukan karena uang, melainkan penasaran dengan kehidupan di dunia bayangan. Belum sempat pergi ke markas Aron, Chris disibukkan oleh tugas kuliah yang menumpuk. Sampai sore dia aktif di kampus dan dihadang para mahasiswi yang tergila-gila padanya. Chris tidak punya celah untuk melarikan diri. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.8K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.0K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.7K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook