Pernikahan

3151 Words
Clara membuka kedua matanya yang terasa sangat berat dan entah mengapa terasa sangat panas. Hingga membuat dirinya meneteskan air mata saat dirinya membuka kedua matanya. Tentu saja Ostra yang masih berada di sana terlihat bergegas menghampiri Clara dan bertanya, “Bagaimana kondisimu?” Clara yang mendengar pertanyaan tersebut tampak melirk pada Ostra, tetapi bibirnya hanya bergerak dan tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Membuat dirinya merasa sangat frustasi. Tubuhnya juga terasa sangat sakit, hingga dirinya tidak bisa bergerak sedikit pun saat dirinya ingin bergerak dan menjawab pertanyaan Ostra. Menyadari hal tersebut, Ostra pun duduk di tepi ranjang dan merangkul Clara yang sebenarnya sudah tidak terlalu panas lagi seperti sebelumnya. Hanya saja, demamnya memang belum sepenuhnya turun, hingga dirinya harus tetap diawasi dan meminum obat yang diresepkan oleh Gaal. Ostra pun menyodorkan bibir gelas pada Clara, tetapi Clara menolak untuk minum. Membuat Ostra tidak bisa menahan diri untuk mengomeli Clara. “Berhenti keras kepala! Sekarang kau tengah sakit, setidaknya habiskan minuman yang sudah kusediakan ini agar kau bisa menggantikan cairan tubuhmu yang menghilang selama ini,” ucap Ostra lalu kembali menyodorkan bibir gelas agar Clara segera meminum air tersebut. Tentu saja Clara yang mendengar hal tersebut pun mengernyitkan keningnya, masih enggan untuk menuruti apa yang dikatakan oleh Ostra padanya. Hanya saja, Ostra yang terus memaksa Clara, pada akhirnya berhasil memasukkan sedikit air ke dalam mulut Clara dan hal itu membuat Clara terkejut. Rasa air itu terasa lezat. Terasa agak manis dan benar-benar terasa sangat menyegarkan bagi dirinya. Setelah merasakan kelezatan tersebut, pada akhirnya Clara pun tanpa sadar meminum air tersebut hingga tandas dan membuat tenggorokannya terasa lebih lega daripada sebelumnya. “Lagi,” ucap Clara saat Ostra menjauhkan bibir gelas darinya. Ostra yang mendengar permintaan Clara tersebut pun tidak merasa keberatan untuk memberikan apa yang diminta oleh Clara tersebut. Ia pun meminta pelayan untuk menuangkan air minum karena tangan Ostra yang lain sibuk untuk menahan Clara dalam pelukannya. Clara sebenarnya tidak memberontak, tetapi Ostra membutuhkan kekuatan untuk menahan Clara agar tetap duduk di tempatnya. “Pelan-pelan, aku akan memberikan air minum sebanyak yang kau mau, tetapi minumlah dengan hati-hati,” ucap Ostra saat dirinya kembali membantu Clara untuk minum. Gelas kedua pun kembali dihabiskan dalam waktu yang singkat. Membuat Ostra yang menyadari hal tersebut merasa puas. Karena setidaknya kini Clara tidak lagi bertingkah keras kepala dengan menolak untuk tidak mengonsumsi apa pun. Setidaknya kini, Clara sudah mendapatkan air dan menggantikan cairan yang hilang sebelumnya. Ostra membantu Clara untuk duduk bersandar pada kepala ranjang, lalu dirinya pun menoleh menatap para pelayan yang membawakan makanan hangat yang sesuai dengan perintahnya sebelumnya. Setelah memastikan bahwa Clara duduk dengan nyaman, Ostra pun mengambil mangkuk bubur yang kaya akan nutrisi dan mulai menyiapkannya agar bisa dimakan dengan lebih mudah oleh Clara nantinya. “Meskipun kau sudah minum dua gelas air, kau masih belum makan. Kau harus tetap makan karena kau tidak akan kenyang hanya karena meminum air,” ucap Ostra lalu mencoba untuk menyuapi Clara yang kini menatapnya tanpa mengatakan satu patah kata pun. Ostra pun menarik tangannya dan menghela napas. “Sudah kubilang, jangan keras kepala. Makan dan minumlah dengan baik. Lalu istirahatlah. Setidaknya kau perlu sehat jika ingin terus bertingkah keras kepala seperti itu,” ucap Ostra membuat Clara pada akhirnya tidak bisa menahan diri untuk kembali menangis. Sungguh, Clara sebenarnya tengah berada di titik yang membuatnya merasa sangat lelah dan tertekan. Kondisi tubuhnya sangat buruk, ditambah dengan tekanan batin yang tengah ia alami, tentu saja semuanya terlalu berat bagi Clara hadapi. Ia lelah, ia ingin kembali bertemu dengan kakaknya dan mendapatkan sebuah pelukan yang menenangkan dirinya. “Aku bahkan tidak bisa menelan satu suap pun makanan yang kau berikan padaku. Aku tidak berada dalam kondisi yang memungkinkan aku melakukan hal tersebut,” ucap Clara membuat Ostra pada akhirnya meletakkan mangkuk bubur dan sepenuhnya memasang ekspresi yang serius. “Bukankah aku sudah berkata padamu? Sekarang jangan memikirkan hal yang rumit, dan makanlah dengan benar untuk mengembalikan kondisimu. Setelah kau sehat, kau bebas melakukan apa pun termasuk bertingkah kurang ajar dan keras kepala di hadapanku,” ucap Ostra dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dirinya sama sekali tidak akan mau menerima bantahan dari Clara. “Kau tidak memiliki kendali atas diriku. Mau apa pun yang kulakukan, aku bebas untuk melakukan semua itu. Jadi, berhenti untuk mengatakan omong kosong padaku,” ucap Clara dengan ekspresi yang sama sekali tidak bersahabat. Meskipun begitu, sebenarnya Clara sama sekali tidak terlihat menakutkan atau mengintimidasi. Ia malah terlihat menyedihkan di mata Ostra. Sebab wajahnya terlihat pucat pasi, dan ekspresinya semakin membuatnya terlihat menyedihkan di mata Ostra. Ada sebuah gelitik yang terasa di dalam d**a Ostra, yang membuatnya ingin melindungi sosok yang menyedihkan di matanya ini. “Aku memegang kendali atas hidupmu, Clara. Sebab aku tengah mengandung janin yang berasal dari benihku. Kau tentu saja harus mendengarkan apa yang kukatakan. Sebab aku sama sekali tidak ingin sampai membuat janin itu berada dalam bahaya. Dia adalah calon penerusku yang akan meneruskan posisi Jenderal Besar yang tengah kududuki. Tentu saja ia harus tetap sehat,” ucap Ostra membuat Clara yang mendengarnya menipiskan bibirnya. Karena merasa sangat jengkel dengan kondisi tersebut. “Jika kau ingin dia tetap hidup, maka aku menginginkan hal yang sebaliknya. Aku ingin dia gugur, sebab sejak awal aku sama sekali tidak menginginkannya. Biar dia mati, daripada harus lahir tanpa kasih sayang. Aku sama sekali tidak ingin melahirkan anak dari bangsa yang membuatku sengasara,” ucap Clara dengan penuh kemarahan. Tentu saja Ostra juga merasa sangat marah. Ia pun mengulurkan tangannya degan sangat cepat dan mencengkram rahang Clara dengan penuh kemarahan. Terlihat dengan sangat jelas bahwa saat ini Ostra sangat marah. Bahkan sorot matanya terlihat sangat menakutkan saat ini. Sikapnya jelas sangat berbeda daripada sikapnya yang sebelumnya, dan membuat Clara benar-benar kehilangan kata-kata. Clara berada dalam kondisi yang sangat buruk, sebab dirinya saat ini merasa sangat ketakutan. Ostra terlihat mengerikan ketika dirinya menunjukkan sisi seperti ini di hadapan dirinya. “Dengarkan aku baik-baik, Clara,” ucap Ostra dengan penuh penekanan dan membuat Clara sepenuhnya mengarahkan pandangannya terhadap Ostra. Perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Ostra yang memiliki aura kehadiran yang sangat luar biasa baginya. Menurut Clara, sepertinya tidak akan ada manusia yang terlihat lebih mengerikan daripada dirinya. Bahkan, rasanya tidak akan ada manusia yang memiliki aura yang sebanding dengan dirinya. “Semenjak kau menerima benihku, dan mengandungnya, maka hidupmu berada di tanganku, Clara. Aku sama sekali tidak akan membiarkanmu melakukan sesuatu yang membahayakan nyawamu dan nyawa janin yang berada dalam kandunganmu itu. Kau sama sekali tidak memiliki hak untuk memutuskan apa pun, terlebih hal itu berhubungan dengan nyawamu dan nyawa janin dalam kandunganmu itu. Kalian adalah milikku, camkan hal itu baik-baik dalam benakmu,” ucap Ostra seakan-akan berusaha untuk menanamkan semua perkataannya dalam-dalam dalam benak Clara. Tentu saja hal tersebut membuat Clara sangat marah. Ia pun memberontak, walaupun jelas hal tersebut membuat Clara tidak bisa melepaskan diri dengan mudah dari Ostra yang menahan pergerakannya. “Omong kosong! Jangan berusaha untuk menanamkan budayamu secara sepihak pada diriku, Ostra. Sebab aku sendiri memiliki budayaku sendiri. Kau bukan siapa-siapa bagiku, selain ayah biologis dari janin yang tengah tumbuh dalam janinku. Hal seperti itu tidak membuatku terikat denganmu,” ucap Clara terlihat menantang Ostra. Ostra yang mendengar hal itu pun tertawa dibuatnya. “Ah, jadi sekarang kau menantang diriku untuk memiliki hubungan yang jelas, ingga membuatku diriku bisa menjalin hubungan yang lebih pasti untuk mengikatmu? Apa kau pikir aku akan takut jika kau bertindak seperti ini, Clara? Aku malah merasa sangat senang karena saat ini kau malah membukakan pintu dengan lebar bagiku untuk melakukan apa yang memang sudah kuinginkan,” ucap Ostra membuat Clara merasakan firasat yang sangat buruk. “A, Apa yang kau maksud?” tanya Clara dengan penuh antisipasi. Tentu saja Clara berharap jika apa yang ia pikirkan saat ini sama sekali tidak benar. Namun, pada kenyataannya, seringai yang saat ini menghiasi wajah Ostra membuat Clara seketika pucat pasi. Ia tahu, jika sepertinya apa yang ia harapkan sama sekali tidak terjadi. Tentu saja Ostra yang melihat jika Clara saat ini merasa ketakutan dengan apa yang ia pikirkan sendiri, merasa sangat terhibur. Ia malah ingin terus menggoda Clara untuk menunjukkan ekspresi ketakutan yang lebih daripada ini. “Aku rasa, kau sendiri sudah mengerti dengan apa yang kumaksud, Clara. Kau sendiri yang mengatakan jika aku tidak memiliki hubungan apa pun denganmu, hingga aku tidak memiliki hak untuk mengatur dan memiliki dirimu. Kalau begitu, aku hanya perlu menciptakan sebuah hubungan yang menjadikan diriku memiliki hak atas dirimu,” ucap Ostra membuat Clara semakin dipeluk oleh firasat buruk dan ketakutan yang sangat mengerikan. Ostra pun menarik wajah Clara untuk semakin mendekat pada dirinya. Lalu ia pun berbisik di dekat daun telinga Clara, “Karena hubungan yang paling masuk akal yang bisa kuciptakan di antara kita hanyalah hubungan sepasang kekasih, maka aku tidak memiliki pilihan lain selain melakukan hal tersebut, Clara. Bersiaplah, akan kujadikan dirimu sebagai pendampingku.” ** Clara terlihat melotot saat dirinya melihat sekitar lima wanita yang wajahnya pernah ia lihat di tempat persembunyian yang dulu ia tinggali. Ia mengenal kelima wanita tersebut dan seharusnya mereka menjadi teman yang berpihak padanya. Karena mereka sama-sama berada di pihak manusia yang tengah ditindas oleh para draconian. Namun, kini Clara malah tengah disudutkan oleh kelima wanita yang bergerak atas perintah Ostra. Tentu saja hal tersebut membuat Clara yang menyadari hal tersebut merasa sangat jengkel dan marah. Tatapannya bahkan sangat tajam ketika dirinya menatap kelima wanita di hadapannya. “Apa kalian gila? Kalian sekarang mematuhi perintah para b******n itu? Saat ini mereka tengah berusaha untuk melakukan sesuatu yang sangat tidak masuk akal padaku. Apakah kalian mau membuatku yang sama-sama manusia seperti kalian, terikat dengan makhluk yang mengerikan seperti Ostra?” tanya Clara berusaha untuk membujuk kelima wanita yang terlihat memasang ekspresi yang sangat kosong. Membuat Clara kembali teringat dengan sosok Vani, di mana Clara sering kali melihat Vani memasang ekspresi seperti itu setelah dirinya berhasil melepaskan diri dari cengkraman bangsa Draconian. Clara pun teringat dengan cerita Gaal, jika sebenarnya Vani adalah bahan penelitiannya dan sudah ditanamkan cip di dalam batang otaknya. Hal tersebut yang membuat Gaal bisa mengendalikan Vani dan mendapatkan informasi apa pun dengan mengintip ke dalam memori yang tersimpan dalam otak Vani. Saat ini, Clara pun sadar jika tatapan kosong yang ia lihat dari kelima wanita di hadapannya besar kemungkinan mengartikan jika kelimanya saat ini memang tengah dikendalikan. Dengan emosi dirinya pun memaki, “Dasar b******n*n! Jangan pernah berpikir, jika kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan, Ostra!” Sayangnya, Clara ternyata tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Sebab dirinya tidak bisa melawan lima wanita yang bertubuh sehat dan saat ini tengah dikendalikan sepenuhnya oleh cip yang ditanamkan pada batang otak mereka. Kelima wanita itu berhasil menyeret Clara untuk masuk ke dalam kamar mandi dan memandikan Clara. Tentu saja Clara merasa sangat malu sekaligus marah dengan perlakuan yang ia terima tersebut. Namun, dirinya juga tidak memiliki kuasa untuk melawan dalam pemaksaan yang dilakukan oleh kelima wanita itu. Tidak berhenti di sana, setelah selesai memandikan Clara, kelima wanita itu kembali menyeret Clara ke luar dari kamar mandi dan membantunya untuk bersiap. Clara tentu saja tidak menerima semua hal tersebut dengan senang hati. Ia pun melakukan perlawanan, tetapi semuanya sangat sia-sia. Kini Clara sudah mengenakan sebuah gaun lembut berwarna biru langit yang sangat indah, dan tidak pernah Clara kenakan. Tentu saja sebagai seorang perempuan, dirinya merasa senang ketika dirinya mendapatkan kesempatan untuk mengenakan pakaian yang cantik seperti itu. Namun, situasi saat ini sama sekali tidak memungkinkan bagi Clara untuk merasa senang seperti itu. Terlebih saat Clara saat ini tengah dirias oleh para wanita itu. Menonjolkan kecantikan alami Clara yang memang pada dasarnya sangat cantik. Hanya saja, kondisi sebelumnya membuat Clara tidak memiliki kesempatan untuk berpakaian dengan rapi, dan berias. Bahkan Clara tidak memiliki kesempatan untuk berpenampilan bersih, karena tidak memiliki kesempatan untuk mandi dan membersihkan diri. Clara bahkan terlihat sangat terkejut dan mematung saat melihat pantulan dirinya sendiri pada cermin, di mana sosoknya yang terlihat sudah dirias terlihat sangat cantik di sana. “Sepertinya, kau sendiri terlihat tidak percaya bahwa kau bisa terlihat cantik seperti itu,” ucap Ostra membuat Clara terkejut dan seketika menoleh pada Ostra yang memang tengah melangkah memasuki kamarnya. Ostra melihat Clara yang memang kini penampilannya sudah sangat pantas untuk menjadi seorang pengantin. Hari ini, Ostra memang akan menyelenggarakan pernikahannya dengan Clara. Persiapan dilakukan dengan sangat cepat, tentu saja atas bantuan yang diberikan oleh Riolo dan Ostra, semuanya sudah selesai dipersiapkan. Dan sekarang mereka pun bisa segera melakukan pernikahan. Tidak hanya Clara, Ostra juga terlihat memiliki penampilan yang berbeda daripada biasanya. Ia terlihat mengenakan setelan rapi yang layak sebagai seorang pengantin. Rambutnya juga ditata agar sesuai dengan setelannya. Clara yang melihat penampilan Ostra tersebut terpaku. Mengingat penampilan Ostra tersebut sangat berbeda dengan penampilannya yang biasanya. Jika saat ini Ostra terlihat seperti seorang pria terpelajar, yang sangat persis dengan manusia yang beradab, maka biasanya Ostra terlihat berbeda. Ostra biasanya terlihat sangat kasar tetapi juga terlihat sangat panas. Clara terkejut dengan apa yang ia pikirkan, ia benar-benar tidak mengerti mengapa dirinya bisa memikirkan hal seperti itu. Padahal, situasinya sudah sangat jelas, ia tidak memiliki waktu untuk mengagumi penampilan musuhnya yang sangat berbahaya ini. “Sepertinya kau sudah siap, kalau begitu ayo kita pergi,” ucap Ostra lalu secara tiba-tiba memanggul Clara. Ostra tahu menggendong Clara dengan cara yang normal atau anggun sama sekali tidak akan berhasil bagi Clara. Mengingat Clara pastinya akan memberontak dan malah mengacaukan rencana yang sudah seharusnya dilakukan. Karena jadwal yang sudah disusun tidak boleh kacau, maka Ostra akan meminimalkan pemberontakan dan kekacauan yang ditimbulkan oleh Clara. Clara yang terkejut membutuhkan waktu untuk memproses apa yang dilakukan oleh Ostra tersebut. Hingga dirinya pun sadar lalu berteriak dan memukuli punggung Clara. Tentu saja usaha pemberontakan tersebut tidak terlalu berefek pada Ostra. Bahkan pukulan yang ia dapatkan sama sekali tidak terasa sakit. Hanya saja, saat ini Ostra merasa terganggu dengan teriakan yang menusuk indra pendengarannya yang tajam, ditambah dengan Clara yang terus saja bergerak liar pada bahunya. “Turunkan aku berengse*k!” teriak Clara keras sembari memukul dan menendang-nendang sebisanya. Pemberontakan tersebut pada akhirnya mendapatkan sebuah tamparan manis pada b****g Clara. Tentu saja Clara yang mendapatkan perlakuan tersebut benar-benar meras sangat terkejut dibuatnya. Ia pun membutuhkan waktu untuk beberapa detik agar tersadar dari keterkejutannya. Hingga dirinya pun berteriak, “Apa yang kau lakukan?! Apa selain kejam, kalian juga m***m?! Dasar m***m, turunkan aku!” Namun, Ostra sama sekail tidak menurunkan Clara seperti apa yang diminta oleh Clara itu. Ia masih melangkah menuju area yang ia tuju sembari menjawab, “Tidak. Aku tidak akan menurunkanmu. Dengan cara ini, kita bisa tiba dengan lebih cepat. Selain itu, ini bisa membuatmu menghemat energi. Karena berjalan sendiri dengan jarak sejauh ini, pasti akan membuat tubuhmu yang belum sepenuhnya pulih, pasti akan merasa kelelahan.” Meskipun perkataan Ostra terkesan manis, karena seperti seorang pria yang mencemaskan kondisi kekasihnya sendiri, Clara sama sekali tidak merasa tersentuh mendengar perkataan tersebut. Ia pun mengernyitkan keningnya dan kembali memukul dan menendang Ostra dengan sebisa mungkin. “Aku tidak memerlukan pengertianmu yang menjijikan itu! Sekarang turunkan aku! Aku sama sekali tidak ingin menikah dengan pria semacam dirimu!” teriak Clara dengan sekuat tenaga. Bahkan hingga membuat tenggorokannya terasa sangat sakit dibuatnya. “Wah, sayangnya kita sudah tiba di tempat pernikahan kita. Kurasa, sangat terlambat jika kau meminta untuk kembali,” ucap Ostra lalu dirinya pun memasuki sebuah ruangan yang terang benderang dan sangat indah. Sayangnya, karena posisi Clara yang tengah dipanggul tersebut, sama sekali tidak memungkinkan bagi dirinya untuk mengamati dan menikmati keindahan ruangan tersebut. Ostra sendiri terus melangkah hingga mencapai area tengah ruangan, di mana Riolo dan Gaal yang menunggu dengan penampilan rapi mereka, terkejut dibuatnya. Tentu saja mereka tidak percaya, karena Ostra membawa calon istrinya dengan cara yang sangat eksentrik seperti itu. “Untuk apa kau membuatnya berias dengan rapi, toh kau membawanya dengan cara seperti ini. Pasti penampilannya akan kembali terlihat kacau,” ucap Riolo pada Ostra yang secara hati-hati menurunkan Clara untuk berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Tentu saja Clara merasakan serangan pusing, karena darah yang tengah berusaha untuk mengalir dengan normal kembali. Saat Clara berusaha untuk beradaptasi, Ostra masih merangkul pinggang Clara yang belum memiliki perubahan, dan masih tetap ramping. Ostra pun menatap penampilan Clara lalu mengalihkan pandangannya pada Riolo sebelum menjawab, “Penampilannya masih cukup baik. Aku memang tidak ingin dirinya terlihat terllau cantik dan sempurna di hadapan orang lain. Dia milikku, jadi ia hanya perlu terlihat cantik dan sempurna di depan mataku saja.” Perkataan Ostra sudah lebih dari cukup untuk membuat Riolo merinding bukan main. Sekarang hubungan Riolo dan Ostra memang tidak setegang sebelumnya. Walaupun memang hukuman yang sudah diberikan oleh Ostra sebelumnya, sama sekali tidak ditarik, dan tetap harus dijalankan oleh Riolo. Sebab menurut Ostra, itu adalah hukuman yang akan menjadi efek jera bagi Riolo. Sementara Riolo sendiri melakukan hukuman tersebut, karena ia sadar bahwa jika dirinya tidak bertindak baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Ostra, maka ia sendiri yang akan rugi. Sangat besar kemungkinan bagi Ostra untuk menambah hukumannya. Sementara Gaal di sana menatap Ostra dan Clara yang sudah berdiri berdampingan. Keduanya terlihat sangat serasi, dan tampaknya memang sudah seperti pasangan yang saling mencintai dan menjali hubungan yang lama. “Kalau begitu, sekarang mari kita mulai pernikahan ini,” ucap Gaal lalu dirinya pun membuka buku yang sampulnya terlihat sangat tua. Buku tersebut adalah buku yang memang ditinggalkan oleh leluhur. Di mana isinya adalah doa dan rapalan penuh makna yang berkaitan dengan pernikahan atau upacara-upacara resmi yang penting lainnya. Karena ditulis dengan bahasa yang paling kuno dan rumit, hanya memungkinkan Gaal yang bisa membacanya dalam kondisi di mana hanya ada dirinya dan Riolo yang bisa membantu pernikahan tersebut. Clara yang sudah sepenuhnya bisa sadar pun berkata, “Aku sama sekali tidak memiliki niatan untuk menikah dengannya. Pernikahan atau apa pun itu, aku sama sekali tidak ingin melakukannya.” Namun, Gaal tidak mempedulikan perkataan Clara dan mulai membaca tulisan kuno di dalam bukunya dan membuat Clara semakin terdesak saja. Memang percuma dirinya mengatakan sesuatu atau meminta pertolongan pada siapa pun di sini. Mengingat, jika Clara memang tidak memiliki satu orang pun yang berpihak pada dirinya. Saat dirinya ingin berbalik pergi dan melarikan diri pun, hal itu sama sekali tidak memungkinkan. Sebab Ostra yang merangkul pinggangnya, benar-benar mengunci pergerakannya. Hingga, Gaal pun selesai membacakan deretan kalimat rumit pada bukunya. Lalu Riolo memberikan dua porselen kecil yang indah berisi air yang memiliki aroma yang manis pada Gaal. Setelah itu, Gaal yang memang berdiri di area yang lebih tinggi daripada Ostra dan Clara, dengan mudah menuangkan air yang mengisi porselen di tangannya di atas kepala Ostra dan Clara. Aroma wangi yang lembut pun menguar di sekitar sana. Ternyata, air tersebut disebut dengan air suci yang digunanakan saat pemberkatan pernikahan. Tentu saja Clara terkejut dengan siraman air di atas kepalanya tersebut. Gaal pun bertatapan dengan Clara yang menatapnya dengan bingung. Gaal menyunggingkan sebuah senyuman manis dan berkata, “Selamat, kini kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Kudoakan, semoga kalian hidup bahagia dan saling mengasihi dalam ikatan yang penuh dengan berkat Sang Pencipta ini.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD