bc

Tiga CINTA

book_age18+
450
FOLLOW
2.1K
READ
drama
comedy
sweet
mystery
like
intro-logo
Blurb

Saat cinta pertama datang, pun saat cinta terakhir menawarkan masa depan. Mana yang akan dipilub Ariana?

Radi, Wira atau Reksa?

chap-preview
Free preview
Bertemu
"Din, aku ke tempat kerjamu ya?" Tanya Ana pada sahabatnya melaui ponsel pintar warna hitam miliknya. Terdengar suara setuju dari seberang membuat bibir Ana menyunggingkan senyum. Segera setelah mendapat persetujuan dari Dini untuk berkunjung, Ana melangkah santai menuju halte yang tidak jauh dari rumahnya. Bukan kali pertama ia berkunjung ke rumah sakit tempat Dini, sahabatnya sewaktu kuliah kini bekerja dilakukannya. Jika Dini sedang mendapat tugas jaga malam, yang kemungkinan siang hari adalah waktunya istirahat, maka dimanfaatkan oleh keduanya untuk bertemu. Satu kampus namun berbeda fakultas. Dini memilih program D3 Keperawatan sedangkan Ana mengambil jurusan Manajemen. Awal perkenalan mereka dikarenakan sebuah insiden OSPEK di mana Dini saat itu lupa membawa salah satu atribut 'wajib'nya dan Ana lah yang berada dalam satu kelompok dengan gadis itu, meminjamkan salah satu atributnya. Meskipun sama-sama memiliki, pada akhirnya mereka berdua tetap mendapat hukuman. Ana yang menjadi 'malaikat' untuk Dini membuat persahabatan mereka kian erat . Namun karena Dini mengambil progran D3, alhasil waktu kelulusan keduanya tidak sama. Disaat Dini sudah mulai bekerja, sementara Ana masih sibuk dengan tugas skripsinya. **** "Din, aku tunggu di parkiran ya?" Setelah mengucapkannya, Ana mematikan ponsel dan berjalan kearah pos satpam untuk duduk sembari menunggu Dini menemuinya. Tugas jaga Dini sudah selesai dan keduanya akan pergi ke rumah kontrakan milik Dini sebelum menghabiskan waktu ke salah satu pusat perbelanjaan di Kota berjuluk Tepian ini. Udara menjelang tengah hari terasa cukup panas membuat Ana berkali-kali mengibaskan telapak tangan didepan wajah guna memberi angin segar mengahalau bulir keringat yang mulai turun. "Pak Rudi, makasih motornya!"seru seseorang tak jauh dari tempat Ana duduk. Seorang laki-laki dengan jas putih sedikit berteriak sambil melambai pada satpam yang duduk di dalam pos jaga nya. Ana melirik sekejap sosok itu dari samping. Senyum ramah jelas terukir dari wajah laki-laki yang diyakini oleh semua orang tentang profesinya mengenakan jas berwarna putih saat melihat sekilas meski baru pertama kali. Ya, profesi seorang Dokter. "Sama-sama Pak Reksa" balas Pak Satpam dengan senyum hormat. Ana memperhatikan interaksi dua orang tak jauh dari tempatnya duduk. Menatap punggung berjas putih yang semakin jauh berlalu. "Sorry lama!" Tegur Dini membuyarkan perhatian Ana dari arah samping. Dengan segera, Ana menoleh kearah sahabatnya yang masih mengenakan seragam perawat kemudian tersenyum seraya membalas, "Gak papa, yang penting gak sampek lumutan aja aku nungguin kamu" keduanya terkekeh dan detik berikutnya berjalan menuju halte. "Mau ke Gramed?" Tanya Dini begitu keduanya sudah duduk di halte tak jauh dari rumah sakit. "Iya, yang di Lembus aja biar deket" Dini hanya mengangguk saja seraya memakai jaket guna menutupi seragam perawat, menggerai rambutnya yang bersanggul dengan bantuan cermin dari dari dalam tas nya. Ana, sosok sederhana yang cenderung minim make up. Wajah cantik alami dengan kulit putih, rambut sebahu yang hanya dikuncir atau digerai. Baju casual berupa kaos berlapis cardigan dan celana pensil serta tas selempang yang setia menemaninya kemanapun dan terlihat acuh dengan make up apa yang akan digunaka, berbanding terbalik dengan Dini yang begitu panik hanya karena sisir nya tertinggal sewaktu jam kuliah akan berlangsung karena dosen yang mengajar hari itu begitu begitu mempesona hingga tak sedikit kaum hawa yang berlomba mencari perhatian dengan memperbaiki riasannya. "Masih belum beres skripsi mu?" "Tinggal sedikit bab dua, semoga minggu depan udah bisa penelitian" Dini mengacungkan kedua jempol, "sip, semoga sukses ya say" Ana tertawa dengan tingkah Dini yang menirukan jargon salah satu juri ajang pencarian bakat di salah satu televisi swasta. Tak berapa lama sebuah taksi warna kuning berhenti, Ana dan Dini masuk dan bergabung dengan penumpang lain. Taksi siang ini lumayan penuh sesak dan akan berlangsung lama mengingat sebentar lagi jam pulang anak sekolah semakin dekat. Oh ya taksi yang dimaksud di daerah kami, Samarinda adalah angkutan sejenis angkot yang biasa kita lihat di daerah lain. Sama bentuk hanya penyebutan saja yang berbeda. Setiap taksi pun memilik jalur transportasi yang berbeda tergantung kode, yah sama saja dengan angkot lainya. Setengah jam lebih dihabiskan kedua gadis itu didalam angkot dengan sedikit berkeringat karena sesak dan ac alami yang tersedia sungguh sempit jalan masuknya. ************** Reksa duduk di kursi kebesaran didalam ruang pribadinya. Dokter muda yang menjadi incaran para kaum hawa baik didalam maupun diluar rumah sakit. Lulusan Harvad ini sudah dipercaya mengisi berbagai seminar kesehatan dan sudah berapa jurnal yang ditulis hasil pemikirannya. Pria lajang mendekati usia dua puluh tujuh ini belum menemukan tambatan hati sehingga banyak kalangan perempuan yang berebut mencuri perhatiannya namun sayangnya selama dua tahun bekerja di rumah sakit itu, tidak atau lebih tepatnya belum seorangpun yang menarik hatinya bahkan diluaran sana pun banyak dari kolega yang memiliki anak gadis namun dengan halus Reksa menolaknya. Pagi tadi terasa berbeda dengan kendaraan yang dipakainya. Jika biasanya menggunakan mobil hitam mengkilap, khusus semalam dan hari ini ia mengendarai motor bebek milik satpam di rumah sakit tempatnya bekerja. Pasalnya karena entah mengapa saat hendak pulang semalam mobilnya mogok yang untungnya masih dalam area rumah sakit. "Maaf Dok, pasien di ruang VIP sudah sadar" Meli, suster jaga itu tiba-tiba masuk karena ketukan pada pintu ruang Dokter Reksa tidak mendapat jawaban. Reksa yang tengah serius membaca jurnal kesehatan pun menghentikan aktivitasnya. Bergegas ia menuju ruangan yang dimaksud Meli dengan diikuti perawat itu di belakangnya. Sesampai di ruangan, segera ia membaca laporan denyut nadi yang dilakukan dua perawat yang berjaga sedari pagi di ruangan tersebut. Setelah membaca laporan, segera ia memeriksa denyut nadi sambil sesekali melihat kondisi pasien yang sudah sadar namun matanya masih terasa berat terbuka seperti mengantuk. "Bagaimana keadaan saya Dok?" tanya si pasien yang dibalas ulasan senyum menenangkan dari Dokter Reksa " Sudah jauh lebih baik dari semalam. Lebih baik Ibu istirahat saja" saran Dokter Reksa yang diangguki lemah. Setelah memberi tahukan apa saja yang harua dilakukan pada kedua perawat, Dokter Reksa keluar menemui salah seorang anak dari wanita paruh baya yang kini terbaring lemah. Didalam ruangannya, Dokter Reksa tengah duduk berhadapan dengan salah satu anak dari pasien. "Bagaimana keadaan Ibu saya Dok?", tanya pemuda yang unurnya ditaksir sekitar sembilan belas tahunan dengan raut kecemasan "Hem, sudah lebih baik, tapi saya sarankan Ibu anda jangan terlalu lelah bekerja atau memikirkan sesuatu karena sangat beresiko dengan keadaan jantungnya". Pemuda itu mengangguk mengerti kemudian mengucapkan salam dan segera berpamitan. ************* Reksa mengerang kesal pada mobilnya yang belum juga selesai diperbaiki padahal sudah satu hari dan mau tidak mau ia akan merepotkan Pak Rudi lagi. Iya jika Pak Rudi hari ini sedang berjaga sehingga ia bisa meminjam motor seperti kemaren namun jika bukan Pak Rudi yang berjaga, apa ia akan mendapat pinjaman mengingat hanya Pak Rudi satpam senior dan dekat denganya karena beberapa satpam banyak yang baru dan Dokter muda itu tidak akan leluasa meminjam motor pegawai baru tersebut. Ah, keapa hujan belum reda juga Gumam Reksa sembari melihat derai air hujan yang begitu deras kemudian melirik resah jam di pergelangan tanganya. Hari mulai malam, mobil belum selesai diperbaiki dan motor pinjaman belum juga ia dapatkan membuat Dokter Reksa yang berdiri di teras rumah sakit semakin gelisah. "Dokter!" Seru pemuda dari arah belakang Reksa tengah berjalan sedikit berlari untuk mengahampiri Reksa sambil melambaikan tangannya membuat Dokter itu menoleh . Pemuda yabg Reksa kenal saat membicarakan kondisi orang tuanya yang kebetulan adalah pasiennya membuat Reksa tersenyum membalas lambaian pula. "Kenapa berdiri disini? Tadi saya cari di ruangan tapi suster bilang Pak Dokter sudah pulang" ucap pemuda itu dengan mengatur nafasnya. " Tadinya mau pulang tapi hujan dan kendaraan saya masih di bengkel" "Dokter mau saya panggilkan taxi?" Tawar si pemuda yang langsung ditolak Reksa dengan gelengan cepat. Pemuda tersebut heran dengan reaksi sang Dokter yang terlihat seperti ketakutan dengan tawaran sebuah taxi darinya. "Rumah saya agak jauh" alasan Reksa begitu menyadari reaksinya yang sedikit terlihat aneh. Si pemuda hanya ber oh saja. "Saya ada motor kalau Pak Dokter mau pakai. Saya tidur disini menemani Ibu, jadi motor saya gak terpakai" ada kelegaan luar biasa mendengar si pemuda menawarkan motornya. "Benarkah? Apa tidak repot jika saya meminjam motor mu untuk malam ini?", si pemuda langsung merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah kunci motor dan menyerahkannya "Pakai saja Dok, tidak apa-apa" Reksa berterima kasih kemudian menuju parkiran mencari motor milik pemuda tadi yang sebelumnya sudah dikenalkan ciri-cirinya. ******* Ana begitu panik karena salah satu buku yang ia cari tertinggal di warung nasi goreng dekat kontrakan Dini. Sepulang membeli buku tadi, keduanya mampir di salah satu warung nasi goreng untuk mengisi perut yang keroncongan karena hingga menjelang malam mereka berdua baru selesai acara jalan-jalanya. Ana melirik cuaca yang gelap dan hujan deras dari balik kaca cendela kamarnya. Berharap semoga hujan mulai sedikit reda dan dirinya melesat cepat mengambil bukunya di warung tersebut. Namun hujan tak juga bersahabat. Jika saja besok ia tidak harus menghadap dosennya untuk bimbingan karena revisi minggu kemaren mungkin ia akan merelakan tidak mengambilnya malam ini juga. Tapi besok, bukan waktu panjang untuk membaca, mencari kemudian mengetikan dalam bab dua nya. Ia semakin was-was hingga kenekatan pun semakin merongrong untuk segera mengambil tindakan. Berlari menuju bagasi kemudian mengeluarkan Supra Vit warna silver miliknya untuk membelah malam berteman hujan dengan kecepatan sedang. Kain mantel tampak berkibar tertiup angin sedikit membuat keseimbangan motor menjadi tidak stabil. Sesampai di warung nasi goreng, dengan keadaan basah kuyup ia bertanya pada pegawai tentang buku yang tertinggal. Dan beruntungnya buku tersebut dalam keadaan aman karena disimpan oleh pemilik warung. Badanya menggigil sedangkan hujan masih deras. Dengan terpaksa ia mencari kursi kosong untuk sekedar mencari kehangatan dalam segelas teh panas untuk meredakan hawa dingin yang merasuk. Diedarkannya ke seluruh penjuru mencari kursi kosong namun nihil. Semua kursi sudah penuh karena hujan seperti ini banyak orang akan berlama-lama duduk dan mengobrol sembari menunggu hujan reda. Dan hanya satu kursi kosong. Di meja paling ujung dengan kursi saling berhadapan. Dengan gembira Ana berjalan mendekati seorang laki-laki berjaket kulit yang hanya ia lihat punggungnya saja. Berjalan semakin cepat takut ada yang menerobosnya lebih dulu. "Maaf, kursinya kosong?" tanya Ana sopan sambil memiringkan wajah dan menundukkan badan seraya tangannya menunjuk kursi kosong tersebut. Laki-laki itu menoleh. Kedua mata tersebut saling memandang sejenak kemudian dengan anggukan ringan laki-laki tersebut mempersilahkan Ana duduk. Ana tak habis pikir kenapa harus bertemu Dokter yang begitu menawan di tengah hujan yang mendera. Dokter yang senyumnya membuatnya terpaku sepersekian detik hanya dari arah samping saja. Reksa menyadari gadis didepanya merasa tidak nyaman duduk berhadapan dengannya. Wajah gadis itu tampak pucat karena air hujan yang membasahi. Segelas teh panas , terlihat karena uapnya mengepul baru saja tersaji didepanya. Seulas senyum manis tanda ucapan terima kasih membuat senyum Reksa pun terkulum. Gadis yang manis, gumam hati Reksa melihat gadi didepanya sibuk meniup-niup. "Kamu sendirian?" Tanya Reksa membuak suara. Gadis didepanya menghentikan aktivitasnya kemudian menatap wajah laki-laki didepanya. "Iya, tadi ada sedikit keperluan mendadak" jawab Ana. "Reksa, namaku Reksa. Kamu?" Reksa mengulurkan tanganya. Ana yang merasa kaget hanya menatap bergantian antara telapak tangan kekar dan wajah dengan senyum ramah. "Oh, eh aku Ariana dan panggil saja Ana" tangan Ana membalas jabatan Reksa. Keduanya tersenyum dan obrolan ringan pun menemani hujan yang masih asyik berdendang basah. ------------------------

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Rewind Our Time

read
161.6K
bc

MOVE ON

read
95.2K
bc

Call Girl Contract

read
326.1K
bc

Marriage Agreement

read
590.8K
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
463.0K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook