5. Di Grebek

2020 Words
  Edo dan Diska sudah sampai rumah, seperti biasa Diska menawarkan Edo untuk mampir. Tapi Edo menolak, dia sangat lelah hari ini ingin segera pulang. Diska mengerti rasa lelah yang Edo rasakan, jadi dia tidak memaksa Edo mampir. Di perjalanan pulang, Edo mendengar teriakan seorang wanita minta tolong. Edo langsung menepikkan mobilnya, dan keluar dari mobil untuk membantu wanita itu. Edo mencari suara minta tolong wanita tadi, Edo yakin itu suara manusia bukan hantu. Edo melihat sebuah rumah kosong, Edo yang penasaran langsung masuk. Bertapa terkejutnya Edo, ternyata dia dalam sana ada seorang wanita yang ingin di perkosa 5 pria sekaligus. Edo langsung memukuli 5 pria itu  hingga babak belur, mereka langsung kabur dari rumah kosong itu. "Kamu nggak papa?" tanya Edo lembut. "Nggak papa kok, makasih ya udan nolongin aku," ujar wanita itu tanpa menatap Edo. Dia tidak berani menatap Edo, karena dia sangat malu dengan apa yang telah dialami barusan. Dia hendak di perkosa oleh 5 pria sekaligus, andai Edo tidak datang mungkin kesuciannya sudah terenggut oleh 5 pria berengsek tadi. "Iya sama-sama." Wanita itu langsung menengok, melihat wajah pria yang sudah menolongnya. "Mas Edo!" panggil wanita itu, ya wanita itu ternyata mengenal Edo. Edo jelas kaget, kenapa wanita itu mengenalnya padahal dia sama sekali tidak merasa mengenal wanita itu. "Kamu siapa? Kok mengenal saya?" "Aku Lita Mas, Arlita sepupu dan manager Difa." Wanita yang Edo tolong adalah Lita,  Arlita Melina Safara sepupu Difa anak Rina. Tadi sewaktu pulang dari diskotik, 5 pria itu menghadang Lita. Karena tidak bisa menang melawan mereka, Lita pasrah di bawa ke rumah kosong. Lita kaget, saat tau mereka mencoba memperkosanya. Dia bersyukur Edo segera datang, sebelum mereka merenggut kesucian yang Lita jaga untuk suaminya kelak. "Owh, maaf saya nggak terlalu ingat." "Iya, nggak papa." "Pakai jas saya, untuk menutupi baju kamu yang tadi di robek oleh pria-pria tadi. Oh ya, apa saya boleh tanya?" ujar Edo langsung memakaikan jasnya ke tubuh Lita, baju Lita memamg bolong karena abis di robek 5 pria itu. Lita mengangguk, tanda dia setuju. "Apa kamu mengenal mereka?" "Tidak, saya sama sekali tidak mengenal mereka. "Oke, ayo kamu saya antar pulang. Saya takut, kalau pria itu datang lagi mengganggu kamu." Apa yang di katakan Edo benar, Lita juga takut kalau mereka datang dan mengganggu Lita lagi. Saat Lita dan Edo keluar dari rumah kosong itu, ada banyak warga yang mendatangi mereka. Mereka bingung, kenapa para warga malah mengepung mereka. Seakan mereka adalah terdakwa bersalah, padahal mereka tidak pernah melakukan apapun. "Ternyata benar kata orang itu, di sini baru saja ada dua orang pasangan yang habis bertindak asusila," ujar salah satu warga. "Kalian pasangan suami istri?" tanya seorang tertua di antara para warga itu. "Bukan," jawab Edo dan Lita kompak. "Kalian ini benar-benar tidak tahu malu ya," ejek salah satu warga yang lain. Edo dan Lita sama sekali tidak mengerti apa maksud warga yang sebenarnya, siapa yang mereka maksud tidak tahu malu itu. "Bawa mereka ke pos satpam." Para warga langsung menyeret Edo dan Lita ke pos satpam, Edo yang tidak terima karena asal di seret langsung bertanya apa kesalahannya. "Sebenarnya apa salah kami? Kenapa kami asal di seret aja?" tanya Edo tegas. "Masih nanya lagi salah kamu apa," jawab salah satu pemuda kemudian memukul wajah tampan Edo. Edo sangat geram dengan tindakan para warga, asal seret sekarang main asal pukul. "Saya nggak tau salah saya, makanya saya nanya," geram Edo langsung membalas pukulannya. "Wah udah salah, sekarang malah nantang lagi." Pria yang tadi memukul Edo, sekarang memukul Edo balik. Dan akhirnya mereka berdua berantam, sampai relai sama Pak RT. "Sudah sudah, kalian malah berantem lagi," lerai Pak Imran selaku ketua RT. "Maaf Pak, sebenarnya apa kesalahan kami? Sampai kami di seret ke pos satpam." Edo bertanya dengan lebih sopan dan lembut, berharap dia mendapatkan jawabannya. "Kesalahan kamu berbuat mesum di rumah kosong itu, jadi sebagai hukuman kalian harus  di nikahkan sekarang juga," ujar Imran tegas. Edo mulai mengerti semua yang terjadi, jadi dia dan Lita ceritanya di grebek di tuduh mau berbuat mesum di rumah kosong itu. Picik sekali pikiran mereka, asal nuduh. Mana mungkin seorang Edo berbuat seperti itu, apalagi Edo kan juga seminggu lagi akan menikah dengan Diska. Apa di nikahkan? Nggak benar saja, Edo nggak akan mau nikah dengan orang yang belum terlalu dia kenal. Dia hanya ingin menikahi Diska, bukan Lita atau perempuan lain. "Bapak-bapak dan ibu-ibu terhormat. Kalian semua salah faham, saya dan wanita itu tidak pernah berniat melakukan perbuatan mesum," ujar Edo tegas. Walau Edo sudah berusaha menjelaskan sejujur-jujurnya, mereka tidak langsung percaya dengan ucapan Edo. "Alah maling mana mau ngaku, maling ngaku yang ada penjara penuh. Udah kebukti kok melakukan perbuatan mesum, buktinya baju ceweknya sobek," ketus seorang Ibu-ibu. Biasa memang, Ibu-ibu mulutnya comel banget. "Ya bener kata Bu Tita, udah ada buktinya jadi nggak usah ngelak." Ibu yang lain malah ngomporin. "Saya tegaskan sekali lagi, kami nggak pernah berbuat mesum pak, buk," ujar Edo tegas. "Benar yang di katakan Mas Edo, kami tidak melakukan perbuatan mesum. Mas Edo tadi malah yang nolongin saya, saya hampir saya di perkosa 5 orang," bela Lita. Lita juga tidak terima di fitnah seperti itu, dia dulu memang ingin memiliki Edo. Tapi itu dulu, perasaannya sekarang biasa aja pada Edo. Kalau pun dia masih punya rasa, dia tidak mungkin menjebak Edo dengan cara murahan seperti ini. Dia bukan Difa, yang melakukan apapun yang untuk mendapatkan apa yang dia mau. "Kami tidak perlu pengakuan dari kamu, kamu mau kita arak keliling kampung dengan tidak memakai sehelai benang pun atau kalian menikah?" ancam Imran. "Kalau saya boleh tau, siapa yang memberi informasi kalau di rumah kosong ini ada pasangan yang berbuat mesum?" tanya Edo. Jelas Edo tanya seperti itu, nggak mungkin sekali. "Kamu nggak perlu tau, kami tau dari mana," ujar seorang pemuda dengan nada ketus. "Jelas saya perlu tau, karena saya yang menjadi korban penggerebekan," geram Edo. Edo sangat kesal, tanya baik-baik malah di jawab ketus kayak gitu. "Saat kami sedang melakukan ronda malam, ada beberapa pemuda yang berlari dan memberitahu kami bahwa ada pasangan yang berbuat mesum di rumah kosong. Kami mendengar semua itu, langsung lapor ke Pak RT. Dan Pak RT mengajak kami untuk melakukan pemggerebekan," jelas warga yang lain. Edo tau siapa dalang penggrebekkan itu, pasti 5 orang yang mencoba memperkosa Lita. Edo sangat yakin itu, dan Edo berjanji mereka akan mendapat pelajaran yang sangat berharga. Berani-beraninya mereka bermain-main sama seorang Edo, Edo terkenal dengan sisi devilnya dia nggak akan mengampuni mereka yang bermain-main dengannya. "Baik, kita akan menikah hari ini juga," putus Edo. Itulah keputusan yang Edo ambil, lebih baik menikahi Lita dari pada di arak keliling kampung dengan tidak memakai sehelai benang pun. Lita sangat kaget dengan keputusan Edo yang seenaknya, mutusin menikah nggak mikirin perasaanya. "Mas Edo apaan sih, mutusin nikah kayak mutusin mau beli permen gampang banget. Aku belum mau nikah, apalagi nikah karena terpaksa kayak gini," tolak Lita. Jelaslah Lita menolak, dia inginnya menikah dengan pria yang dia cinta bukan karena terpaksa kayal sekarang. "Masnya udah mau, jadi Mbak juga harus mau. Kalau nggak sekarang ayo kita arak mereka berdua." "Oke saya mau, tapi ada satu syarat." Akhirnya Lita menerimanya, ya nggak ada pilihan lain lagi. "Apa?" tanya Edo ketus. Edo berfikir bahwa syarat yang diajukan Lita, adalah hatra. "Saya masih punya Papi, saya ingin yang menjadi wali nikah saya adalah Papi saya sendiri bukan orang lain," ujar Lita, ternyata Edo salah dia kira syaratnya harta ternyata bukan. Impian Lita memang itu, dia sejak dulu sangat ingin menikah dengan wali papinya sendiri bukan orang lain. "Alamat rumah kamu di mana?" tanya Imran. Imran berusa melalukan syaratnya, dia mengerti seorang anak perempuan pasti ingin menikah dan yang menjadi wali nikahnya ayahnya sendiri. Imran, Edo, Lita dan para warga menuju rumah Lita setelah Lita menyebutkan alamat rumahnya. "Assalamulaikum," salam mereka berbarangen sambil mengentok pintu. "Walaikumsalam," jawab Rina Mami kandung Lita yang membukakan pintu. "Ini benar rumah Mbak Lita?" tanya Imran. "Iya, benar Pak. Saya sendiri Mami Lita." "Boleh kami masuk." "Oh, ya silahkan masuk." Mereka semua langsung masuk ke rumah Rina, Rina bingung kenapa Lita datang bersama banyak orang. Rita mempersilahkan mereka duduk di kursi tamu rumahnya. "Maaf, kalau boleh saya bertanya, kenapa kalian semua datang ke rumah saya?" tanya Rina berusaha sesopan mungkin. "Saya akan jelaskan, tapi bolehkah ibu panggilkan suami ibu." "Boleh pak, sebentar."  Rina langsung bangun dari tempat dudukmya untuk memanggil Sultan suaminya, tak perlu waktu lama Rina sudah kembali bersama Sultan. "Ada apa ini sebenarnya Pak?" tanya Sultan yang baru saja datang. Imran menjelaskan semua pada Rina dan Sultan. hingga Sultan dan Rina paham dengan masalahnya. "Memang tidak ada cara lain selain mereka menikah? Saya nggak yakin mereka melakukan perbuatan mesum," bela Sultan. Sultan dan Rina tau bagaimana anak mereka, mereka tau Lita memang bandel. Tapi dia tau batasan, tak akan melakukan perbuatan mesum seperti yang warga tuduhkan. "Kami datang ke mari bukan untuk meminta pendapat Bapak atau Ibu, kami hanya meminta Bapak menjadi wali nikah anak perempuan bapak," ketus salah seorang warga. "Boleh kami berbicara berempat?" "Kenapa tidak bicara di sini aja?" "Saya ingin berbicara secara pribadi kepada istri, anak dan calon menantu saya. Apa tidak boleh. "Tentu, silahkan kalian bicara berempat. Asal kalian jangan kabur, kami menunggu di sini. Sambil menunggu datangnya bapak penghulu." "Kami tidak akan kabur, jangan khawatir." Ya kali mereka kabur, memang mereka mau kabur ke mana ini kan rumah mereka. Rina, Sultan, Lita dan Edo langsung pergi ke ruangan kerja Sultan untuk membicarakan masalah mereka secara pribadi. "Papi nggak percaya kalian melakukan perbuatan mesum," ucap Sultan. "Mami juga sama apalagi Mami tau siapa Edo, dia kan dulu orang yang mengundang Mami dan Lita untuk acara pembongkaran kejahatan Difa. Dan dari sana, Mami tau Edo orang baik," ujar Rina panjang lebar. "Kami memang tidak melakukan perbutan mesum Pi, Mi. Itu semua salah faham, Mas Edo adalah orang yang menolongku saat aku akan di perkosa 5 orang preman sekaligus," jelas Lita. "Kok kamu bisa mau di perkosa sama 5 orang preman?" tanya Sultan khawatir. Orang tua mana yang nggak khawatir, mendengar anaknya hampir di perkosa 5 orang sekaligus. Beruntung ada yang menolong Lita, orang itu adalah Edo walau malah jadinya sangat runyam seperti ini. "Lita pulang kerja ke diskotik, karena teman Lita ada yang ulang tahun dan merayakannya di sana. Papi sama Mami tenang aja, Lita udah tobat Lita nggak minum alkohol. Lita nggak enak kalau nggak datang, karena dia sangat berharap Lita datang dan ikut acara ulang tahunnya." Lita memang sudah bertobat tidak suka ke diskotik lagi, sejak Difa masuk penjara. Dia tak ingin seperti Difa, membusuk di penjara karena kesalahan-kesalahanya yang sangat besar. "Kamu yakin Nak Edo mau menikahi putri saya Lita? Kalau kamu tidak yakin nggak usah, biar warga tadi jadi urusan saya," ujar Sultan. Sultan ingin yang terbaik untuk anaknya, dan Sultan tidak ingin Lita tidak bahagia karena pernikahan terpaksa ini. "Insya Allah saya yakin Om, saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuk Lita," jawab Edo tegas. Ya sepertinya Edo memang harus menikahi Lita, bagaimana lagi nggak ada pilihan lain. "Saya percaya pada Nak Edo, semoga nak Edo memang bisa membahagiakan Lita. Keinginan orang tua, yaitu hanya ingin anaknya bahagia." Edo dan Sultan kembali ke depan, sedangkan Lita dan Rina pergi ke kamar Lita. Walau pernikahanhya terpaksa dan dadakan, Lita harus memakai kebaya bukan dan di dandani sedikit. Tidak perlu waktu lama mendadani Lita, karena dasarnya Lita memang sudah sangat cantik. "Ini semua bukan rencana kamu kan Lit?" tanya Rina penasaran. "Bukanlah Mi, Lita bukan Difa ya yang melalukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia mau. Lita sama sekali nggak ada rencana buat jebak Mas Edo, semua yang terjadi itu asli bukan jebakkan yang Lita buat." Wajar Rina tanya seperti itu, Lita kan sejak dulu selalu bersama dengan Difa. Rina pasti takut, jika sifat jelek Difa juga menular pada Lita. Dan jika itu terjadi, Rina pasti akan sangat marah. "Yaudah kalau bukan, Mami bersyukur kamu tidak seperti Difa." "Lita ya Lita, jangan samakan Lita dengan Difa karena kami jelas beda." "Iya, maafin Mami kan takutnya." "Suudzon dosa loh Mi." "Iya, maafin hamba ya Allah karena sudah bersuudzon pada anak hamba sendiri." Mereka berdua segera pergi ke depan, karena penggulunya sudah datang dan siap untuk menikahkan Edo dan Lita.                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD