bc

Belongs to Someone Else

book_age16+
116
FOLLOW
1K
READ
dark
forbidden
second chance
self-improved
doctor
drama
city
friends with benefits
passionate
like
intro-logo
Blurb

Merupakan Spin Off dari judul Sekretaris Pribadi Bos Tampan.

Selena merupakan sahabat William. Dulu, ia selalu ada di samping laki-laki itu. Kehadirannya tidak lain untuk mendapatkan cinta dari seorang William Salim.

Namun, kehidupan bahagia William dan Tasya dalam menyambut bayi pertama mereka, membuat Selena memutuskan untuk menjauh.

Dengan perut buncit, Selena pergi ke Amerika untuk mengasingkan diri dan melupakan semuanya.

Di sana Selena bertemu dengan seorang teman lamanya di sebuah klinik. Ternyata laki-laki itu sedang mengunjungi istrinya yang terbaring koma. Kata dokter, tidak ada harapan lagi bagi wanita itu.

Selena yang merasa iba, mencoba untuk membuat Frans Louis tersenyum lagi. Hari demi hari mereka lalu bersama. Selena juga berteman baik dengan anak laki-laki Frans yang telah berusia tujuh belas tahun.

Lama-kelamaan, hubungan Selena dan Frans semakin dekat. Karena Frans juga memerlukan pemuasan hasrat, ia melamar Selena yang baru saja melahirkan sebulan lalu.

Selena ragu. Namun, ketika melihat istri Frans yang sudah tidak ada harapan, Selena setuju. Mereka memulai kehidupan yang bahagia.

Akan tetapi, setelah satu bulan menikah, mereka mendengar kabar jika istri Frans sadar dan mencari laki-laki itu.

Bagaimana kehidupan Selena selanjutnya? Apakah Frans akan kembali pada cintanya atau bertahan dengan pemuas hasratnya?

Selamat datang di buku ke dua saya. Semoga suka dan jangan lupa tap lovenya!

chap-preview
Free preview
1. New York
Pesawat yang ditumpangi Selena mendarat di bandara New York sekitar tiga puluh menit yang lalu. Udara dingin membuatnya enggan pergi ke luar sekedar untuk mencari taksi. "Permisi, Mam. Apa Anda menunggu seseorang?" tanya seorang laki-laki yang mengenakan seragam khas bandara. Sepertinya dia adalah salah satu petugas bandara yang kebetulan melihat Selena telah duduk di sana, sejak setengah jam yang lalu. Dia cukup perhatian. Atau mungkin memang semua petugas di sini baik hati pada wanita hamil seperti Selena. Ah, sudahlah. Ia malas memikirkannya. "Ya. Saya menunggu seseorang. Apa saya boleh menunggu di sini?" tanya Selena memastikan lagi. Takutnya, ia tidak boleh duduk di sana karena satu alasan. Akan tetapi, orang itu memberikan senyum manis untuk Selena. "Tentu saja boleh, Mam. Ini tempat umum. Siapa saja boleh berada di sini," jelasnya kemudian. Laki-laki itu pergi. Selena meruntuki Jean yang tidak kunjung datang. Harusnya ia sudah tiba sejak Selena belum tiba. Itu perjanjiannya. Apakah sesuatu terjadi padanya? "SEL!" Sebuah suara yang memekakkan telinga terdengar dari arah depan. Selena mengangkat wajah dan menemukan Jean melangkah cepat dan semakin mendekat. Senyum Selena mengembang. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, akhirnya mereka kembali saling bertatap muka. Dia adalah Jean Bourbon. Sepupu Selena yang ayahnya asli penduduk Amerika. Ibu Jean adalah adik mama Selena. Mama Selena telah pergi menghadap Tuhan sejak wanita masih duduk di sekolah menengah atas. Setelah saling melepas rindu, Jean membatu Selena membawa koper keluar dari bandara. Di depan, ia mengajak tamunya itu masuk ke dalam mobil yang terlihat baru. “Malam ini kamu tidur di rumahku dulu. Besok aku akan mengantarkanmu ke rumah yang sudah kamu beli itu. Jaraknya lumayan jauh …,” jelas Jean. “Terima kasih, ya. Tapi, apa aku tidak mengganggu kalian?” tanya Selena yang agak tidak enak. Karena, setahunya Jean dan sang kekasih sudah tinggal bersama. “Gak apa-apa. Stu tidak akan pulang malam ini. Ia masih ada pekerjaan di luar kota. Biasalah … tukang foto,” terang Jean. Selena membulatkan bibir menanggapi hal itu. Seingatnya, Jean sudah tinggal dengan kekasihnya selama satu tahun terakhir. "Sekali lagi terima kasih, ya. Kamu memang sepupu yang luar biasa baik!" ungkap Selena. Jean tersenyum dan mendekati Selena. Mereka berpelukan untuk sejenak. Selena tidak pernah menyangka akan sampai kepada hari ini. Di mana ia akhirnya harus pengalah dan menjauh. Di dalam kamar Jean, Selena melepaskan coat dan menggantungnya dengan baik. "Oke, apakah di sekitar sini ada klinik atau rumah sakit, tempat aku bisa memeriksakan kandungan?" tanya Selena sedikit agak ragu. "Kalau di dekat sini, sih ... tidak ada. Hanya saja, rumah sakit juga letaknya tidak terlalu jauh, kok. Tapi, besok pagi aku tidak bisa mengantarmu dulu ... karena aku harus pergi kerja," ungkap Jean dengan rasa menyesal. "Tenang saja. Aku bukan anak kecil yang tidak bisa pergi kemana-mana sendirian. New York juga bukan tempat baru untukku," sahut Selena. "Tapi tetap saja, tuan rumahnya 'kan, aku. Seharusnya aku bisa menemani di hari pertama kepindahanmu ke sini." Jean merapihkan tempat tidurnya agar mereka berdua bisa tidur di sana. "Mungkin lain kali kamu akan punya banyak waktu untuk menemaniku, kalau besok tidak bisa." Cuaca yang dingin membuat Selena mengurungkan niatnya untuk mandi. Akhirnya ia masuk kedalam kamar mandi hanya untuk menyikat gigi, mencuci tangan, dan wajahnya saja. Perjalanan panjang yang lumayan melelahkan, membuat Selena bisa tidur lebih cepat daripada biasanya. *** Pagi ini Selena terbangun karena pergerakan di sampingnya. Rupanya, Jean juga baru saja terjaga. "Hei, pagi ...," sapa Jean setelah menguap. "Pagi ... jam berapa ini?" tanya Selena karena tidak bisa menemukan jam di dinding kamar itu. Jean mengambil ponselnya dan melihat baik-baik. "Jam tujuh lewat sepuluh. Aku harus pergi kerja jam delapan. Sebaiknya kita turun dan membuat sarapan dulu," ajak Jean. Selena setuju dan beranjak dari sana. Udara yang semakin dingin sempat mengurungkan niat Selena untuk periksa kandungan pagi ini. Akan tetapi, ia ingat pesan dokter kandungannya di Indonesia. Sesampainya Selena di New York, ia harus memeriksakan kandungannya lagi. Selena adalah seorang dokter, ia paham betul maksud dan tujuan dokter kandungan memerintahkannya begitu. Jean hanya memiliki roti, keju, dan telur di dapurnya. Jadi mereka membuat roti isi telur dan keju. Sepertinya makanan itu cukup untuk pagi ini. Setelah selesai sarapan, Jean pamit pergi lebih dulu. Ia sudah memberikan kunci rumah kepada Selena. Wanita itu tahu apa yang harus ia lakukan. Sendirian di rumah, Selena tiba-tiba teringat dengan William. Sungguh, hatinya masih tidak bisa menerima jika ia melepaskan laki-laki itu. Semua kata-kata tentang cinta dan pengorbanan, hanya sampah menurut Selena. Baginya, mencintai berarti harus memiliki. Kalau tidak, buat apa? Hanya menerima sakit! Selena kembali ke kenyataan. Ia mengambil tas dan ponsel dari atas meja. "Sepertinya aku harus membeli SIM card baru untuk di sini. Aku harus bergegas." Selena keluar rumah dan mengunci pintunya. Ia mengenakan mantel tebal dan boots milik Jean. Beruntungnya ia, karena tidak jauh dari rumah Jean ada sebuah taksi yang baru saja menurunkan penumpang. Selena bergegas menghampiri taksi itu. "Selamat pagi. Bisakah Anda mengantar saya ke rumah sakit atau klinik terdekat?" tanya Selena dalam bahasa Inggris yang sangat lancar. "Ya. Tentu saja, Mam." Sopir taksi itu tersenyum dan bersiap menginjak gas mobil. Selena mengeluarkan ponsel dan kembali menyimpannya. Ia tidak ingat kalau ponselnya tidak terhubung ke internet. "Anda perlu sambungan data?" tanya sopir taksi yang agaknya memperhatikan Selena sekilas tadi. "Ya. Aku harus mencari sebuah tempat ...," sahutnya pelan. "Anda bisa menggunakan milik saya. Kodenya ada di belakang. Gunakan dengan gratis," ungkap orang itu. Selena tersenyum dan berterima kasih. Ia langsung saja mengaktifkan wi-fi untuk kemudian melakukan pencarian satu lokasi. Selena mencari lokasi tempat tinggalnya yang baru. Seberapa jauh jaraknya dari rumah Jean. Selama di New York, Selena akan mencoba bertahan dengan uang tabungan yang ia miliki. Selain itu, investasi yang pernah ia lakukan juga lumayan membantu keuangannya kali ini. "Lumayan juga. Untungnya di dekat rumah itu ada klinik walaupun bukan klinik besar. Apa kakak sudah memperhitungkannya baik-baik, ya?" "Maaf, Mam?" tanya si sopir taksi yang tidak paham kalimat Selena. "Oh, tidak. Saya bicara sendiri. Maaf," ungkap Selena dengan bahasa yang orang itu pahami. Sopir taksi itu kembali tersenyum. "Oke, kita sudah sampai. Ini adalah klinik yang lumayan ramai. Anda bisa melakukan pemeriksaan apa saja di sana," jelas sopir taksi tadi. Selena tersenyum dan berterima kasih. Setelah melakukan pembayaran, Selena turun dari taksi itu dan melangkah masuk ke dalam. Baru masuk saja Selena sudah disuguhi kesibukan khas rumah sakit. Di dalam hati, ia merindukan semua itu. Ia merindukan, saat-saat dulu harus sibuk mengurus pasien yang datang untuk periksa atau pasien yang melakukan pengobatan. Tujuan pertamanya adalah meja pendaftaran. "Permisi, saya mau periksa kandungan," ungkap Selena seraya memberikan kartu tanda pengenal dan paspor miliknya. "Oke. Silakan tunggu, nanti saya panggil." Wanita resepsionis itu terlihat sibuk tapi tetap memberikan senyuman kepada Selena. Selena berbalik dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang lewat di belakangnya. "Aww ...," lirih Selena dengan suara pelan. "So-sorry! Maaf, saya tidak sengaja. Apa Anda baik-baik saja?" tanya laki-laki itu. Terdengar sekali jika ia merasa bersalah. "Tidak apa. Saya yang minta maaf ...," sahut Selena. Untuk beberapa saat, keduanya terdiam. Mereka hanya saling pandang seperti menunggu sesuatu. Laki-laki itu kemudian tersenyum dan melepas kaca mata yang membingkai wajahnya. "Selena?!" tanya laki-laki itu tidak percaya. Selena bingung. Sepertinya ia mengenal orang itu. Tapi ia lupa siapa. "Eemm ... siapa, ya?" tanya Selena yang menyerah untuk mencoba mengingat wajah itu. "Frans Louise. Kamu lupa?" Laki-laki itu mengenakan kembali kaca matanya. "Frans? Astaga ... sudah lama sekali!" Keduanya berpelukan untuk sejenak. Menyadari jika wanita di hadapannya kini tengah hamil, Frans mengedarkan pandangannya. "Kita harus ngobrol, Sel. Di mana suamimu? Aku tidak mau dituduh sebagai laki-laki pengganggu ...," ucap Frans memutar bola matanya. "Itu ...." [Bersambung]

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

My Secret Little Wife

read
95.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook