"Mau tidur, Sayang?" tanya Baskara saat Aluna sudah menguap lebar.
"Hmm, Mas sudah beres?" tanya Aluna.
"Sudah," ucap Baskara, senyumnya tipis.
Baskara memapah Aluna untuk berjalan ke kamarnya. Wangi rambut Aluna yang baru selesai dicat membuat Baskara merasakan sesuatu yang dari dulu ia tahan.
"Mas tidur di sini, kan?" tanya Aluna memastikan.
"Iya, Sayang," ucap Baskara. Ia menyentuh pipi Aluna dengan lembut.
Baskara mendekatkan wajahnya pada wajah Aluna. Ia mengecup bibir Aluna dengan lembut. Aluna kaget, pipinya bersemu merah. Baskara terdiam, antara ragu dan ingin. Wajahnya masih berdekatan dengan Aluna hingga Aluna bisa merasakan hembusan napasnya. Baskara kembali mencium bibir Aluna dengan lembut, kali ini lebih lama.
Aluna pun membalasnya perlahan, ragu-ragu.
Ciuman mereka berlangsung lama, Baskara menahan tengkuk Aluna agar tak buru-buru melepaskan nya.
Aluna mengingat ciuman itu, ciuman yang dulu milik mereka.
"Tidur ya," ucap Baskara dengan napasnya tersengal, mengakhiri momen itu.
Aluna pun mengangguk, lalu berbaring. Ia menutup matanya. Ada rasa nyaman dan hangat di hatinya. Untuk sesaat, ia tak meragukan Baskara lagi.
Baskara mematikan lampu. Ia pun tidur di samping Aluna.
Malamnya, Aluna bermimpi lagi. Kali ini ia berada di sebuah sekolah SMA. Ia keluar dari sekolah, lalu mengobrol dengan sahabat-sahabatnya.
"Kita ke kafe, yuk, pulang dari sini," ucap salah satunya.
Aluna hanya diam, menyaksikan mereka berbicara.
"Al, hayu! Kok bengong?" ucap salah satu temannya.
"Aku nggak tahu siapa kalian," kata Aluna.
"Kita sahabat lo, Al! Masa lo lupa sih?"
"Tapi nama kalian siapa?" tanya Aluna.
Hening. Tak ada jawaban.
"Aku harus tahu nama kalian biar aku ingat!" desak Aluna.
Tak ada yang menjawab. Hingga seorang laki-laki tiba-tiba menggenggam tangan Aluna dan membawa Aluna pergi dari sekolah itu.
"Al!" teriak teman-temannya.
Aluna hanya menatap mereka sambil berjalan, mengikuti laki-laki itu.
"Kamu siapa?" tanya Aluna sambil memandangi punggung laki-laki itu.
Tidak ada jawaban. Laki-laki itu membawa Aluna ke rumah yang sama seperti mimpi sebelumnya—rumah yang terasa penuh teror.
"Aku di mana?" ucap Aluna sambil menatap sekeliling.
"b******k!" teriak seorang laki-laki dari dapur.
PRAAAAANG!
Piring pecah lagi. Aluna refleks menutup telinganya. Ia ketakutan.
"Maafkan aku," ucap seorang wanita yang sedang dijambak oleh laki-laki itu.
"Aku capek kerja dan kamu nggak masak hari ini? Ngapain aja kamu seharian di rumah, hah?!" teriak laki-laki itu.
PLAKKK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi wanita itu. Aluna duduk jongkok di ujung rumah. Ia ketakutan. Ia memeluk tubuhnya. Air matanya menetes.
Wanita itu diseret suaminya dengan cara rambutnya dijambak. Ia meronta-ronta kesakitan. Aluna menyaksikan semuanya.
"Aku takut! Aku takut!" ucap Aluna.
Laki-laki yang bersamanya tadi segera memeluk Aluna dengan erat. "Kamu nggak sendirian. Aku di sini," ucap laki-laki itu.
Aluna memeluknya dengan erat. "Tapi kamu siapa?" tanya Aluna.
Tak ada jawaban. Pria tadi yang membawa istrinya kembali lagi. Ia melihat adegan pelukan itu.
"BUGG!"
Pukulan keras mendarat di wajah laki-laki yang memeluk Aluna. Beberapa kali pukulan menyusul.
Aluna ketakutan. "Tolong aku!" gumamnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Tidurnya sangat gelisah.
"Tolong aku!" ucap Aluna hingga Baskara terbangun.
"Sayang, kenapa?" Baskara menepuk pipi Aluna dengan lembut.
Aluna terbangun. Semuanya gelap.
"Kamu mimpi apa?" tanya Baskara.
Aluna memeluk Baskara, tubuhnya masih bergetar ketakutan. "Aku takut," ucap Aluna.
Baskara memberi Aluna minum. "Tenang ya," pintanya.
Aluna pun minum, lalu mengangguk. Setelah tenang, Baskara menyuruh Aluna tidur kembali.
"Mas," panggil Aluna.
"Ya..."
"Peluk aku," pinta Aluna.
Baskara menoleh cepat. "Apa?"
"Peluk aku. Aku takut," ulang Aluna.
Baskara pun memeluk Aluna. Ia mengusap punggung Aluna, memastikan Aluna tenang. Setelah Aluna tertidur, Baskara pun tertidur malam itu, memeluk istrinya.
Keesokan paginya, Baskara terbangun. Aluna masih tidur di pelukannya.
Ia mengecup kening Aluna dengan lembut, membuat Aluna menggeliat. Aluna berpindah posisi dan tertidur lagi.
Baskara bangun. Ia bersiap untuk pergi kerja pagi itu. Sebelum pergi, Baskara berjongkok di dekat kasurnya. Ia menatap Aluna sebentar, lalu pergi.
"Kalau Ibu bangun, kasih vitamin, ya. Kasih buah-buahan. Masak steak hari ini, dia suka," perintah Baskara pada Santi.
"Baik, Tuan," ucap Santi.
Baskara pun pergi ke kantor.
***
Aluna duduk termenung di taman belakang, pikirannya melayang, memikirkan mimpinya yang penuh misteri.
"Siapa mereka?" gumamnya. "Siapa laki-laki itu?" "Siapa perempuan yang disiksa itu?" "Teman-temanku ada tiga... yang aku ingat hanya Risa. Dua lagi siapa?" Aluna terus bertanya-tanya dalam hatinya, mencari kepingan memori yang hilang.
"Bu, makan ya, sudah matang," ucap Santi, membuyarkan lamunan Aluna.
"Oke," ucap Aluna. Ia berdiri dan berjalan menuju dapur.
Aluna duduk di meja makan. Santi mulai menyuapinya.
"Enak banget," ucap Aluna sambil tersenyum. Tiba-tiba ada kilasan ingatan Aluna.
Suaranya khas, suara Baskara. Ia tersenyum, sangat tampan.
"Apa itu?" ucap Aluna sambil memegang kepalanya.
"Bu! Ibu kenapa?" tanya Santi panik.
"Gak apa-apa, lanjut saja. Aku mau makan," ucap Aluna, sambil menekan kepalanya yang mulai berdenyut.
Aluna tersenyum, mengingat bayangan itu. Mas, ucapnya dalam hati.
"Ibu kenapa senyum sendiri?" tanya Santi, heran melihat perubahan ekspresi Aluna.
"Barusan aku makan steak ini, tapi tiba-tiba ada ingatan yang datang. Mungkin itu Mas Baskara. Dia nanya, 'Kamu suka?' Suaranya lembut. Dia pun tersenyum," cerita Aluna sambil tersenyum manis, terbuai dalam ingatan yang samar itu.
"Ooh, gitu ya," ucap Santi.
Aluna menghabiskan makanannya. Ia pun meminum vitaminnya.
"San, aku mau telepon Mas Baskara dong," pinta Aluna.
"Boleh, Bu," ucap Santi, lalu menekan nomor Baskara.
"Halo," sapa Baskara dari seberang.
"Mas, sudah makan?" tanya Aluna, perhatian.
"Eum, baru selesai kerjaan, Sayang. Aku mau makan sekarang," jawab Baskara.
"Di mana makannya? Sama siapa?" tanya Aluna, sedikit ingin tahu.
"Sama teman aku, sekaligus asistenku, Rico," jawab Baskara.
"Oh, oke, Mas. Selamat makan siang," ucap Aluna.
"Iya, Sayang. Kamu sudah makan?" tanya Baskara.
"Sudah."
"Udah minum vitamin?" tanya Baskara.
"Sudah," ucap Aluna.
"Ya sudah, aku tutup ya," ucap Baskara.
"Oke," ucap Aluna.