Lena mengelus dadanya yang bergemuruh akibat berlari terlalu cepat tadi. Menghela nafasnya panjang, ia menoleh sekilas ke arah belakang, memastikan bahwa Daren tidak sedang mengejarnya.
Syukurlah, sepertinya Daren sudah kehilangan jejaknya dan mungkin saja saat ini ia sudah menyadari kepergiannya. Lena terkikik kecil membayangkan wajah Daren saat ini.
Oh, tapi benarkah ini keputusan yang tepat?
Lena segera menepiskan perasaan ragunya itu. Membuka kacamata hitam dan selendang yang menutupi kepalanya, tanpa sadar ia menubruk dua orang pria berbadan besar karena tak memperhatikan langkahnya.
"Ma-af." kata Lena cepat lalu berniat melanjutkan langkahnya.
Tapi, betapa terkejutnya Lena saat dua orang pria bertubuh besar itu menahan langkahnya dan menyeretnya.
"To—" sebelum Lena berteriak meminta tolong, mulut Lena di bekap terlebih dahulu, dan entah kenapa, hal itu membuat tubuhnya terasa lemas, matanya berkunang-kunang. Hingga ia tak sadarkan diri...
***
Tubuh Lena langsung memberontak keras saat ia sudah terjaga dan mendapati dirinya sedang duduk di apit oleh dua orang pria asing bertubuh besar dengan posisi di ikat seperti seorang tawanan.
"Mmmpph—" kata Lena mencoba bicara, tapi suaranya tertahan hingga yang terdengar hanya gumaman tak jelas.
Apa pria b*****t itu yang memerintahkan dua orang pria ini untuk menangkapnya? Jika kedua pria ini membawanya ke apartemen itu lagi, Lena masih bisa bernafas lega dan dia punya seribu cara untuk mengatasi pria b*****t itu. Tapi jika... Lena ingin berteriak, memikirkan kemungkinan terburuk yang akan menimpanya setelah ini. Apa ia akan di jual lagi? Atau di kirim ke luar negri? Itu lebih baik, setidaknya ia berkesempatan untuk menjadi TKW untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga yang akan menghasilkan uang nantinya, dan setelah itu ia akan memulai hidupnya dari nol kembali. Ah sialan. Bisa-bisa nya ia masih bisa betikir seperti itu.
Lena jadi teringat kasus kriminal yang marak terjadi saat ini, pembunuhan! Setelah di perkosa nanti mereka akan membunuhnya! Memotong-motong tubuhnya untuk di jadikan sup atau semacamnya, dan yang terparah, bagaimana jika seorang psikopat yang melakukannya? Bukan tidak mungkin jika tubuhnya di jadikan pajangan antik, dan lihat saja jika itu terjadi, Lena bersumpah akan menjadi hantu penasaran yang akan menghantui pelakunya sampai ia tewas!
Lena menggeleng keras, sambil berusaha memberontak. Mobil itu berhenti, dan kedua pria itu menyeret Lena secara paksa untuk keluar dari mobil tersebut.
"Bisa diam tidak!" salah satu dari mereka membentak Lena karena terus memberontak.
Mata Lena membelalak saat mengetahui bahwa ia tidak di bawa ke tempat pria b*****t itu. Jadi siapa mereka? Kenapa menawan Lena seperti ini? Dan... Dan... Tempat di hadapannya itu... Lena menahan nafasnya untuk beberapa saat.
Rumah bordir?
Tubuhnya di dorong hingga tersungkur jatuh di hadapan wanita gendut yang rambutnya di cat warna pirang dengan dandanan menor murahan untuk menutupi wajah tuanya.
"Barang bagus, Tuan pasti suka." katanya dengan senyum miring.
Lena membelalakkan matanya. Tuan siapa?!
Wanita menor itu membuka kain yang menutupi mulut Lena secara kasar.
"Siapa kalian?! Kenapa kalian melakukan ini padaku?! Kenapa?! Lepaskan aku!!" teriak Lena dengan nafas yang bergemuruh menahan amarah.
Wanita menampar pipi Lena dengan sangat keras hingga matanya terasa berair. "Tutup mulutmu! Sekarang kau milik kami! Jika kau berpikir bisa bebas semudah itu, kau terlalu naif sayang... Tuan pasti akan suka dengan seorang pembakang sepertimu, dia suka sekali tantangan."
"A-pa?! Aku bukan barang yang bisa di perjual belikan sesuka hati kalian! Dan aku tidak pernah punya urusan dengan orang-orang b******n seperti kalian! Lepaskan aku b*****t, lihat dirimu, dandanan mu terlihat seperti badut kesepian yang tinggal di pinggir jalan! Kenapa kau tidak lepaskan aku dan pergi untuk bercermin?" dengan sengaja Lena menghina wanita menor itu dengan lantang. Karena tidak menerima hinaan itu , rambut panjang Lena dijambak dengan keras dan sekali lagi pipinya menjadi sasaran tamparan wanita menor itu.
"Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dariku lagi Lena Amanda White, karena seberapa jauh kau pergi, aku pasti akan menemukanmu."
Suara Daren yang berat saat memperingatkannya waktu itu tiba-tiba terngiang kembali dalam ingatan Lena. Pria b*****t itu mungkin tidak main-main dengan perkataannya. Lalu Lena berharap pria b*****t itu benar-benar akan menemukannya dan membawanya kembali. Persetan, Lena tidak ingin berakhir disini.
Lena sudah tidak punya banyak tenaga lagi untuk memberontak saat wanita menor ini menariknya untuk berdandan, memakaikan lingerie murahan berwarna merah tua yang terasa kasar membalut tubuh nya. Wanita menor itu hanya tersenyum kecil sambil menyisiri rambut panjang Lena, tidak terlalu peduli akan pemberontakan Lena yang ia lakukan sesekali, karena hal itu percuma saja.
"Tenanglah kau akan belajar cepat disini jangan berlagak sok suci. Lihat dirimu, tubuhmu penuh dengan tanda seseorang yang bernafsu akan sifatmu ini."
Lena mencoba bangkit saat dua orang pria berbadan besar itu menahannya untuk mengikat kedua tangan dan kakinya di sudut ranjang.
"Akan kubuat kalian menyesal karena telah melakukan ini padaku!" desis Lena bertekad.
Wanita menor yang berdiri bersidekap menatap Lena yang tidak berdaya itu hanya menaikan sebelah alisnya "oh benarkah?" matanya memberi isyarat kepada dua orang pria yang masih berjaga di tempat ini.
Hingga mereka menutup mata Lena dengan secarik kain dan meninggalkan Lena yang tiba-tiba dilanda perasaan takut.
"Dia ada di dalam, sesuai perintah anda." suara wanita menor itu terdengar menggoda dari luar membuat tubuh Lena menegang dengan sendirinya karena tak lama terdengar suara pintu yang terbuka dan langkah kaki pelan mendekat ke arahnya.
"Tunggu! Siapapun kau disana! Aku tahu kau bukan pria baik-baik, tapi bisakah kali ini kau melakukan suatu kebaikan? Kumohon bebaskan aku, kau pasti punya ibu! Bayangkan bagaimana rasanya jika ibumu di perlakukan seperti ini!" Lena berteriak keras, memohon walau ia tahu itu hanya membuang-buang tenanganya saja karena pria itu sama sekali tidak peduli, naik ke atas ranjang hingga Lena bisa merasakan bahwa pria itu berada di atasnya sedang menatapnya.
Tangan pria itu memberikan sentuhan lembut yang teratur di garis lehernya dimana tanda kemerahan yang diberikan Daren belum hilang.
"Jangan salah paham! Aku punya masalah dengan kulit dan jika kau menyentuhnya kau pasti akan tertular!" Lena membela diri memberi alasan agar pria itu tidak berpikir macam-macam terhadapnya. Lagi-lagi, pria itu tak mendengar, menyentuh bagian lain tubuh Lena dengan sengaja, membuat tubuh Lena seketika menegang karena sentuhan yang merangsang itu.
"Kumohon jangan sentuh aku..." kali ini suara Lena terdengar berdecit.
Dan saat tangan itu menyentuh bagian paling sensitif nya, Lena menggeleng keras. "Tidak! Kumohon jangan!"
"Tolong aku! Dareeennnn!!!" nama itu terucap lantang.
Namun teriakannya terhenti karena mulutnya dicomot dengan satu tangan besar yang menariknya hingga bibir elastisnya seperti mulut bebek. Dan hanya satu orang yang selalu melakukan ini padanya.
Tawa itu menggema keras dibawah kebingungan Lena yang masih menduga-duga. "Katakan sekali lagi Lena, memohon padaku." suara licik itu terdengar lagi, dan Lena yakin bahwa ia tidak salah sampai penutup matanya terbuka.
Lena tidak berekspresi apapun saat melihat pria b*****t itu yang masih sibuk menertawakannya. Matanya terasa terbakar hingga cairan bening itu keluar dengan sendirinya.
Tidak Lena! Kau tidak boleh menangis! Tidak di hadapan pria b*****t ini!
Lena meyakinkan dirinya sendiri, tapi air mata itu terus mengalir membuat Daren berhenti tertawa berganti dengan wajah terheran-heran sekaligus benci mengetahui wanita yang biasanya berlagak sok kuat ini menangis di hadapannya.
Sebenarnya, Lena tidak tahu kenapa ia menangis. Ada perasaan lega saat mengetahui pria b*****t inilah yang berada disini. Tapi Lena tidak bisa pungkiri bahwa ia terluka karena di permainkan dengan cara seperti ini.
"Kenapa? Kenapa lakukan ini padaku?" tanya Lena pelan.
Rasanya, tangan Daren ingin terulur menghapus air mata wanita itu, tapi egonya jelas melarangnya. Wajahnya berubah serius. "Aku sudah mengatakannya Lena, aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Kau tidak akan pernah bisa lari dariku, apa kau pikir aku sebodoh itu membawamu keluar tanpa penjagaan? Aku sudah menduganya bahwa kau akan lari."
"Ya! Kau memang pria bodoh!"
Daren tertawa kecil dengan perlawanan Lena yang tak pernah ada habisnya. "Lalu kenapa kau memanggil namaku?"
Kali ini Lena tak bisa menjawab, ia memalingkan wajahnya ke sembarang arah menghindari tatapan yang mengintimidasi pria b*****t itu.
Daren menarik wajah Lena hingga pandangannya tertuju padanya. "Jawab aku, Lena."
"Aku tidak tahu!" jawab Lena keras.
Lena memang benar-benar tidak tahu, nama itu terlintas di benaknya begitu saja. Daren menaikan sebelah alisnya, lalu beringsut bangun berjalan santai ke arah pintu membuat Lena kalap.
"Kau! Kau mau pergi kemana?!"
Daren menghentikan langkahnya lalu berbalik. "Pulang, urusanku disini sudah selesai."
Mata Lena membelalak. "Kenapa kau meninggalkanku disini?! Kenapa kau tidak membawaku pergi juga!?"
Daren menaikan sebelah alisnya. "Kenapa aku harus membawa kau pergi bersamaku lagi? Bukankah ini keinginanmu untuk bebas dariku?"
"Ya! Itu memang benar! Tapi tidak berakhir di tempat seperti ini! Sama saja seperti aku keluar dari kandang harimau dan masuk kandang buaya!"
Sejujurnya Daren ingin tertawa karena perkataan itu. Tapi melihat wajah Lena yang serius, ia mengurungkan niatnya.
"Siapa yang peduli Lena?"
"Tentu saja kau, kau yang harus peduli!"
Daren kembali mengernyit, lancang sekali wanita ajaib itu. "Hati-hati dengan ucapanmu itu Lena. Persetan! Aku sudah tidak menginginkanmu." Daren kembali berbalik untuk melanjutkan langkahnya dan Lena tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
"Aku mohon! Kumohon padamu! Aku akan memohon jika itu yang kau inginkan." persetan dengan harga diri dibanding Lena harus berakhir di tempat seperti ini.
"Kau akan menyesal jika kau tidak membawaku pergi bersamamu!" sambung Lena cepat dan itu berhasil membuat Daren berhenti dan berbalik kembali.
"Menyesal? Katakan alasannya kenapa aku akan menyesal?"
"Tentu saja! Karena aku akan mengakhiri hidupku setelah mengambil sumpah bahwa aku akan membawamu juga ikut bersamaku sampai ke nereka!"
Daren terkekeh. "Aku tidak peduli!"
"Dan aku akan hidup kembali karena reinkarnasi dalam wujud lain yang akan membalaskan dendamnya untukku padamu!"
"Omong kosong macam apa Lena."
"Maka dari itu kau harus membebaskanku!"
Daren tampak berpikir. "Itu tidak akan mudah, memohon padaku Lena, dan kau harus berhati-hati dengan keputusanmu yang satu ini, karena aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah. Kau akan terikat denganku untuk waktu yang lebih lama lagi! Dan jangan harap aku akan memperlakukanmu dengan baik seperti kemarin, aku akan membuat peraturan dan kau harus mematuhinya. Karena kalau tidak kau akan mendapat hukuman. Ingat, aku tidak pernah main-main dengan ucapanku Lena."
Lena menelan air liurnya kelu. Perasaan takut itu muncul kembali, tapi ia tak punya pilihan lain. "Ya, aku mohon bebaskan aku apapun yang kau inginkan dariku." kata Lena mantap.
"Bagus, sudah cukup pelajaran untukmu agar kau tidak meremehkan ku lagi." kata Daren menatap wanita itu tanpa ekspresi, membuka ikatan di kedua tangan dan kakinya tanpa bicara sepatah katapun.
Tubuh Lena yang lemas dan sudah tak bertenaga itu terkulai jatuh saat ia mencoba bangkit berdiri.
Daren yang melihatnya segera mendekatinya dan menatap Lena dengan tatapan sinis. "Kau sudah tau bagaimana kondisi tubuhmu, tapi kau terus habiskan energimu dengan membangkangku." desis Daren sambil membuka jaket kulitnya untuk ia sampirkan di tubuh Lena yang hanya berbalut lingerie, dan dengan mudah Daren mengangkat tubuh Lena bak kapas tanpa perlawanan sedikitpun.
Lena tersenyum kecil sambil menghirup aroma pria yang menggendongnya ini. "Bukan Lena namanya jika aku terlihat lemah." katanya pelan.
***
Lena menatap Daren dari sudut matanya. Wajah seriusnya saat sedang menyetir dan kebiasaan mengerutkan keningnya itu selalu mengingatkan pertemuan pertama dengannya.
"Bolehkah aku bertanya satu hal?" tanya Lena dengan suara yang rendah.
Daren melirik sekilas ke arah Lena. "Hmm."
"Kenapa aku?"
"Apa?"
"Kenapa harus aku?"
Daren menatap Lena bingung.
"Aku tahu kau mengerti maksudku." kata Lena masih setia menunggu jawabannya.
Daren kembali fokus pada jalanan di hadapannya. Kali ini ia yang tak bisa menjawab.
Menatap ke arah Lena yang juga sedang menatapnya tanpa ekspresi. Daren menghela nafasnya panjang.
"Aku tidak tahu." jawab Daren pelan, dan Lena terdiam setelah mendengar jawaban yang singkat itu, tidak berniat untuk membahasnya lagi.
***
Daren menatap wajah Lena yang sedang tertidur karena kelelahan selama di perjalanan tadi. Dengan hati-hati, Daren kembali mengangkat tubuh Lena karena tidak tega untuk membangunkannya.
Lena sama sekali tidak terusik saat Daren menggendong tubuhnya dengan mudah, malahan ia semakin merasa nyaman dengan menelusupkan kepalanya di d**a bidang Daren yang hangat. Daren membaringkan tubuh Lena di ranjangnya, lalu membuka jaket kulitnya hingga menyisakan lingerie minim yang membuat Daren mengetatkan rahangnya. Wanita ini begitu polos dan terlihat rapuh saat sedang tertidur seperti ini. Tapi bagaimana bisa ia menjadi singa betina yang garang saat ia terbangun nanti.
Tangan Daren yang terukur ke wajah Lena dengan ragu menyentuh pipinya lembut, menyingkap helai rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya.
Kenapa dia?
Benar, Daren juga tidak mengerti kenapa harus mempertahankan wanita ajaib ini sampai sekarang. Ada perasaan bahagia yang jarang Daren rasakan selama ini, dan juga, entah kenapa bersama wanita ini ia menjadi lebih sering tertawa. Sungguh ironis. Apakah ini sebuah kutukan?
Entahlah, Daren tidak ingin peduli untuk saat ini.
Ia menundukan tubuhnya, dan perlahan mengecup lembut bibir wanita itu sambil memejamkan matanya, membiarkan bibir itu menempel cukup lama hingga tanpa sadar, seseorang terbangun karena terkejut karena ciuman itu. Lena pura-pura terpejam kembali saat Daren menghentikan ciumannya.
Daren menyelimuti tubuh wanita itu dan pergi keluar kamar ini tanpa suara sambil mematikan saklar lampu, meninggalkan Lena yang nyalang sepi dengan jantung yang bertalu kencang.
tbc