Satu minggu kemudian, Sandra masih asik bermain dating apps. Hampir seribu lelaki yang memberikan love untuknya. Sandra memang sedang butuh validasi, tandanya dia cukup cantik kan untuk disukai banyak lelaki?
Meskipun ribuan yang menyukainya di aplikasi, ia hanya memberikan love pada beberapa lelaki saja. Kebanyakan hidung belang, namun ada satu lelaki yang berhasil membuat Sandra jadi merasa penasaran. Namanya Leo, mengakunya sih kerja di pertambangan.
“Mba Sandra mau berangkat jam berapa ke rumahnya Mba Dewi?” tanya Ita kala menghampiri ke kamar Sandra.
“Oh iya. Ini udah setengah lima ya?” tanya Sandra baru teringat.
Acara ulang tahun Deani itu jam lima sore. Sandra memang berencana datang on time. Jalan kaki saja niatnya.
“Iya, Mba. Mba Ita sama Fahri mau jalan sekarang?” tanya Sandra memastikan.
“Dua puluh menit lagi, Mba. Mba Sandra mau bareng?”
“Iya jalan kaki aja bareng-bareng,” sahut Sandra.
Ia sejak tadi keasikan chatting dengan Leo sampai hampir lupa dengan acara Deani. Leo mau datang ke Jakarta dalam beberapa hari, sebab lelaki itu sekarang masih di Kalimantan.
“Oke aku siap-siap sekarang, Mba.”
***
Ini bukan pertama kalinya Sandra hadir ke acara ulang tahun bocil kompleks. Hanya saja bisa dibilang Sandra selalu saja terkejut melihat betapa besarnya antusias warga kompleks setiap kali ada anak kecil yang berulang tahun. Lumayan ramai yang datang.
Sandra datang, meletakkan kado kemudian menyapa Dewi dan suaminya, juga mengucapkan selamat ulang tahun kepada Deani. Foto-foto kemudian acara inti dimulai, acara tiup lilin dan potong kue. Sandra ikut saja bertepuk tangan merayakan. Berada bersama anak-anak kecil begini lumayan membuatnya senang.
Setelah itu acara makan-makan dimulai. Sandra ambil secukupnya saja karena ia takut tidak habis. Selesai makan, lanjut lagi foto-foto. Sambil seru-seruan di rumah Dewi, Sandra banyak berbincang dengan anak-anak.
“Nah ini dia Bu Ibu adikku akhirnya datang. Agak telat sih dia.”
Samar-samar Sandra mendengar Dewi heboh bicara namun Sandra memilih tetap fokus memotret anak-anak yang tampak begitu lucu. Ah, dia jadi semakin ingin cepat-cepat punya anak.
“Ganteng banget adiknya Mba Dewi ya. Duh, udah ada calonnya belum ini?”
“Dikenalin sama Sandra aja nggak sih? Kan Sandra lajang tuh.”
Sandra mendengar dirinya disebut dan tidak lama kemudian Dewi menghampirinya.
“San sini dulu yuk kenalan sama adik aku,” ucap Dewi.
“Adik-adik lucu sebentar ya,” ucap Sandra tersenyum.
Sandra mengikuti Dewi dan kemudian ia dipertemukan dengan lelaki. Satu detik, dua detik, Dewi merasa terpesona. Lelaki itu tampan juga.
“Nah kenalin ini Dewa, adik aku. Dewa, ini Sandra. Tetangga kompleks sini. Masih lajang.”
Sandra kemudian bersalaman dengan lelaki itu dan tersenyum.
“Dewa.”
“Sandra.”
Hanya begitu saja dan setelah itu kikuk.
“Cieee,”
Ibu ibu lainnya mulai menggoda. Sandra memilih mencari aman dengan kembali ke anak-anak. Dewa itu ganteng dan Sandra lumayan jadi salah tingkah. Karena ibu-ibu kompleks menggodanya, Sandra pilih untuk menjauh saja dulu. Lagi pula kenapa Dewi tidak pernah cerita punya adik tampan begitu ya.
“Yuk foto-foto lagi adik-adik. Kakak fotoin ya.”
Sandra berterima kasih kepada anak-anak kompleks yang tidak pernah memanggilnya tante. Mereka dengan sukarela memanggil Sandra kakak padahal Sandra tidak minta.
Selama memotret anak-anak, Sandra memikirkan Dewa terus-terusan. Entah kenapa rasanya Dewa itu seolah familiar. Seolah ia pernah melihatnya, entah dimana.
***
Jam menunjukkan pukul tujuh malam saat tamu-tamu mulai pulang. Sandra juga pamit pulang bersama dengan Ita dan Fahri. Dewi pun memberikan bingkisan.
“Makasih ya udah dateng. Sandra itu, adik aku ajak-ajak ngobrol aja.”
Dewi hanya tertawa sopan saja.
“Makasih ya, Mba Dewi. Masakannya enak banget,” puji Sandra tulus.
“Hati-hati ya pulangnya Sandra, Mba Ita sama Fahri.”
Setelah itu Sandra bersama Ita dan Fahri melangkah pergi meninggalkan kediaman Dewi. Rumah Dewi pun mulai sepi. Dewi lantas menghampiri Dewa.
“Diem-diem aja. Kalo naksir mah bilang,” ucap Dewi.
Dewa hanya mengernyitkan keningnya saja mendengar ucapan kakaknya itu.
“Daritadi ngeliatin Sandra mulu. Dih minimal deketin lah,” ujar Dewi.
***
Sandra tiba di rumahnya dan mendapatkan pesan dari Doni. Lelaki itu bilang sedang menuju rumah Sandra sekarang. Mau nongkrong katanya. Bisa ditebak sudah pasti lelaki itu gabut. Sebab Rico sedang ke Singapura untuk urusan pekerjaan sejak dua hari lalu. Sementara Sandra juga mulai lanjut open pre order pakaiannya. Jadi mulai sibuk sendirian.
Sandra tidak bisa mencegah. Saat membuka pintu, tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil. Mobil Doni. Cepat juga lelaki itu sampainya.
Mobil Doni itu langsung parkir saja di garasi Sandra. Mobil Sandra terparkir di garasi tetangga sejak kemarin karena kebetulan kemarin ia mengirim barang. Jadi mobil di garasinya dipindah dulu ke tetangga, supaya mobil ekspedisi di garasinya. Agar lebih dekat saja menggotong barang.
“Nonton yuk. Gue ada rekomendasi,” ucap Doni.
“Mas Doni mau minum apa, Mas?” tanya Ita ramah.
“Aman, Mba. Nanti aja.”
“Sini, Mba San. Biar saya bawa ke dalem.”
Sandra pun menyerahkan saja bingkisan pemberian Dewi tersebut. Ia berbincang dengan Doni di garasi.
“Nonton di bioskop? Film apa emangnya? Kalo horor ogah.”
“Bukan. Animasi kok,” ucap Doni.
Sandra sedang mempertimbangkan.
“Nonton di rumah aja nggak sih?” tawar Sandra. Ia sedang malas saja pergi ke luar.
“Ya udah gas. Eh bentar sekre gue nelpon,” ucap Doni.
“Gue masuk. Lo ke dalem aja nanti kalo udah selesai,” ucap Sandra.
Doni menganggukkan kepalanya. Ia mengangkat telepon sementara itu Sandra masuk ke dalam rumah.
Begitu di dalam, Sandra pilih merebahkan diri di sofa ruang tamu. Ia memainkan ponsel hanya untuk membuka dating appsnya. Memeriksa pesan dari Leo, lelaki itu belum membalas. Sandra dan Leo memang masih bertukar pesan dan teleponan via dating apps saja.
“Yah belum direspon.”
Sandra pun lantas iseng memeriksa lagi lelaki yang bisa ia berikan love, sambil menunggu pesan balasan Leo ya itung-itung saja menambah cabang untuk dipilih, kan?
“Wow,” ucap Sandra saat menemukan akun Dewa.
Siapa sangka adiknya Dewi itu juga main dating apps.
“Dia ngelove gue loh,” ucap Sandra pada dirinya sendiri.
Sandra langsung iseng saja love balik dan chat ‘hi’. Sebab di dating apps yang ia pakai, harus yang perempuan chatting duluan.
“Gue pernah liat Dewa dimana ya?” gumam Sandra pada dirinya sendiri.
Rasanya seperti sudah pernah bertemu dengan Dewa. Akan tetapi entah bertemunya dimana dengan lelaki itu. Sandra berusaha keras mengingatnya tapi tidak mendapat jawaban.
“Lo mau nonton romance, komedi, atau apa?” tanya Doni yang tiba-tiba masuk. Sandra jadi agak kaget.
“Gue kaget sumpah!”
“Sorry, San. Jadinya mau nonton apa nih?” tanya Doni seraya duduk di sofa.
“Romansa aja. Hidup gue udah banyak komedinya,” sahut Sandra.
“Heleh,” ucap Doni.
“Eh, Don. Lo kan jomblo, nggak ada niatan cari cewek?” tanya Sandra.
Meskipun Sandra tahu kalau Doni masih belum bisa move on dari mantannya.
“Males ah ribet kenalan-kenalan.”
“Ya terus lo mau jadi bujangan tua? Umur lo udah mau 30, Don.”
“Nyantai aja kali, San. Atau lu mau nikahin gue?” tanya Doni.
Sandra langsung pura-pura muntah, ia hanya bercanda. Doni pun hanya terkekeh.