Chapter 6

1247 Words
“Rumah sedeket ini, ngapel tiap hari enak nih. Sekalian aja serumah nggak sih, Mbak?” tanya Sandra. “Iya sih, Mba. Nikah dulu tapi baru serumah,” sahut Ita. Sandra pun mengarahkan tusuk sate ke depan mulutnya, mulai menggigit bagian daging dan menariknya dari tusuk. Makan malem dengan sate ayam di rooftop begini sambil mengintai rumah Dewa rasanya sudah seperti mata-mata. Satu kakinya naik berpijak di atas kursi, sementara kaki lainnya diluruskan ke bawah. Nyaman saja rasanya makan dengan posisi ini meskipun kurang anggun jika dilihat. “Nah itu, gimana caranya biar dinikahin.” Sandra mengatakannya seraya mengunyah. Ia lantas meletakkan tusuk sate di dekat tusuk sate lainnya yang dagingnya sudah habis ia makan. Sandra baru sadar bahwa dia tidak memiliki informasi apapun tentang Dewa. Selain info bahwa lelaki itu lajang, baru dari luar negeri, dan ia adalah adiknya Mba Dewi. “Oh iya,” celetuk Sandra baru teringat. Ia langsung mengambil ponsel di atas meja dan membuka dating appsnya, mencari akun Dewa. Hanya ada sedikit informasi disana. Hanya sebatas nama Dewa, usia lelaki itu 30 tahun “Mba. Aku bener-bener ngga tau info apapun tentang Dewa loh. Ini aku harus olahraga tiap pagi sore banget?” ucap Sandra sambil fokus memperhatikan foto Dewa di dating apps. Bahkan hanya ada satu foto disana. Tidak ada informasi apapun lainnya yang tercantum kecuali nama dan usia. Hanya itu. “Besok saya cari tau informasinya dari Bu Suri, Mba. ARTnya Mba Dewi.” Sandra menjentikkan jari. “Nah pinter, tapi ketauan dong nanti? Pokoknya tuh aku ngga mau keliatan kalo aku yang kenaksiran banget. Ugal-ugalan tapi harus tetep elegan gitu lho, Mba Ita.” “Aman mah, Mba Sandra. Yakin deh ART lain yang pada masih gadis-gadis juga pasti pada kepo. Jadi saya BNN. Bagian nguping nguping.” Sandra pun terkekeh. “Ya ampun Mba Ita. Makasih banget lho.” Sandra seketika teringat akun media sosialnya Mba Dewi. Dia akan mulai mencari tahu dari sana. Dari daftar pengikutnya pasti ada akun Dewa. “Aku mau kepoin akun IGnya Mba Dewi ah,” ucap Sandra. Memilih untuk terang-terangan saja di depan Ita. Sebab Sandra akan mempercayakan Ita sebagai partner mencapai targetnya. “Nah ketemu nih akun, privat tapi. Tenang, tenang,” ucap Sandra. Ita mendengarkan sambil mengunyah satenya. Sandra punya akun tersendiri khusus digunakan untuk stalking orang-orang dengan akun privat. Akun jasa beberes rumah. Sandra sudah ajukan permintaan mengikuti akun Dewa agar bisa melihat postingan lelaki itu. Tinggal tunggu saja. “Cari Google kali ya,” celetuk Sandra lagi. Pokoknya kalau sudah bagian menggali info seperti ini, Sandra hanya butuh nama lengkap saja. Dia bisa dengan cepat mendapatkan info. “Oh iya stalk IG Mba Dewi aja sih,” ucap Sandra baru teringat. Ibu satu anak itu suka oversharing. Alias apa-apa diunggah. Jadi siapa tahu ada informasi tentang Dewa di media sosialnya. Tiba-tiba muncul panggilan telepon dari Doni, langsung Sandra angkat. “Halo, Don. Apaan?” “Si Rico masih hidup ngga?” tanya lelaki itu. “Masih. Bedrest. Tadi pagi gue anter ke RS. Abis itu dia mau bedrest di apart aja katanya.” Tadi pagi setelah Rico bilang tidur lima belas menit dulu. Lelaki itu akhirnya bangun dan mengutarakan bahwa dirinya benar-benar tidak sanggup bekerja dulu. Lalu Sandra yang agaknya panik, meminta ke rumah sakit saja untuk periksa. Rico tidak ada tenaga untuk berdebat jadi iya iya saja. “Oh pantes ngga bisa ditelepon. Gue mau nengok tapi ya udahlah ya biarin bedrest.” “Hooh. Lu juga tidur aja tidur. Jangan ngalong kelar kerja.” “Iya iya. Thanks, San.. Bye.” Sambungan telepon langsung dimatikan. *** Dewa mengusap rambut basahnya dengan handuk kering sambil memeriksa ponsel. Ia membaca pesan yang dikirimkan Dewi terkait ajakan makan malam. Kakaknya itu mengajak Dewa mampir ke rumah jika mau. Dewa bilang tidak usah. Akan tetapi sepertinya sebentar lagi akan ada kiriman makanan datang kemari. Selepas membalas pesan kakaknya, Dewa iseng membuka media sosial. Ada beberapa akun yang baru mengikuti. Kebanyakan akun perempuan, beberapa akun yang bukan orang seperti obat pembesar, obat penguat, dan jasa beberes rumah. Dewa mengernyitkan keningnya saat melihat ada akun jasa beres-beres rumah. Di kliknya profil akun tersebut untuk ia lihat. Akun tersebut terakhir mengunggah satu bulan yang lalu. Dewa melirik seisi ruangannya. Sebenarnya sih rumah ini bisa sering bersih berkat kakaknya yang mengurus selama Dewa di luar negeri. Dewa pilih kirim pesan pada akun jasa beres-beres rumah tersebut. Menanyakan fee untuk pembersihan seukuran rumahnya. Setelah itu diletakkannya ponsel di atas nakas. Ia lanjut mengusap rambut basah dengan handuk sambil melangkah menuju rooftop. Begitu berada di rooftop, Dewa bisa melihat depan rumahnya ada Sandra yang sedang tertawa bersama seorang wanita. Wanita itu yang Dewa lihat dua hari lalu saat mengembalikan kotak makan. *** “Hahaha.” Sandra terbahak melihat video yang dia tunjukkan pada Ita. Wanita itu juga terbahak. Hingga kemudian muncul notifikasi di ponselnya. Sebuah pesan masuk. “Hah, di dm!” pekik Sandra reflek. Matanya membulat dan langsung menatap Ita. Ia merinding. Reflek Sandra menatap ke rumah Dewa. Saat itu jugalah matanya semakin melotot karena melihat Dewa di depan pintu rooftop. Lelaki itu mengenakan handuk di kepalanya. Menatap ke arah kemari. Hanya sebentar karena lelaki itu lantas masuk kembali ke rumahnya. Sandra langsung menurunkan satu kakinya. Supaya minimal terlihat duduk dengan benar. “Mba Ita dia barusan disitu nongol,” ucap Sandra yang seketika duduk tegak anggun. “Hah siapa Mba?” tanya Ita seketika merinding. “Kesukaan aku. Kita masuk yuk,” ajak Sandra. Sandra langsung bangkit dari duduknya dan membereskan piring serta apapun yang ada di atas meja. Ita yang masih bingung langsung reflek saja ikut membantu. *** “Dewa tadi nongol. Kayaknya dia mau nongkrong di rooftop tapi nggak jadi,” ucap Sandra begitu mereka di dalam. Sandra langsung membawa tentengannya ke kamar. Dia akan lanjut makan di kamar saja. “Mba saya langsung ke bawah ya.” “Iya Mba Ita.” Setelah meletakkan piringnya di atas meja. Sandra dengan cepat membuka pesan yang Dewa kirim. “Hah. Dia ngapain nanya-nanya fee home service,” ucap Sandra. Akun itu hanya akun bodong. Jelas-jelas bodong. Atau siapapun yang berniat menggunakan jasanya, pasti akan pikir panjang melihat akun yang ala kadarnya itu. Lalu bisa-bisanya Dewa kirim pesan seolah dia tertarik? “Gue pengen chatan sama dia tapi ngga gini caranya ya. Request follow ngga di ACC, malah kirim DM.” Sandra berdecak sebal. Ia lantas kembali memeriksa dating apps. Pesannya masih belum dibalas juga oleh Dewa. “Kayaknya gue harus melihara taneman nih depan rumah,” ucap Sandra seketika. Otaknya terus berpikir modus apalagi yang bisa ia gunakan untuk memepet tetangga depan rumah itu. Sandra pun berdecak. “Dia udah punya nomor gue kan harusnya. Dikasih dari Mba Dewi. Dia nggak ada niatan chat kek gitu?” tanya Sandra frustrasi. Sandra lantas merebahkan tubuhnya di ranjang dan mengetik pesan balasan untuk Dewa. “Duh mana typingnya ganteng. Jadi penasaran kalo dia mode sleepcallan gimana.” Sandra tiba-tiba kepikiran sebuah ide. Ia langsung bangkit untuk menyalakan televisi, colok charger ke laptopnya, colok charger ke powerbank. Pokoknya apapun itu barang elektronik yang bisa dicolokkan ke stopkontak, dia colok. *** Dewa sedang mengeluarkan daging ayam mentah dari kulkas saat mendengar suara bel. Dia pun menghela napas. Padahal tadi sudah bilang pada kakaknya agar tidak perlu repot-repot membawa makan malam. Langsung saja Dewa melangkah keluar dan membuka pintu. Satu alisnya terangkat kala melihat Sandra di depan rumahnya. “Listrik gue mati. Nggak tau deh kenapa. Lo bisa tolong bantu?” tanya Sandra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD