8. Perjodohan

1460 Words
Tidak terasa tiga tahun telah berlalu. Sinta dan Santi sekali pun belum pernah membahas cerita panjang tentang mengapa orang tua mereka berpisah. Sinta takut Santi akan kecewa karena sang bunda yang tidak mencintai sang ayah sesuai isi surat. Lalu, Santi takut Sinta akan marah besar kepada sang ayah karena ketahuan ayah merekalah yang berselingkuh. Mereka berdua menemukan ada yang janggal dalam cerita itu, tapi tidak berani mengungkapkan satu sama lain padahal jika mereka saling bercerita akan ada titik temu dalam masalah ini. Sinta dan Santi juga takut bahwa nantinya mereka akan dilarang bertemu oleh kedua orang tuanya. Namun, Santi berniat membicarakan ini kepada Sinta setelah kakaknya itu lulus kuliah. Sekarang Sinta sedang sibuk mengurus skripsinya karena target dari Sinta lulus sarjana 3,5 tahun. Santi jadi jarang menginap di tempat sang kakak karena enggan mengganggu Sinta. Pagi ini seperti biasa Santi dan bundanya sedang memasak di dapur. “Permisi, Ayu, Santi ....” Suara panggilan dari luar menghentikan aktivitas Santi dan sang bunda. Bunda Ayudia langsung saja menitipkan masakannya kepada Santi dan bergegas ke luar menemui tamu mereka. Santi sangat tahu tamu itu adalah Sarah yang sudah hampir sebulan ini sering berkunjung. Beliau adalah sahabat Bunda yang sudah lama tidak bertemu dan bundanya juga sudah menganggap Sarah sebagai seorang kakak. Bu Sarah tampak sangat baik kepada Santi. Namun, Santi heran mengapa beliau selalu membicarakan putranya kepada Santi. Nama putranya itu adalah Devan Dirgantara berusia 30 tahun, dia seorang Dokter Spesialis Jantung di rumah sakit swasta terkemuka dan juga berstatus duda beranak satu. Putri dari Devan bernama Nesya Aqilla Dirgantara yang berusia 3 tahun. Saat itu Devan dijodohkan dengan ibu dari Nesya yang bernama Violet oleh suami Sarah yang bernama Rudi dan istri kedua Rudi yang bernama Clara jadi intinya Rudi itu berpoligami. Violet sebenarnya tidak mencintai Devan dan hanya menginginkan harta pria itu. Violet selalu bersikap sombong dan kasar kepada Sarah. Namun, wanita itu tetap sabar. Setelah dua tahun, Devan akhirnya menceraikan Violet dan mengambil hak asuh Nesya. Meskipun ia harus membayar banyak pada Violet untuk mengambil hak asuh sang anak. Violet tidak peduli diceraikan karena selain mendapatkan uang dia juga sudah mempunyai kekasih baru. Begitulah cerita Sarah yang sudah Santi hafal di luar kepala. Kalau ada kuis tentang kehidupan Devan mungkin Santi akan mendapat nilai sempurna. Sarah juga sering menunjukkan foto Devan dan Nesya kepada Santi. Namun, Santi belum mengerti maksud dan tujuan dari Sarah, memang otak Santi sedikit lamban untuk mencerna hal-hal seperti itu. Haruskah dia menanyakan kepada sang kakak, Mbak Sinta ketua geng super power? *** Sementara di kediaman Faisal, beberapa orang yang duduk di meja makan tampak sedang bersitegang. “Bapak Arya, maaf saya tidak mau dijodohkan dengan putra bapak,” ucap Sinta kepada pria paruh baya di depannya. “Sinta!” tegur Faisal. “Saya juga tidak mau dengan cewek seperti kamu yang kasar dan tidak sopan seperti preman pasar, lagi pula saya juga sudah mempunyai kekasih yang lebih segala-galanya dari kamu,” ucap Raihan putra pertama Arya kepada Sinta. “Bapak Arya bisa melihat sendiri alasan saya tidak ingin dijodohkan dengan putra pertama Bapak karena dari mulutnya saja dia sudah seperti lambe turah apalagi sepertinya dia sudah mempunyai kekasih cabe-cabean.” Sinta masih menatap Arya walau dia tampak menghina Raihan. Sinta memang tidak menyukai orang-orang yang dengan cepat menilai dirinya buruk. Raihan ingin sekali mengumpati Sinta. Namun, tangannya digenggam oleh sang papa. “Bagaimana dengan putra kedua bapak yaitu Raka?” tanya Arya lagi kepada Sinta. "Saya juga tidak mau bersama Kak Raka. Beliau bahkan tidak terlihat tertarik dengan apa pun yang kita bicarakan dari tadi,” jawab Sinta yang masih sopan terhadap Raka karena pria itu dari tadi tidak mengatakan apapun hanya melihatnya dengan tatapan dingin. “Bagaimana, Nak? Mau ya?” tanya Arya kepada Raka sambil menyentuh tangan sang anak. “Saya tidak mau!” tegas Raka dingin penuh penekanan. “Mana ada yang mau kalau ceweknya kayak kamu,” tambah Raihan memperkeruh suasana. “Baiklah sekarang sudah jelas bahwa kami tidak ada yang mau dijodohkan sebaiknya kita akhiri saja pertemuan ini. Namun, kalau Bapak Arya masih ingin berbincang- bincang dengan ayah saya, silakan saja, tapi mohon maaf saya harus permisi untuk mengerjakan skripsi saya,” pamit Sinta dan Arya pun mengangguk lalu Sinta berlalu ke kamarnya. *** Sekarang Arya sudah berada di teras rumah dengan Faisal. Raihan anak pertamanya sudah meninggalkan rumah itu dari tadi sedangkan Raka menunggunya di mobil. “Faisal tolong bujuk Sinta ya? Mungkin memang Raihan tidak ada harapan, tapi nanti saya akan berusaha membujuk Raka. Kamu ingat 'kan Faisal ini keinginan mendiang ayah saya sebelum meninggal, dia ingin saya dan kamu benar-benar jadi satu keluarga dengan menjadi besan,” pinta Arya. Faisal ingat dulu ayah dari Aryalah yang membantunya untuk membangun perusahaan sendiri bahkan beliau menganggap Faisal sebagai anak. Arya juga menganggap Faisal sebagai adik. “Baiklah Kak, nanti saya coba bicarakan ke Sinta.” “Baiklah kalau begitu saya permisi dulu,” pamit Arya sambil berlalu. Faisal bergegas ke kamar sang putri lalu masuk ke dalam setelah dipersilakan masuk. Faisal melihat sang putri yang sedang sibuk dengan laptopnya. “Bagaimana skripsi kamu, Nak?” “Ini baru selesai bab empat dan mau mulai bab lima.” “Wah berarti sudah mau sidang.” “Doakan ya Yah, biar nggak ada kendala pas revisi jadi bisa langsung sidang.” “Aamiin, Ayah selalu mendoakan kamu. Nak mengenai tadi kamu tidak marah sama Ayah, 'kan?” “Aku nggak marah, tapi kenapa mesti dijodohin gitu, aku aja baru 21 tahun lagian di antara mereka berdua nggak ada yang cocok sama aku.” “Soalnya dulu, mendiang ayahnya Pak Arya yang bantu Ayah mendirikan perusahaan. Sebelum meninggal dia berpesan ingin Ayah dan Pak Arya jadi satu keluarga seperti menjadi besan satu sama lain. Tentu Ayah dan Pak Arya ingin mewujudkan keinginan itu.” Sinta hanya mengangguk mendengar penjelasan sang ayah. “Gimana kalau sama Nak Raka seenggaknya dia tidak seperti Raihan yang menjelekkan kamu?” tanya Faisal lagi. “Tapi aku merasa nggak cocok dengan cowok kaku dan dingin kayak gitu.” “Dipikirkan lagi ya, Nak?” bujuk Faisal penuh harap dan Sinta akhirnya mengangguk. Faisal kemudian keluar dari kamar itu. Sinta berhenti mengerjakan skripsinya. Dia berpikir kalau ingin menjadi besan bukan harus dia yang menikah, bisa meminta Santi, lagi pula Santi sepertinya lebih cocok dengan urusan rumah tangga. Sinta ingin menghubungi Santi. Namun, dia mengurungkan niatnya, ia harus fokus dulu ke skripsinya agar bisa cepat selesai dan setelah lulus dia akan membuka restoran bersama Santi dan juga ketiga sahabatnya yang lain. *** Siang ini, Ayudia tampak sangat rapi, sepertinya beliau akan pergi ke suatu tempat. “Mau ke mana, Bunda?” “Ini mau ke tempat Bu Sarah, mau mengantarkan makanan.” “Bu Sarah tumben nggak ke sini, Bunda?” “Beliau sedang kurang enak badan sepertinya.” “Semoga cepat sembuh buat Bu Sarah, titip salam ya, Bunda. Eh— atau Bunda mau ke sana ditemani Santi?” “Tidak perlu, Nak. Iya nanti Bunda sampaikan salamnya.” “Oke.” “Santi, duduk dulu Bunda mau bicara sesuatu.” Santi pun duduk di sebelah sang bunda. “Kamu tahu 'kan Nak maksud Bu Sarah menceritakan putranya dan cucunya ke kamu terlebih sampai menunjukkan foto mereka?” Santi serius belum tahu dia lupa menceritakan kepada sang kakak untuk menanyakan apa pendapat kakaknya. Santi akhirnya menggeleng. Ayudia menghela nafas, ia sudah mengira Santi tidak terpikir sampai sana. “Jadi, Bu Sarah itu mau menjodohkan kamu sama putranya.” “Apa!? Sama Mas duda?” “Hush! Gak boleh begitu ngomongnya.” “Maksudnya sama Mas Devan?” tanya Santi ulang. “Iya Nak, tolong dipertimbangkan ya. Bunda harap kamu setuju karena dulu Bunda dan Bu Sarah pernah berjanji akan menjodohkan anak kami jika itu sepasang.” “Kalau begitu Bunda pergi dulu ya.” Santi hanya mengangguk dan menyalami tangan sang bunda. Dia berpikir apa harus menikah secepat ini? Bagaimana impiannya membuka restoran dengan Mbak Sinta? *** Ayudia sedang di perjalanan menaiki ojek untuk pergi ke rumah Sarah, sahabatnya. Dia juga belum pernah ke sana. Ketika ojek yang ia tumpangi sedang menanyakan alamat Sarah kepada warga sekitar, Ayudia melihat seorang wanita yang sangat ia kenal di masa lalu sedang bergandengan mesra dengan seorang pria memasuki sebuah restoran. Wanita itu adalah Belinda. Namun, pria yang digandeng oleh Belinda "Itu Mas Faisal atau Fariz?" batin Ayudia. Ayudia kemudian memutuskan turun dari ojek dan langsung membayarnya. Dia penasaran dan mengikuti Belinda masuk ke sebuah restoran. Semakin dekat jarak mereka semakin yakin Ayudia bahwa pria itu bukanlah Mas Faisal, suaminya. Namun, adik iparnya saudara kembar suaminya yaitu Fariz. Apa ini? Kenapa mereka bermesraan? Bukankah dulu di surat tertulis Mas Faisal ingin menikahi Belinda? Kenapa sekarang Belinda dengan Fariz? Pertanyaan bermunculan di benak Ayudia, dia memutuskan untuk menguping pembicaraan dua orang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD