“Hiks. Hiks.” Beberapa saat keheningan, tangis Elsa mulai terdengar. “Jahat. Sangat jahat,” isak Elsa sedih. Liam hanya diam. Tangannya yang ia gunakan sebagai bantal Elsa mengepal kuat. Seiring dengan memudarnya efek obat terlarang di otaknya, memudar juga kepicikan. Ia menyesal. Sangat menyesal sudah membiarkan nafsu dan rasa cemburu merusak semuanya. Semuanya. Hubungan baiknya. Masa depannya dengan Elsa yang bahkan belum mulai. Masa lalu mereka. Semuanya. Semuanya. Tak kan pernah kembali. ** Di antara tangisnya, Elsa terus berusaha menggerakkan tubuh. Jari-Jarinya yang sudah mulai bisa bergerak ia gerakkan. Hati Liam bagai diremas-remas tiap kali merasakan basah air mata di d-da dan lengannya. Liam yang tak berani melihat Elsa terus melihat ke depan. Elsa yang semula Liam l

