01 - My Bad Boyfriend

1718 Words
Siang itu, matahari hampir saja berada di atas kepala karena jam hampir menunjukkan pukul dua belas siang, Kris melemparkan bola basketnya asal. Ia mengarah pada seorang gadis yang duduk di bangku kayu yang terletak di pinggir lapangan. Senyum gadis itu mengembang saat melihat Kris berjalan mengarah padanya. Saat posisi mereka tak terpaut jauh, Kris langsung meletakkan kepalanya di atas pangkuan kekasihnya, Thalia. Dia adalah gadis yang sudah 2 tahun ini menemani kris disaat semua orang membencinya, bahkan sekedar menatappun mereka tidak sudi. "Aku capek." ucap kris yang memejamkan matanya, masih di pangkuan Thalia. Dengan lembut, tangan gadis itu mengusap keringat yang keluar dari pelipis Kris. Senyum tipis mengembang di bibir merah gadis itu. "Gimana kamu gak capek? Kamu udah main basket dua jam lamanya." Balas Thalia. Jeda untuk beberapa saat, mereka berdua sama-sama menikmati semilir angin yang menerpa. Sampai akhirnya Kris membahas topik yang baru pertama kali mereka bicarakan.  "Sayang, kamu gak capek pacaran sama aku? Temen kamu udah berulang kali suruh kamu mutusin aku." ujar kris masih memejamkan kedua matanya. Thalia tampak terdiam mendengar apa yang diucapkan kekasihnya. Karna pasalnya ia tidak pernah perduli dengan omongan orang lain tentang hubungan mereka, dan sekarang kekasihnya malah menanyakan hal tersebut. "Aku gak perduli, mereka gak kenal kamu. Udah kamu gausah pikirin omongan mereka. Yang jelas aku sayang kamu Kris." Balas Thalia. Hening, untuk beberapa menit suasana di antara mereka kembali hening.  Thalia jelas tahu sikap Kris jika di sekolah, pria itu adalah siswa yang sudah sering sekali masuk di ruang BK dan sering kali juga menerima hukuman karna kenakalan yang ia buat. Berbanding terbalik dengan Thalia yang statusnya adalah gadis teladan di sekolah. Keduanya seperti yin dan yang.  Diperhatikan lagi wajah tampan Kris yang masih berada di pangkuannya saat ini. Hidung mancung, mata setajam elang dengan alis tebal. Bibir yang sedikit tebal dengan rahang keras, membuat Thalia tidak bisa membuang ketertarikannya kepada Kris. Sikap dingin dan hangat secara bersamaan saat berada di samping Kris membuatnya tidak mau terlepas dari pesona pria itu. Namun bukan itu alasan ia memacari Kris. Ia mencintai Kris tanpa alasan, fisik hanya bonus untuk Thalia.  "Apa? Aku ganteng banget ya?" Tanya kris masih dengan mata terpejam. Ia tahu Thalia memperhatikannya. Thalia memukul pelan d**a bidang pria yang menggodanya tersebut. Bagaimana ia bisa tahu kalau Thalia sedari tadi memperhatikan Kris? Pikir Thalia. Kris membuka matanya, ia melihat Thalia sudah tidak menatapnya lagi. Gadis itu kini menatap langit dengan damainya. Angin yang berhembus di atap sekolah yang menjadi saksi mata kris tidak berkedip menatap gadisnya. Ya, Thalia miliknya. Kris terbangun dari pangkuan Thalia, beralih untuk duduk di sampingnya. Kris masih betah menatap Thalia dengan kagum. Diselipkan rambut yang menutupi sebagian wajah cantik gadisnya karna hembusan angin di sana, membuat sang empu menoleh karena gerakan ringan tangan Kris. "Nanti pulang sekolah mau ke apartemen aku nggak?" Tanya kris. "Kayaknya nanti gak bisa deh, aku harus kerja kelompok di rumah Angel." Ucap Thalia memasang wajah menyesal. "Kalau gitu aku anter kamu ya?" Tawar Kris yang dibalas anggukan dari Thalia. Meski ia sedikit kecewa Thalia tidak bisa menemaninya, tapi ia tidak ingin mengganggu kesibukan kekasihnya. "Kelompok kamu sama siapa tugas biologi dari pak Narto?" "Aku sendiri, ribet kalo harus kelompokan."  "Kalau gitu besok aku bantu kamu deh ya ngerjainnya?"  Kris hanya tersenyum, mengangguk membalas ucapan thalia. Awal yang baik untuk hubungan mereka yang sudah terjalin cukup lama. Selalu ada salah satu yang mengalah dan mengerti. Tak melulu Thalia, kadang Kris juga mengalah. Mereka percaya, jika mereka mengerti satu sama lain, jika mereka memandang masalah yang mereka hadapi tak hanya dari satu sisi, mereka bisa melewatinya.                                                                                          __________ Thalia terdiam di bangku nomer tiga dari depan. Ia memainkan bulpoin untuk mengurangi bosan yang menjalar. Berkali-kali ia melirik bangku Kris yang berada di deretan pojok paling belakang, tidak ada tanda-tanda Kris duduk di bangkunya. Saat bel masuk tadi, Kris memang tidak masuk kelas. Memang dari pagi free class, jadi tadi Kris bebas main basket sampai siang. Namun setelah istirahat kedua, guru yang awalnya tak mengajar karena rapat, kini sudah selesai. Itu kenapa setelah istirahat kedua, kembali seperti kegiatan awal. Sebenarnya Thalia tahu ke mana biasanya Kris membolos. Tapi tetap saja, ia khawatir jika Kris ketahuan guru, dan dihukum lagi. "Ehm, lagi liatin apa nih princess Thalia?" Goda Angel yang tiba-tiba duduk di samping Thalia. "Ih apaan sih Ngel." balas Thalia yang ketahuan mencuri pandang di bangku Kris. "Gue heran sama lo Tha, apa sih yang lo suka dari preman itu? Iya bener sih kalo dia ganteng maximal plus kaya banget. Tapi lo tahu dia tengil Tha." Oceh Angel yang lagi-lagi membuat Thalia memutarkan bola matanya. Bosan dengan omelan sahabatnya sekaligus teman sebangkunya itu. "Please, Angel, lo jangan mulai deh. Udah bahas lainnya."  Beberapa menit setelah perdebatan singkatnya dengan  Angel, guru killer yang berstatus sebagai guru matematika yang biasa dipanggil bu Wiwin memasuki kelas, seperti biasa memasang wajah seramnya. Thalia kembali menoleh ke belakang. Kris belum juga ada di tempatnya.Ia mengambil ponsel dari saku rok. Mengirimi Kris sebuah pesan. To : ♡♡♡  Sayang kamu di mana? Bu wiwin udah masuk kelas. Tidak lama kemudian handphone Thalia bergetar. Membutnya segera membuka balasan pesan yang sudah pasti dari kris. From : ♡♡♡ Males ah ikut pelajaran nenek lampir. Kalo dia tanya tugas aku, kamu ambil aja di loker kamu. Aku udah ngerjain kok. Setelah mendapat pesan tersebut, Thalia segera meraba loker meja, ia terkejut melihat buku Kris ada di loker miliknya. Jarang sekali Kris mau mengerjakan Pr. Thalia kembali mengetik pesan. To : ♡♡♡ Kamu emang gak kapok deh dihukum guru killer. Jangan berantem ya sayang ♡ Aku ikut kelas bu Win dulu :* Thalia meletakkan ponselnya di dalam loker, dan mulai mengikuti pelajaran bu Wiwin. Tepat saat Bu Wiwin mengabsen nama siswanya, habislah riwayat Kris, dia lagi-lagi ketahuan bolos pelajaran guru killer meski PRnya sudah ia kerjakan. Sudah menjadi ritual jika bu Wiwin mengeluh berurusan dengan Kris. Seperti saat ini. "Saya sudah tidak tahu hukuman apa yang harus saya kasih ke murid brandal itu." Ujar bu Wiwin dengan mata tajamnya membuat siapa yang melihatnya merinding. Napas besar terlihat. Guru itu mungkin sudah lelah mengomel. "Pacar lo tuh hrr, buat kelas kita gak tenang aja. Pasti nih mood bu Win nggak karuan. Terus kita deh yang kena." bisik angel "Angel jangan mulai deh."                                                                                  __________ Kris terdiam di warung mang Ujang yang berada di belakang sekolahnya. Ia menaikkan satu kakinya dengan rokok yang ia hisap ditemani kopi beserta gorengan yang ia pesan tadi. Warung mang ujang yang kebetulan sepi membuat sang pemiliknya santai. Jelas sepi, karena murid yang biasa nongkrong di sana sudah masuk kelas. Mang Ujang membersihkan meja-meja bekas murid yang pas istirahat tadi nongkrong. Dilihatnya kris yang terdiam dengan rokok yang disesapnya, mang Ujang menggelengkan kepalanya melihat langganannya yang satu ini malah asik nongkrong saat jam masuk pelajaran. Sudah biasa, mang Ujang sampai hafal siapa yang menemani saat warung sepi. Jika tidak Kris, teman-temannya yang sama brandalnya dengan Kris. "Bolos lagi kris?" Tanya mang Ujang seraya mengelap meja. "Iya mang, capek ah ikut pelajaran bu Wiwin. Kerjanya cuman marah mulu kalo ketemu." Balas Kris. Mang ujang hanya tersenyum melihat tingkah murid SMA di warungnya, terutama Kris, pelanggan tetapnya. Mang ujang menyayangkan sikap Kris yang nakal, berbanding balik dengan wajah tampan dan otak jeniusnya yang mang Ujang dengar dari murid yang sering nongkrong di warungnya. Tak lain teman Kris. Handphone kris bergetar, membuatnya menaruh batang rokok cekungan asbak yang ada di atas meja dan membuka pesan dari kekasihnya, Thalia. From : Blvd Sayang kamu di mana? Bu wiwin udah masuk kelas. Bibir kris tersungging. Pria itu sudah tahu kalau kekasihnya akan mengkhawatirkannya, taku-takut ia akan dihukum lagi. Diketiknya pesan balasan. To : Blvd Males ah ikut pelajaran nenek lampir. Kalo dia tanya tugas aku, kamu ambil aja di loker kamu. Aku udah ngerjain kok. Setelah mengirim pesan itu, beberapa menit kemudian ia menerima pesan lagi. From : Blvd Kamu emang gak kapok deh dihukum guru killer. Jangan berantem ya sayang ♡ Aku ikut kelas bu Win dulu :*   "Aku gak bakalan berantem sayang." ucap kris pelan, seraya mengantongi handphonenya. Diambilnya batang rokok dari asbak tempat ia menaruhnya tadi. Pikirannya tiba-tiba terulang pada masa lalu saat pertama kali ia mengenal Thalia. Gadis yang berhasil mencuri perhatiannya dan berhasil membuat hatinya sedikit hidup. Setidaknya untuk dulu sampai akhirnya kini, ia benar-benar hidup. #Flashback# Suara hantaman tinju dari lima orang siswa senior kepada seorang siswa junior yang sudah terkulai lemas tidak berdaya itu terdengar sangat nyaring. Tepat di lapangan basket sekolah yang saat itu mulai gelap, pria yang seharusnya bisa melawan hanya diam menerima pukulan demi pukulan dari lima orang siswa yang mengeroyoknya. Tak ada yang bisa membantu satu murid itu, alasannya hanya satu, sekolah sudah sangat sepi.  Namun, seperti keajaiban. Sebuah suara menghentikan aksi kelima siswa itu. Suara itu berasal dari seorang gadis yang memberanikan diri berdiri tidak jauh dari tempat mereka menghabisi pria yang sudah terkulai lemas tersebut. "Berhenti!!!" Teriak gadis itu. "Siapa lo?!" Teriak salah seorang dari kelima siswa yang berbadan besar, membalas teriakan gadis yang kini bergetar takut meremas baju seragamnya. Bahkan ia harus mundur satu langkah. "Kakak, kalian gak boleh terus-terusan ngehajar dia, dia, dia sudah sangat lemah." ujar gadis bernama lengkap Thalia Aqila, yang sudah mati-matian melawan gugupnya. Bohong jika ia bilang ia tidak takut. Thalia sangat takut. "Apa urusan lo hah! lo mau ngelawan senior lo? Jangan mentang-mentang lo cantik ya!" Bentak senior berbadan gendut. "Bukan gitu kak, dia temen sekelas gue, beri dia kesempatan kak, gue minta maaf kalo dia ada salah sama kalian" ujar Thalia bersuara pelan, terdengar lembut. Kelima orang tersebut saling menoleh, kemudian salah seorang yang berada di sebelah senior berbadan besar tersebut berbisik, "Kita lepasin aja bro, kasian adek kelas cantik ini mohon ke kita." bisiknya yang mendapat anggukan dari senior berbadan besar tadi. "Oke gue lepasin curut sialan ini! Tapi kalo dia macem-macem, habis dia sama gue!" Ancam senior berbadan besar itu sebelum meninggalkan lapangan basket bersama keempat kacungnya. Thalia dengan hati-hati mendekati kris yang terkulai lemah. Dibantunya kris untuk duduk. "Lo nggak apa-apa?" Tanya Thalia terdengar khawatir.  Namun, pribahasa yang mengatakan air s**u dibalas air tuba nyatanya benar adanya. Kris yang dibantu Thalia tampak tidak senang. Dengan dorongan sangat keras , pria itu berhasil membuat Thalia tersungkur. "Siapa yang nyuruh lo bantu gue!!!" Teriak kris lantang, membuat gadis yang berusaha menolongnya terkejut, sekaligus takut.                                                                                 - To be continue -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD