03 - Baby doll

1868 Words
Bel berbunyi, menandakan waktu pulang sekolah. bersamaan dengan Kris yang baru saja pulang dari warung mang Ujang, Ia memasuki sekolah melewati pagar belakang dengan melompatinya. Untung saja saat melakukan aksi itu, tidak ada murid maupun guru yang lewat sehingga lagi-lagi ia lolos. Mungkin Kris sudah bekerja sama dengan dewi keberuntungan sehingga ia selalu lolos dan beruntung.  Kris berjalan menuju kelasnya XI IPA 3 yang berada di pojok dekat lapangan basket. Dilihatnya seorang gadis yang duduk di depan kelas dengan menenteng tas di bahu dan tangannya sedang asik memainkan handphone. Senyum Kris mengembang, gadis itu Thalia, kekasihnya.  "Sayang," panggil Kris  Mendengar namanya dipanggil, dan tahu siapa yang memanggil, Thalia mendongak untuk melihat wajah Kris yang sudah berdiri di hadapannya. Seketika ia memasang wajah kesalnya. Kris selalu saja membuatnya menunggu. "Kok lama banget sih? Kamu dari mana aja? Dicariin bu Wiwin loh," Omel Thalia. "Biasa dari warung mang Ujang." balas Kris sambil meraih tasnya yang digenggam Thalia. Sudah menjadi kebiasaan Thalia membawakan tas Kris saat pria itu bolos.  Kris berjalan menyusuri koridor, bersama Thalia di sampingnya. Mereka hendak menuju tempat parkir sekolah. Di pertengahan jalan, Thalia mengerutkan kening kala mencium bau rokok pada saat Kris menoleh. Posisi mereka dekat sehingga baunya semakin terasa. Untuk memastikannya sendiri, Thalia mendekat ke arah Kris dan menarik kerahnya pelan. Ia bahkan sedikit berjinjit saat menarik Kris. "Kamu ngerokok lagi sayang? Biasanya baunya gak sampek terasa gini, kamu habis berapa batang? Kalo ketauan guru kamu dihukum lagi nanti." Ujar Thalia menyelidik. "Setengah bungkus sayang, sedikit." Balas Kris enteng.  "Setengah bungkus bilangnya sedikit? Kurangi dong sayang, aku gak ngelarang tapi kamu juga harus mentingin kesehatan kamu, belum lagi nanti kalo ketahuan guru? Kamu gak capek masuk BP dan dihukum?" Kris yang sedari tadi memperhatikan kekasihnya yang seperti biasa cerewet ini membuatnya gemas, ia tersenyum dan merangkul pundak Thalia membuat posisi mereka semakin dekat. "Kamu dengerin aku. Paling enggak kamu kurangin porsi ngerokok kamu ya," ujar Thalia lagi menatap Kris yang tidak menjawab ocehannya. "Iya." Balasnya singkat. Thalia senang sekaligus puas mendengar jawaban Kris, setidaknya Kris ada kemauan mendengar ucapannya. Thalia percaya, jika Kris tidak pernah main-main dengan ucapannya.  Di parkiran, saat mereka sudah ada di tempat mobil Kris terparkir, Kris membukakan pintu untuk Thalia seperti biasa. Baru setelah itu ia masuk dan mengemudi. "Kamu jadi ke rumah Angel?" Tanya Kris seraya memasang sabuk pengaman.  "Jadi kok, btw nanti pulang dari rumah angel aku mampir ke apartemen kamu ya. Nenek lagi gaada di rumah. Jadi rumah sepi" "Iya nanti aku jemput"                                                                                    __________ Usai mengantarkan Thalia ke rumah Angel, Kris langsung pulang ke apartemen. Di sepanjang perjalanan ia tak berhenti tersenyum. Meski hubungan mereka sudah terjalin hampir dua tahun lamanya, mereka masih saling perhatian, masih bersikap manis satu sama lain. Kris apalagi, ia tak pernah bosan saat bersama Thalia.  Thalia selalu memperhatikan Kris, selalu khawatir jika ada luka di wajah Kris saat Kris usai tawuran atau bertengkar dengan murid lain. Hanya Thalia yang mau menggenggam tangan Kris saat ia sendiri. Jadi tidak heran jika Kris begitu menyayangi kekasihnya itu. Thalia segalanya.  Saat lampu merah, Kris berhenti. Bertepatan dengan itu, ia melihat handphonenya berdering. Tertera nama mom di sana. Ibunya menelepon. Namun Kris hanya melihatnya sekilas, kemudian berdecak kenapa ibunya sangat sering menghubunginya akhir-akhir ini. Ia memilih untuk menggubris telepon tersebut.  Namun Lauren, Ibu Kris sama keras kepalanya dengan Kris. Handphone lagi-lagi berdering membuat Kris mau tidak mau mengangkatnya. Kali ini Kris menyerah.  "Ada apa Mam?" Tanya Kris datar. Kris men-loundspeaker  teleponnya mengingat Kris sedang mengemudi. Ia malas jika harus mengambil headset di tasnya.  "Halo honey. Mami kangen kamu."  "To the point Mam, aku ada di jalan." Balas Kris. "Kamu bisa bantu Mami? Datang ke party nanti malam. Mami butuh seseorang menemani mami di party perusahaan." Kris menghembuskan napas beratnya. Kris kesal sendiri. Ia memang tak mengharapkan banyak dari orang tuanya. Mereka hanya menelepon saat butuh Kris saja. Tentu saja butuh untuk keperluan perusahaan mereka. Kris benci itu. Tapi mau bagaimana? Kris tidak bisa melawan mengingat ia mendapat uang dari orang tuanya. Anggap saja Kris bekerja untuk dirinya sendiri. Hanya itu yang bisa Kris pikirkan.  Tapi untuk kali ini, ia ingin berduaan dengan Thalia.  "I can't mam, sorry" balas Kris singkat,  ia langsung menutup sambungan telepon. Ia harus lanjut jalan karena lampu sudah hijau. Kendaraan lain yang ada di belakang Kris juga sudah mengklakso tidak sabar.  Kris tidak mau susah payah datang ke Bandung untuk acara perusahaan Lauren. Hal itu selalu menjadi alasan Kris tak ingin datang. Menurutnya membuang-buang tenaga untuk datang jauh-jauh ke luar kota hanya untuk menghadiri acara Lauren.  Lauren, Ibu Kris memang asli orang bandung. Usahanya memang ada di Jakarta. Tapi untuk mengadakan acara perusahaan, Lauren selalu memilih untuk di Bandung karena dekat dengan villanya. Sebenarnya Lauren ada rumah di Jakarta. Dulu saat ia belum bercerai dengan Ronald mantan suaminya, ia tinggal di rumah yang Kris tempati. Namun Kris jarang sekali di rumah itu. Kris lebih sering menghabiskan waktu di apartemen. Jadi, hanya jika Lauren pulang, ia akan di rumah itu. Namun mustahil Lauren pulang cepat, wanita karir itu selalu bepergian ke luar negeri.  Sesampainya di lahan parkir gedung apartemen, Kris turun, tidak lupa membawa handphonenya. Ia melihat layar, dan Lauren mengiriminya pesan.  From : MOM Honey, party diadakan di Jakarta, datanglah di gedung jaya kusuma. Kamu tidak ada alasan untuk tidak datang kali ini. Seolah mengetahui isi fikiran Kris, Lauren berhasil membuat Kris mendengus kesal. Pria itu menutup pintu mobilnya keras. Sambil berjalan memasuki gedung apartemen, ia membalas pesan singkat Lauren.  To : MOM Jam berapa aku harus datang? From : MOM 08.00 pm, jangan terlambat sayang. Terimakasih atas bantuan kamu, mami sayang kamu.  Membaca pesan itu, membuat Kris semakin kesal, ia melihat jam yang bertengger di tangannya. Menunjukkan pukul dua siang. Masih ada waktu untuk tidur siang melepas lelah. Bertemu dengan Lauren membutuhkan banyak tenaga, Kris tidak mau kekurangan ion karena sudah pasti nanti ia akan membuang banyak ion. Jadi ia harus menyiapkan cadangan ion sebanyak mungkin, jika perlu ia akan minum cairan ion sebelum pergi. Saat masuk di apartemen, langsung saja Kris melempar tubuhnya di atas sofa, karna sudah malas untuk naik tangga memasuki kamar.                                                                                     ____________ Thalia sedari tadi mengirimi Kris pesan, tapi pria itu tidak membalas, saat ditelepon pun ia tidak mengangkatnya. Dilihatnya jam sudah pukul empat sore. Thalia memilih tawaran temannya yang akan mengantarkannya ke apartemen Kris. Sekalian, pikirnya.  "Yaudah deh Ngel, gue nebeng lo ya?" ujar thalia. "Iya, ayo buru naik, mama gue nanti ngomel kalo gue lama jemputnya." Balas Angel. Angel memang menawarkan tumpangan dari awal karna ia akan menjemput mamanya di supermarket yang searah dengan apartemen Kris. Jadi ia tidak perlu merepotkan Kris untuk menjemputnya. Di perjalanan, Thalia menatap layar handphonenya. Membuka chatnya dengan Kris, last seen tertera pada pukul 02:15 Pm.  "Lo mikirin apa si Tha?" Tanya Angel. Karena Thalia tidak berhenti mengotak-atik handphonenya.  "Kris, perasaan gue gak enak Ngel." balas Thalia. "Udah positive thinking aja kali, gak bakal terjadi apa-apa kok." Ucapan Angel membuat Thalia sedikit lega.  Saat mobil Angel sudah ada di depan gedung apartemen Kris. Thalia melepas seatbelt dan menuruni mobil Angel. Tidak lupa ucapan terimakasih dan lambaian tangan dilontarkan Thalia hingga mobil Angel melesat pergi. Temannya itu harus menyusul mamanya. Thalia menekan tombol bell apartement Kris hingga tiga kali. Tapi tak kunjung ada jawaban. Hingga Thalia putuskan untuk membukanya dengan password. Hal itu biasa Thalia lakukan jika Kris tak kunjung membuka apartemen.  "Kris." Panggil Thalia pelan.  Mata Thalia menyusuri seluruh apartemen, melihat keberadaan Kris, tapi tak kunjung ketemu. Sampai langkahnya semakin masuk, matanya mendapati Kris yang tertidur di atas sofa ruang tamu. Bahkan sepatunya belum sempat Kris lepas. Thalia menghampiri Kris untuk lebih dekat. Pertama-tama, ia melepas sepatu Kris. Membawa sepatu Kris ke kamar pria itu, sekalian mengambil selimut tipis Kris.  Thalia kembali turun, ia menghampiri Kris dan menyelimuti pelan Kris. "Kamu pasti kecapekan." Ujar Thalia mengusap pelipis Kris yang sedikit mengeluarkan keringat. Bingung mau melakukan apa, akhirnya Thalia ke dapur. Saat ia melihat meja makan, tidak ada makanan sekalipun. Thalia yakin Kris belum makan siang. Ia berencana memasak makanan kesukaan Kris, yaitu dadar gulung dengan roti isi. Thalia membuka kulkas dan mengeluarkan bahan makanannya keluar. Thalia paham kalau Kris lebih suka sendiri dari pada harus tinggal bersama asisten rumah tangganya yang hanya datang 1 minggu 2 kali untuk membersihkan rumah dan membeli bahan makanan. Jadi tidak mengherankan jika tidak ada makanan di dapur. Meski kulkas terisi penuh, tapi pria dingin itu lebih suka makan di luar, bukan tanpa alasan karna dia tidak bisa memasak. Mungkin tuhan sengaja tidak memberikan keahlian itu kepada Kris. Manusia tidak boleh sempurna bukan?      Setelah satu jam bergelut dengan dapur, akhirnya Thalia sudah selesai menyiapkan makan siang untuk Kris. Makanan yang ia buat sudah tidak bisa dibilang makan siang, hari sudah menjelang sore.     Dengan langkah kecil Thalia beranjak dari dapur dan mengarah pada Kris yang masih tidur dengan posisi sama. Ia berjongkok berniat membangunkan Kris, tapi tangannya terhenti saat keringat menetes di pelipis Kris. Keringat itu tak sedikit keluar, tapi banyak. Tangan Thalia mengelapnya lembut. Namun mata Kris terbuka, ia sedikit mengerutkan kening melihat Thalia yang berada di hadapannya sekarang.     "Thalia," Ujar Kris terkejut, langsung duduk dari posisinya. Kris langsung melihat jam yang menempel pada tangannya, ia lupa untuk menjemput kekasihnya itu.      "Sayang, maaf aku ketiduran." Ujar Kris merasa bersalah.     "Udah gak papa. Oh iya, kamu belum makan kan? Aku udah buatin roti isi sama dadar gulung kesukaan kamu." Balas Thalia.     Kris diam, Thalia yang awalnya hendak menarik tangan Kris kini berbalik ditarik Kris yang tiba-tiba memeluknya. Pelukan Kris terasa dalam. Ada yang aneh dari kekasihnya, tidak biasanya ia seperti ini. Pikir Thalia. "Apa ada masalah?" Tanya thalia.     "Gak ada, aku pengen peluk kamu aja." Balas Kris. Sebenarnya ia sedang malas bertemu dengan maminya itu.      "Udah lepasin sayang, kita makan dulu ayo." ujar Thalia mendorong pelan tubuh Kris.     Usai makan, mereka berdua menonton televisi di ruang tengah. Tidak terasa hari sudah semakin gelap, jam menunjukkan pukul enam. Dua jam lagi Kris harus datang ke pesta Lauren. Kris melirik Thalia yang duduk di sampingnya memperhatikan layar televisi. Melihat kehadiran Thalia membuat Kris enggan untuk datang ke pesta, ia lebih memilih bersama Thalia dibanding datang ke pesta tersebut. Tapi mau bagaimana?      Dua puluh menit kemudian Thalia meminta Kris mengantarkannya pulang. Ia lupa kalau rumahnya sedang kosong. Lampu halaman depan harus ia hidupkan. Jika tidak, tetangganya akan mengomel. Karena lampu jalan komplek sedang dalam masa perbaikan, sudah beberapa hari ini.     Jadi Kris mengantar Thalia pulang sebelum ia bersiap-siap menghadiri pesta.                                                                                   ____________     Pesta perusahaan Lauren terlihat sangat meriah. Banyak CEO sukses datang di acara tersebut. Lauren dengan balutan long dress yang begitu glamour menyambut tamunya dengan senyum yang sangat cantik. Meski umurnya tak lagi muda, wanita karir itu masih terlihat sangat cantik. Berkali kali ia melihat kearah pintu keluar berharap kris datang tapi putranya tak kunjung datang.     "Selamat malam mrs.Lau, anda begitu cantik malam ini." Puji salah seorang pria berjas menyalami Lauren.     "Malam pak Adanta, terimakasih atas pujian anda." Balas Lauren.     "Kenalkan ini putri saya Adriana Adanta." Ucap Adanta mengenalkan putrinya yang berdiri di sampingnya.     "Cantik sekali, hai sayang." Sapa Lauren.     "Malam tante." Balas Adriana tak lupa memamerkan senyum manisnya.      Perbincangan mereka tak berlangsung lama saat Kris datang dengan balutan jas yang begitu pas ia pakai. Kris menghampiri Lauren. Membuat Adanta dan putrinya menoleh.     "Mam." Panggil Kris.                                                                                  - To be continue -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD