Waktu yang Berpihak

1045 Words
CIIT... Suara derit mobil cukup memekakkan telinga. Bahkan pria yang mengendarai Pajero sport Dakar itu saja tak menyangka bisa mengendarai kendaraannya segila ini. Jujur saja, dia selama ini adalah pria yang pandai mengatur waktu. Sehingga dia tak pernah mengejar waktu. Perhitungan waktunya selalu tepat dan begitu cakap. Tapi kali ini dia merasa lelah karena waktu seolah menjadi lebih cepat dari gerakannya. Mungkin karena dia sedang ditunggu seseorang. Entahlah. Rayza. Ya pria itu bernama Rayza. Pria tampan berkulit kecoklatan, dengan mata tajam yang dibingkai oleh bulu mata tebal yang hitam. Rahang kokohnya terpahat begitu sempurna, dihiasi hidung bangir yang menukik tajam. Sungguh siapapun yang melihatnya akan terdiam karena auranya yang mampu menghipnotis siapa saja. Bahkan langkah tegapnya begitu rupawan, tercipta dari tubuh tinggi yang proporsional. Langkah panjangnya mengayun dengan begitu cepat. Rasanya langkah kaki itu seolah berpacu dengan waktu. Bahkan sangking seriusnya dia melangkah, hingga dia tak menyadari telah menubruk sesuatu. Mungkin karena sesuatu itu terlalu rendah hingga dia tak menyadarinya. Jelas saja pria itu memiliki tinggi tubuh dia atas rata-rata. 187cm. "Aaawww... Aduh..." Tiba-tiba dia mendengar jeritan seorang wanita yang mengaduh kesakitan. Rayza pun segera menoleh ke arah sumber suara. Rupanya benar dia telah menabrak seorang wanita yang cantik... Oh tidak batinnya justru berkata, wanita itu terlalu cantik. Rayza terpaku menatap netra hazel yang menenggelamkan dirinya. Bulu mata lentik wanita itu sedikit berair karena kesakitan. Wajah bulat telur dengan nuansa kuning langsat memperjelas bahwa gadis itu adalah keturunan Indonesia tulen. Bibir pink alaminya begitu penuh dan rasanya mungkin sangat nikmat jika dilumat, dihisap dan dihiasi dengan sebuah gigitan manja. Dan netra hitam miliknya semakin terpaku saat tak sengaja menatap benda kenyal, putih nan mulus yang mengintip dari celah kerah sabrinanya. Tatapan mata itu semakin turun seolah menilai berapa ukuran sang wanita. Sungguh sulit melepaskan dosa ini, karena pakaian sang gadis yang begitu tepat melekat dan menciptakan lekukan indah di setiap siluetnya. Keliaran dalam dirinya muncul seketika. Dan saat sadar, Rayza merutuki pikiran kotornya. "Astagfirullah hal adzim..." Gumam Rayza seraya memalingkan wajahnya. Sungguh dia tak pernah berpikiran kotor terhadap wanita. Baru kali ini dia menatap lapar seorang gadis. "Kau tidak apa-apa kan?" Ucap Rayza lembut, tapi gadis itu malah mematung. Entah apa yang dipikirkannya. Sungguh Rayza melupakan kata maaf. "Kau bisa bangun sendiri kan? Maaf say buru-buru." Ucap Rayza segera melenggang pergi. Bukannya tak ingin menolong sang gadis yang terjatuh, tapi dia tak ingin semakin jatuh dalam jurang yang begitu nikmat. Apalagi hal itu mampu membangunkan macan kecilnya. Dan dia malah melukai harga diri wanita yang jatuh di tempat umum. Biarlah. Lagi-lagi Rayza mempercepat langkah kaki jenjang itu, hingga akhirnya dia sampai di privat room restoran. "Assalamualaikum Pak Martin..." "Waalaikum salam Nak..." Ucap Martin dengan wajah khawatir bercampur geram karena Putrinya kembali melarikan diri. "Maaf saya terlambat, sungguh hal ini di luar kendali saya." Ucap Rayza menyesal. "Tak apa Nak... Saya memakluminya. Kau pasti banyak jadwal operasi mendadak... Yang jelas saat ini ada hal yang lebih penting dari pada alasan kau terlambat." Sungguh kental rasa khawatir yang terselip dalam setiap kata ungkapan pria itu. "Lebih penting?" Ucap Rayza bingung. "Ya..." "Apa?" "Putriku kembali melarikan diri. Dia menipu saya. Tadi dia mengatakan bahwa ingin ke toilet. Tapi saat di toilet dia malah meminta supir saya untuk membelikannya pembalut. Dan dia berhasil melarikan diri lagi..." Ucap Martin menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Saya akan bantu mencari putri anda. Boleh saya meminta fotonya?" Ucap Rayza. "Sebentar." Martin pun merogoh saku celananya. Dan pria itu segera menarik benda tebal berwarna coklat tua. Membuka benda itu dan mengambil sebuah foto yang ada di dalamnya. "Ini putriku." Ucap Martin menunjukkan foto tersebut. Rayza terkejut menatap foto yang ada di hadapannya. Sungguh Rayza bukan pria bodoh yang tak bisa mengenali seseorang melalui sebuah foto. Gadis cantik itu tersenyum manis dengan gingsul yang memesona. Netra hazelnya mengingatkan Rayza pada seseorang. Sejenak Rayza berpikir. Benarkah apa yang ada dalam otaknya? Karena Rayza yakin betul gadis dalam foto itu sama seperti gadis yang baru saja ditabraknya. "Saya harus segera pergi. Saya yakin putri Pak Martin belum jauh." Ucap Rayza yakin sambil membawa foto yang baru saja dia terima. Sedangkan Martin hanya bisa berpikir bahwa mungkin saja Rayza sempat berpapasan dengan putrinya. Kali ini langkah kaki jenjang milik pemuda multitalenta itu tak hanya melangkah cepat, tapi juga mengayun Dengan begitu jauh dengan tegas. Seperti mengejar waktu melebihi kecepatan cahaya. Sesampainya di depan pintu restauran, dia segera mengedarkan pandangannya. Berusaha menangkap bayangan sang gadis aduhai yang memakai gaun hitam. "Ya Allah... Cepat sekali dia perginya..." Ucap Rayza bermonolog karena tak mendapatkan bayangan yang diinginkan. "Ah... Sial, aku lupa bertanya siapa namanya..." Ucap Rayza kembali bermonolog. Tapi pantang menyerah bukanlah sifat pria itu. Rayza tetap berlari mengelilingi halaman restoran untuk mencari gadis itu. Gadis yang mampu membuatnya merasakan hal yang tak pernah dirasakan, dan rupanya gadis itu adalah gadis yang akan dikenalkan padanya. Terik matahari semakin membuatnya gerah, apalagi dalam kondisi setelah berlari. Sungguh rasa panas tak hanya berkali lipat tapi juga berkuadrat. Dan Rayza pun memilih untuk mengendarai mobilnya. Berharap jika dia menyusuri jalan, maka dia akan melihat gadis yang membuat jiwa kelelakiannya bergejolak. Rayza melangkahkan kakinya menuju mobil black dop miliknya. Dan dia pun segera menekan remote kontrol untuk membuka pintu mobil. Tapi saat dia menarik handle pintu kemudi justru malah terkunci. Rupanya tadi Rayza lupa mengunci pintu mobil karena terburu-buru. BIP... Rayza kembali menekan tombol pada remote control untuk membuka kuncinya. Rupanya benar, kini handle pintu sudah bisa dibuka. Dia pun segera membuka pintu penumpang belakang untuk mulai mengecek apakah ada sesuatu yang hilang. Tapi sayang, betapa kagetnya dia melihat sosok yang sedang berjongkok di bawah kursi penumpang tepat dibelakang kursi kemudinya. "Hei kau siapa?" Ucap Rayza segera mengunci lengan sosok tersebut. "Aau... Sakit... Aku bukan pencuri... Sungguh... Lepaskan aku..." Suara itu terdengar lembut saat memohon. Rayza bisa menilai ini adalah suara wanita. Tak mungkin wanita mau mencuri bukan? Rayza tetap mengunci lengan wanita itu dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk menyibak surai lembut berwarna hitam keunguan milik gadis itu. Netra hazel milik sang gadis pun kembali menyapanya. Netra itu terasa semakin memikatnya. Sungguh netra itu adalah netra yang mampu membuat merasakan bagaimana sensasi jatuh cinta. Hatinya berdesir nikmat dalam keterkejutan. Sungguh waktu benar-benar berpihak padanya saat ini. "Kau?" "Kau?" Ucap mereka bersamaan...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD