Asisten Rumah Tangga

1320 Words
Qiran hanya menatap jalanan dengan mata kosongnya. Sungguh dia ragu akan keputusannya yang kembali kabur dari rumah. Tapi semua ini dia lakukan karena tak ingin dijodohkan dengan pria yang jauh lebih tua darinya. Apalagi dia tak mengenal pria itu sama sekali. Sedangkan Rayza menatap wajah Qiran yang sendu. Dia yakin Qiran sedang bingung akan keputusannya. Tapi dia tak mungkin membiarkan Qiran kabur lagi. Rayza jauh lebih khawatir jika Qiran tak berada dalam jangkauannya. Biar bagaimanapun Qiran adalah calon istrinya. Walau Qiran belum mengetahui fakta ini. Dan Rayza rasa sebaiknya Qiran tidak tahu. "Di mana rumahmu?" Tanya Rayza pura-pura tidak tahu apapun tentang gadis di sampingnya. Qiran menoleh ke arah pria yang sejak tadi sibuk menyetir. Dia hanya menghela nafas, kemudian kembali melihat jalanan melalui kaca mobil. Sungguh Qiran malas memnjawab pertanyaan pria asing itu. Karena Qiran tak ingin kembali ke rumah. Dia tak ingin kembali dijodohkan dengan pria yang sama sekali tak dikenal. Terlebih lagi, usia pria itu terlalu matang untuk dia yang masih gadis belia. "Hei aku tanya, di mana rumahmu?" Rayza kembali bertanya. Pria itu mendengus kesal karena merasa diabaikan. "Aku ga mau pulang ke rumah. Jadi aku ikut kamu kemana pun kamu pergi,” ucap Qiran membuat Rayza tak habis pikir dengan jalan pikiran gadis di sampingnya. Kini Rayza harus tetap berpura-pura tak mengenal Qiran. Apalagi mengakui bahwa dialah yang akan dijodohkan dengan gadis ini. bisa-bisa Qiran akan kembali melarikan diri. Beruntung Qiran bersembunyi di dalam mobilnya. Entah apa yang terjadi jika Qiran bersembunyi di dalam mobil orang jahat. Mungkin Qiran akan jadi korban sindikat penjualan manusia. Rayza pun bergidik ngeri membayangkannya. "Terus kamu mau aku antar ke mana?" Tanya Rayza kembali. "Aku ikut kamu aja,” ucap Qiran menatap netra hitam Rayza dengan tatapan memelas. Rayza pun hanya bisa menghela nafas. "Jaman sekarang ga ada yang gratis. Mau numpang sama aku? Yakin?" tanya Rayza ketus. Sungguh dia tidak suka dengan kebiasaan gadis ini yang kabur setiap kali ada hal yang tidak sesuai dengan hatinya. Rayza yakin saat ini Martin sedang bingung mencari anak semata wayangnya yang tambeng. Ingin sekali Rayza menjewer kuping gadis cantik itu. Mendengar ucapan Rayza, Qiran pun bergidik ngeri. Pikirannya menelaah sesuatu yang buruk akan terjadi. Mungkin saja pria ini salah satu sindikat perdagangan manusia? Atau pria ini adalah om-om m***m yang suka gadis belia sepertinya? "Jangan bilang kamu itu om-om m***m yang suka memelihara sugar babby?" Tanya Qiran mendelik ngeri. Sugar babby? Mendengar kata itu membuat Rayza naik pitam. Pria itu segera mengerem mobilnya secara mendadak kemudian memukul stir mobil dengan cukup keras. Bahkan Qiran sampai terbentur dasboard mobil dan tersentak kaget karena suara debuman pukulan stir mobil. Dan kini Qiran menunduk takut dengan tubuh gemetar. Terkadang dia memang suka bicara asal. Dan baru kali ini dia menyesali perbuatannya. "Apa kau bilang? Om-om m***m? Kau bilang aku Om-om m***m?" tanya Rayza menatap nyalang gadis itu. "Aku becanda. Just kidding, please don't angry. Please,” ucap Qiran dengan dua jari yang disandingkan. Sejujurnya Rayza ingin tertawa melihat wajah ketakutan gadis ini. Rupanya dia bisa takut juga. Tapi Rayza terlalu sombong untuk tertawa. Biarkan gadis ini takut padanya. Sehingga dia mudah mengatur gadis nakal di sampingnya. Untuk urusan Om Martin, dia pikir nanti setelah waktunya tepat, dia akan mengatakan bahwa posisi putri pria itu aman dengannya. "Maksud aku, aku mau melamar kerja sama kamu... Em... Iya... Begitu maksud aku..." Qiran terbata saat berbicara. Dia tidak sanggup menatap netra hitam yang seperti laser. Dan akhirnya memilih untuk menunduk. Gadis itu sungguh tak berani menatap wajah pria di sampingnya. Bahkan jemari Qiran terasa begitu dingin karena terlalu takut. "Menjadi sugar babby maksudmu?" Tanya Rayza. Qiran pun segera mendelik. Sungguh dia tak akan rela melepas keperawanannya untuk pria yang terlihat kejam ini. Gadis itu pun segera menggeleng keras dengan tangan yang dikibas-kibas. "Bukan... Bukan... Sungguh aku bukan sugar babby... I'm still virgin... jadi ga mungkin aku mau jadi sugar babby,” ucap Qiran berteriak. Bahkan Rayza sampai menutup telinga dengan telapak tangannya. "Hei kau bisa merusak telingaku?!?!" teriak Rayza kesal. "Aku sungguh bukan sugar babby... Aku masih perawan, dan ga mungkin aku jual keperawanan yang sudah aku jaga,” ucap Qiran gemetar takut. Rayza melihat kejujuran pada netra coklat s**u gadis di hadapannya. Sungguh hatinya mengembang bahagia, karena Rayza adalah calon suami gadis ini. Yang nantinya akan memiliki gadis ini sepenuhnya, dan memetik sesuatu yang sudah gadis ini jaga sedemikian rupa. Rayza rasa, sudah cukup obrolan tak penting ini. Dia pun mengabaikan ucapan sang gadis. Kemudian segera menarik gas mobilnya menuju apartemen. Sedangkan Qiran hanya menunduk ketakutan. Wajahnya semakin pucat dengan tubuh gemetar. Ingin sekali dia menghubungi Papinya untuk menolong dirinya. Tapi saat ini dia tak punya handphone. "Tamat sudah riwayat gue,” ucap Qiran membatin. Jantungnya semakin berdegup kencang saat pria itu memasuki kawasan apartemen. Qiran benar-benar belum siap melepas keperawanannya. Sungguh dia tak rela harus memberikannya pada p****************g. Walaupun pria di sampingnya cukup tampan. Tapi Qiran tidak mau melakukannya tanpa cinta. Rayza yang pusing mendengar celotehan sang gadis pun berusaha mengabaikannya. Dengan tenang pria itu memarkirkan mobilnya di basemen apartemen. Kemudian keluar dari dalam mobil dan memutar untuk membukakan pintu Qiran. Tapi gadis itu malah meringkuk. "Ayo turun!" perintah Rayza. "Ga mau... Hiks... Papi... Tolong aku... Hiks..." Gadis itu menangis ketakutan. "Hei ayo cepat turun, kau sendiri yang tadi bilang mau ikut kemanapun aku pergi. Cepat turun!" perintah Rayza kasar. "Kenapa ke sini? Hiks... Aku mohon... Hiks... Aku bukan sugar babby... Hiks... Jangan... Hiks... Aku mau pulang... Huaaaa... Papi..." Gadis itu malah menangis kencang. Rayza segera mengedarkan pandangannya. Sungguh memalukan. Karena kini mereka jadi pusat perhatian. Seperti filosofi putri Indonesia. Semua mata tertuju pada anda. Tapi saat ini bukan ajang bergengsi, ini adalah ajang mempermalukan diri sendiri. Rayza pun mengusap wajahnya dengan kasar. "Hei... Jangan menangis... Cup cup cup... Jangan menangis ya..." pinta Rayza bingung bagaimana cara menenangkan gadis ini. "Bodo amat aku mau nangis... Huaaa.... Hiks... Hiks..." Tangisan gadis itu semakin kencang. Rayza sudah kehabisan cara. Akhirnya dia menarik sapu tangan dari sakunya. Kemudian menggulung sapu tangan itu asal dan disumpal ke mulut sang gadis. Mungkin ini bisa meredakan tangisan yang sangat memalukan. Sedangkan Qiran, gadis itu terkejut. Saat dengan asik menangis, Tiba-tiba mulutnya terasa penuh. Dengan rasa kasar bercampur asin dari sebuah benda asing yang bersarang di mulutnya. Jelas saja rasanya asin karena pasti sudah bercampur keringat Rayza. Menyadari ada sebuah handuk kecil yang biasa disebut sebagai sapu tangan bersarang dalam mulutnya. Gadis itu pun segera melepehnya. "Hueekk... Jahat banget sih,” ucap Qiran berteriak sambil memukul gemas lengan Rayza. "Makanya nurut, cepat turun!" perintah Rayza. "Ga mau!!!" Kini Qiran melipat tangannya di depan d**a. "Yaudah terserah. Kalau kau malah lebih memilih bertemu pria yang lebih jahat dari aku,” ucap Rayza kemudian bergegas menjauh dari wanita yang mempermalukan dirinya. Qiran semakin takut karena ditinggal sendirian. Sungguh dia tak mau bertemu pria jahat lagi. Dan Qiran merasa sepertinya pria tadi tak terlalu jahat. Akhirnya Qiran memberanikan diri untuk turun dan mengikuti langkah pria itu. Rayza yang menyadari langkah Qiran mengikutinya pun tersenyum menang. Sesampainya di depan sebuah kamar apartemen, Rayza segera menempelkan kartunya untuk membuka pintu. Setelah pintu itu terbuka, Rayza langsung masuk diikuti oleh Qiran yang bergerak takut. "Cepat masuk ke kamar!" perintah Rayza. "Kau benar-benar mau menjadikan aku sebagai sugar babby mu ya?" tanya Qiran ragu. Lagi-lagi Rayza mengusap wajahnya kasar. Sungguh dia tak mengerti jalan pikiran gadis itu. Apa dia pikir Rayza adalah om-om m***m seperti sugar Daddy? Sungguh keterlaluan. Menyentuh wanita saja pria ini tak pernah. Jangankan menyentuh, menjalin hubungan dengan wanita saja tak pernah. Bahkan fakta yang lebih menyedihkan lagi adalah Rayza belum pernah jatuh cinta. "Cepat masuk ke kamar! Rapikan kamarku! Dan setrika semua pakaian yang ada di lemari! Kau jadi Asisten rumah tangga! Ini uang untukmu membeli baju, aku tidak rela kau memakai pakaianku,” ucap Rayza memberikan dua lembar uang seratus ribu, kemudian pergi meninggalkan Qiran sendiri di apartemennya. Dia butuh menyegarkan pikiran karena kesal pada gadis itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD