Sama-sama menggila

1297 Words
"Qiran... Kalau aku mengatakan sesuatu... Apa kamu mau menerimanya?" Ucap Rayza. "Tentang apa?" Tanya Qiran membuat hati Rayza berdegup makin kencang. ??? Qiran menatap netra hitam di sisinya dengan seksama. Hal itu membuat Rayza menjadi salah tingkah. Sungguh Rayza tak biasa ditatap seintens itu oleh lawan jenis. Jantung Rayza semakin berlomba tak tentu arah. Dan akhirnya pria itu membuang tatapan matanya ke arah lain. Rupanya cukup lama mereka berdiam diri saling menatap. Karena nyatanya antrian di depan mereka sudah jauh. "Hei aku tanya, malah buang muka." Ucap Qiran. "Nanti saja. Kau duduk saja. Tunggu aku di sana." Ucap Rayza menunjuk ke arah bangku tunggu. "Kamu aja yang nunggu biar aku yang ngantri." Ucap Qiran keras kepala. "Ish... Kau ini keras kepala banget sih. Dikasih enak malah milih yang ga enak." Ucap Rayza berdecak kesal. Lagi-lagi mereka menghabiskan waktu dengan berdebat. Sungguh mereka tampak seperti pasangan yang aneh. Dan perdebatan mereka mengundang rasa penasaran seseorang. "Qiran?" Ucap seorang wanita bertubuh tinggi langsing dengan pakaian modis yang pas badan. Lekuk tubuhnya seperti model kelas atas. Jelas menunjukkan bahwa dia seorang primadona. Qiran pun menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya. Wajah Qiran seketika pucat menatap wanita itu. "Citra?" Ucap Qiran terkejut. "Lo ngapain di sini. Tumben belanja." Ucap Citra menatap belanjaan Qiran yang lebih cocok dibelanjakan oleh ibu rumah tangga. Beberapa sayuran segar, buah, daging segar, minyak sayur kemasan, gula, sabun cuci piring, sabun cuci pakaian, dan masih banyak lagi. Citra sangat terkejut melihat semua yang ada di troli Qiran. Dia tahu betul Qiran tak mungkin berbelanja urusan dapur apalagi toilet. Karena Qiran adalah gadis beruntung yang tak akan pernah menginjakkan kaki ke dapur. Semua itu karena dia hidup dalam keluarga yang mewah dengan banyak asisten rumah tangga. "Em... Iya nih belanja. Emang ga boleh?" Ucap Qiran menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Dan selanjutnya dia bicara dengan ketus. Qiran masih ingat bagaimana dirinya diusir oleh Citra yang tak mau menolongnya. Dia tak tahu harus bicara apa. Belanjaan di troli benar-benar menjatuhkan harga dirinya. "Owh..." Citra hanya beroh ria, sambil menatap penampilan Qiran dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan dia berpikir apa mungkin Qiran sudah bangkrut hingga memakai sandal jepit? "Lo sendiri ngapain di sini?" Ucap Qiran ketus. Dia merasa risih ditatap dengan tatapan menghina oleh mantan sahabatnya. Qiran baru sadar selama ini dia hanya dijadikan ATM berjalan bagi Citra. "Ya belanja dong. Tuh sama pacar baru gue. Tapi gue belanjanya kue, makanan ringan, minuman ringan, ga belanja keperluan dapur kaya gini." Ucap Citra menunjuk troli belanjaan Qiran. Qiran hanya mendengus kesal. Dia malas adu mulut dengan perempuan ular itu. "Ngomong-ngomong Lo kok ga masuk kuliah tiga hari ini? Udah ga kuat bayar kuliah ya?" Ucap Citra menatap miris pada penampilan Qiran yang menggunakan daster. Walaupun daster itu di modif sedemikian rupa, Citra mengenali motif batik pakaian Qiran karena sama dengan daster pembantu di rumahnya. Ucapan Citra benar-benar membuat Qiran naik darah. Ingin sekali Qiran mencabik-cabik mulut tidak tahu diri itu. Tapi Qiran harus bisa mengontrol emosinya. Dia tak mau dipecat karena sudah membuat majikannya malu. "Qiran sakit tiga hari. Dan hari ini kami berbelanja agar aku bisa memasakkan Qiran makanan yang sehat. Ya kan Sayang?" Ucap Rayza menyelamatkan harga diri Qiran. Ucapan Rayza yang lembut membuat Qiran tiba-tiba sesak nafas. Bagaimana mungkin pria ini menjadi superhero kesiangan yang menyelamatkan harga dirinya? Tanpa sadar Qiran membuka mulutnya lebar karena terlalu terkejut. "Tutup mulutmu Sayang... Nanti kalo ada lalat yang masuk bagaimana?" Ucap Rayza berbisik tepat di telinga Qiran. Dan Qiran pun langsung mengatupkan bibirnya. Wajahnya memerah karena jarak mereka yang terlalu dekat. Jika dilihat dari jauh, Rayza seperti sedang mencium pipi gadis itu. Citra berdehem saat melihat pemandangan romantis di hadapannya. Sungguh dia tak menyangka Qiran sudah memiliki kekasih. Karena selama ini saat ada pria yang mendekati Qiran, Citra akan mengungkapkan kejelekan pria itu pada Qiran begitu pun sebaliknya. Citra akan mengungkapkan kejelekan Qiran pada pria itu. Dan akhirnya pria tajir nan tampan malah menjadi kekasihnya. Qiran tak terlalu peduli akan hal itu. Karena Qiran memang tidak berminat menjalin hubungan dengan siapa pun. Memang Citra rubah betina yang licik. Citra menatap iri pada Qiran. Karena jelas saja pria di samping Qiran jauh lebih keren dibandingkan dengan kekasihnya saat ini. Netra hitam Rayza benar-benar membuatnya terhipnotis. Bahkan tubuh tinggi yang proporsional itu melengkapi ketampanan sang pria. Tak lupa kaca mata yang bertengger manis di hidung bangir itu. Jelas sekali pria itu pria dewasa yang mapan dan cerdas. "Kau tidak berniat mengenalkan kekasihmu pada ku Qiran?" Ucap Citra menampilkan senyuman menawan. Bahkan cara berdiri gadis itu sengaja menonjolkan buah dadanya yang bulat sempurna. Rayza sadar betul, Citra menaruh minat padanya. Dan perlu kalian tahu, Rayza buka tipe pria yang mudah tergoda wanita. Karena Rayza lebih suka wanita yang menantang adrenalinnya seperti Qiran. "Cih... Murahan." Umpat Qiran membuat Rayza menahan tawa. Pria itu tersenyum sambil menatap wajah Qiran yang menahan emosi. Mungkinkah Qiran cemburu? Atau dua gadis ini memang dalam hubungan yang buruk? Entahlah. Yang jelas saat ini Citra sudah menyodorkan tangan mungil dengan jemari lentiknya untuk berjabat tangan. "Hai... Aku Citra." Ucap gadis itu dengan suara yang sangat lembut. Berbeda sekali dengan nada yang digunakan saat berdebat dengan Qiran. "Rayza." Ucap Rayza tersenyum tanpa membalas uluran tangan Citra. Walau ucapan Rayza terkesan sebagai seorang bad boy, tapi sesungguhnya pria itu sangat menjaga jarak dengan lawan jenis. Kecuali saat di dekat Qiran. Dia merasa bukan dirinya yang biasanya. Rayza sering kali melupakan akidah antar lawan jenis. Sungguh Rayza ingin segera menikahi Qiran. Menyadari uluran tangannya tak disambut sang pria tampan, Citra pun menarik tangannya. Dia merasa harga dirinya sebagai wanita cantik diinjak-injak. Baru kali ini ada pria yang menolak sentuhan tangan lembutnya. Karena biasanya para pria yang enggan melepas tangannya. Sedangkan Qiran tersenyum menang. Dia merasa sangat bahagia akan sikap Rayza pada mantan sahabatnya. Sekali-kali Citra memang harus merasakan ditolak. Agar dia tidak sombong dengan kecantikan yang sebenarnya tak seberapa bagi Qiran. Jika saja Qiran mau merubah sikapnya lebih manis dan penampilannya lebih anggun, Qiran akan jauh lebih menawan dibandingkan dengan Citra. Dengan berani Qiran memeluk lengan Rayza. Membuat Rayza terpaku seketika. Kulit pria itu meremang. Karena ini adalah sentuhan pertama seorang wanita pada tubuhnya. Rayza sadar ini salah. Tapi dia tidak mungkin menepis tangan Qiran, karena akan menghancurkan harga diri Qiran. "Hus... Sudahkan kenalannya?" Ucap Qiran mengibaskan jemari lentiknya pada Citra. Sikapnya tak sopan itu membuat Rayza tak sanggup menahan tawa. Wajahnya memerah menahan tawa yang sangat geli menggelitik perutnya. Sedangkan Citra mengatupkan bibirnya menjadi satu garis tipis. Dia begitu marah pada Qiran. Sungguh dia tidak terima diperlakukan seperti itu. Dia berjanji pada dirinya, suatu saat akan membuat Rayza melepas Qiran dan mengemis cinta padanya. Sungguh Citra merasa jauh lebih cantik dan seksi dibandingkan Qiran. Dia pun tersenyum sinis, kemudian meninggalkan sepasang kekasih yang baru saja menginjak-injak harga dirinya di depan umum. Setelah Citra meninggalkan mereka. Jantung Rayza semakin menggila. Sungguh baru kali ini ada wanita yang memeluk lengannya. Bahkan tanpa sadar Qiran menempelkan dadanya pada lengan kekar itu. Dan sebagai pria normal tentu saja membuat jiwa kelelakian Rayza meronta-ronta. "Sayang..." Ucap Rayza menatap lengan Qiran yang sukses membuat jantungnya menggila. Mendengar panggilan Sayang dari Rayza membuat Qiran memicingkan matanya menatap Rayza. "Bukankah seharusnya sandiwara sudah berakhir. Lalu mengapa kau masih memanggilku Sayang?" Ucap Qiran ketus tanpa melepaskan lengannya yang memeluk manja lengan Rayza. Rayza sudah tak sanggup berkata-kata. Dia berdehem untuk menetralkan debaran jantungnya. Dan kembali menatap posisi lengan mereka. "Ekhem... Maaf." Ucap Rayza menggerakkan sedikit lengan yang dipeluk Qiran. Menyadari kesalahan posisi lengannya. Wajah Qiran langsung merona merah. Sungguh dia tak bermaksud apa-apa. Dia hanya mendalami peran saja atas sandiwara itu. Bukankah sejak awal Rayza yang memulai sandirawa ya? "Eh... Maaf Pak... Sengaja... Terus lupa... Hehehe." Kekeh Qiran lucu di mata Rayza. "Ya..." Ucap Rayza kembali mendorong troli untuk mengantri. Dan kini jantung mereka sama-sama menggila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD