VII. STAR CLUB

1521 Words
Yasmin menuruni tangga kapal dengan langkah perlahan. Kapal ini masih sangat tinggi karena masih kosong belum ada muatan. Ia mendudukkan dirinya di atas bangku panjang speedboat, kemudian dia mengambil kacamata hitam yang menggantung di dadanya lalu mengenakannya. Yasmin mendongakkan kepalanya ke atas. Dia melihat Deniz menuruni tangga, di belakangnya ada Sofian. Ia adalah seorang agen yang ditunjuk untuk melayani kebutuhan kru kapal Ocean Marine saat berada di sini. Di perairan ini "Hai ...Yasmin," sapa Deniz. Seulas senyum hangat terbentuk di bibirnya. "Kapten," ucap Yasmin membalas sapaannya sambil tersenyum dan mengangguk pelan. Yasmin menelan ludah. Bahkan Deniz saat ini terlihat lebih menawan dari biasanya. Tentu saja, dia pergi ke daratan, ia berpakaian lebih rapi dan menarik. Deniz mengenakan kemeja ketat berwarna soft pink, kemeja itu membentuk tubuh indahnya secara sempurna. Ia mengenakan jeans berwarna biru laut dengan kacamata hitam yang membingkai indah wajahnya. "Panggil aku Deniz, kita tidak dalam lingkungan kerja sekarang. Jadi, berapa lama kita berada di Speedboat ini?" "Sekitar 90 menit," ujar Yasmin sambil membuang pandangannya ke arah lain. Sofian Sudan sampai, dia duduk di bangku speedboat. Mereka segera berangkat. "Yasmin," ujar Deniz nyaring sambil mencolek lengannya, dia memberikan ponselnya kepada Yasmin. "Apa?" sahut Yasmin bingung. "Masukkan nomor kontakmu." Deniz menyurungkan ponselnya. "Oh … OK. " Yasmin mengambil ponsel Deniz dan memasukan nomor kontaknya. "Yasmin, jangan lupa masukan kode negara." "Ya, aku tau," jawab Yasmin, kemudian mengembalikan ponsel Deniz. Deniz terlibat pembicaraan serius dengan Sofian, dari masalah hotel, bank, hingga keperluan lainnya. Tak ketinggalan, Deniz juga membicarakan masalah jalan-jalan, belanja kebutuhan pribadi hingga masalah mencari para gadis cantik. Yasmin menelan ludah. Wajahnya terasa membeku. Ia tak habis pikir kepada dua lelaki di depannya. Bagaimana bisa mereka membicarakan mencari para gadis di depan wajahnya? Bagaimana bisa mereka membicarakan hal vulgar tentang bersama wanita di depan wajahnya? 'Hei … aku adalah wanita bung!"  Yasmin menggerutu di dalam hati. Tapi kemudian dia berpikir, ini adalah situasi yang biasa didapatkannya. Kru kapal, dan teman kerjanya yang kebanyakan para lelaki, mereka sering kali membicarakan hal seperti ini.  Terkadang Yasmin menggerutu di dalam hati, dia merasa tak enak hati kaumnya dibicarakan dengan begitu rupa. Terkadang mereka mengejek, terkadang mereka memuji dan memuja. Mereka sama sekali tak segan menceritakan hal itu kepada Yasmin.  'Mungkin mereka menganggap aku wanita KW.'  pikiran itu membuat Yasmin tersenyum sendiri. Tapi entah kenapa, ada perasaan terusik saat melihat dan mendengar Deniz yang begitu bersemangat ingin menghabiskan malam dengan bersenang-senang. Dada Yasmin terasa sesak. Yasmin terus memandangi langit yang berwarna biru cerah. Ia menyembunyikan kilatan tidak suka dari dalam matanya. Yasmin ingin sekali mengusir perasaan tak nyaman yang tanpa diundang sudah bercokol di dalam dadanya. Yasmin sangat tidak suka saat perasaan yang menyesakan dadanya itu menyusup ke dalam dadanya. "Apakah aku cemburu? Ah tidak mungkin! Kenapa harus cemburu? Sepertinya ada yang salah. Aku harus segera menyervis hatiku, sepertinya aku perlu ganti suku cadang," ujar Yasmin dalam hati sambil mengelus dadanya yang terasa sesak. Sedangkan para lelaki di depannya. Mereka tertawa bahagia larut dalam cerita dan imajinasi  "Sofian, kau bermalam bersamaku malam ini?" tanya Deniz kepada agennya.  "Tidak Kapten. Aku lelaki normal. Untuk apa aku menghabiskan malam bersamamu? Walaupun jika kulihat … kau sangat tampan. Tapi maaf Kapten, kau bukan tipeku. Aku suka wanita dengan rambut yang panjang dan body yang aduhai," Sofian mendelik sinis kepada Deniz. "Hahahaha … apa? Kau bicara omong kosong kepadaku. Sialan." Deniz mengumpat . Mereka tertawa bersama. "Sofian, aku bertanya serius." "Aku lebih serius darimu, Kapten. Untuk apa aku bermalam denganmu?" "Sial! Sofian?" Deniz kembali tersenyum. "Tidak, Kapten. Aku tidak akan menginap di hotel, aku pulang ke rumah. Aku memilih menghabiskan malam dengan istriku. Tapi, aku bisa menemanimu saat kita berada di klub malam. Jika kau sudah kembali ke hotel, aku juga akan kembali pulang ke rumah. Aku merindukan anak dan istriku," ujar Sofian sambil tersenyum. Matanya menyiratkan kehangatan cinta saat mengatakannya. Yasmin tersenyum saat mendengar penuturan Sofian. Ia memandangi Sofian dengan hangat dari balik kacamata hitamnya. Dia mengagumi pemikiran Sofian. Padahal jika dia tak pulang, istrinya tak akan tahu, dia  bisa saja berkata masih berada di kapal. Yasmin berharap suatu hari dia akan memiliki suami yang mempunyai banyak cinta untuk dirinya dan anak-anaknya. "Are you sure? Aku akan mentraktirmu." Deniz membujuk. "Bule ini nih sepertinya yang dimaksud dengan Setan dari golongan manusia, berusaha menjerumuskan orang lain." Yasmin berkata nyaring dan dengan nada yang sinis. Namun ia tetap memandangi lautan. Seolah kata-katanya tak berarti apa-apa. "Hahahaha." Sofian tertawa sangat keras. Ia menyentuh perutnya yang terasa sakit. "What she said?" (dia bilang apa?) Deniz bertanya kepada Sofian. "Come on Yasmin. Speak in English,Yasmin." Deniz menatap lekat wajah Yasmin. Yasmin pun akhirnya ikut tertawa gelak melihat Sofian yang tertawa sampai terpingkal-pingkal.  Ditambah lagi reaksi Deniz yang bingung menatap mereka berdua, terlihat sangat lucu di mata Yasmin.  Sedangkan Deniz, dia berpikir, sepertinya dirinyalah yang sedang mereka tertawakan. Sayang sekali dia tak mengerti. Sofian menyusut air matanya. "Yasmin berkata, kau bisa memberikan uang traktiranmu untukku lalu kuberikan kepada istriku.  Yasmin berkata jangan bilang, 'Istriku, ini bayaranmu.' Karena semua piring akan melayang layaknya UFO." Sofian tersenyum licik. Yasmin yang tadinya cemas Sofian akan mengatakan yang sebenarnya kini Ia bernapas lega, "Dasar licik," ujar yasmin di dalam hati. "Tentu saja, aku akan memberikan uang kepadamu. Kau jangan khawatir," Deniz menepuk pundak Sofian dengan hangat. Ia menyukai sikap Sofian Akhirnya mereka sampai di pelabuhan kota. Pelabuhan ini terletak di sungai yang membelah kota Banjarmasin. Dermaga ini yang memang disediakan speedboat. Sehingga mereka tidak perlu kepelabuhan laut yang sangat sibuk dengan aktifitas bongkar muat kargo. Mereka akhirnya berpisah di pelabuhan itu.  Yasmin menaiki ojek sedangkan Deniz dan Sofian mereka memesan layanan mobil online. Deniz pergi ke hotel, lalu mereka pergi ke bank mencairkan uang dari perusahaannya untuk membeli kebutuhan bahan makanan para kru dan juga gaji mereka .   Sementara Yasmin, dia pulang ke rumah kontrakannya dengan perasaan senang. Dia sangat bahagia akan segera melihat penampilan penyanyi idolanya. {Vera aku sudah pulang. Tiket sudah kau belikan?} Yasmin mengirim pesan. {Sudah tenang saja} Vera menjawab. {Kau di mana?}. Yasmin sudah tak sabar ingin memegang tiketnya. {Aku di kantor, Non. Lagi kerja.} Vera kembali membalas pesan Yasmin. Vera bekerja sebagai staff admin di perusahaan konstruksi ternama. {Oh Iya, maaf.} Yasmin mengakhiri pesan singkat mereka. Yasmin mengetuk-ngetuk sebuah akuarium yang berada di dalam kamarnya, dia memelihara ikan hias. "Sepertinya kau makan dengan baik," ujar Yasmin berbicara dengan Ikan peliharaannya. Saat pergi ke laut, Yasmin menitipkan kunci kamar kontrakannya kepada si empunya rumah. Dia meminta tolong agar mereka memberi makan ikannya. Saat pulang, biasanya Yasmin memberikan uang 50 ribu atau 100 ribu sebagai ucapan terima kasih. Yasmin merebahkan dirinya di atas kasur. Ia berencana tidur sejenak. Saat bangun, dia mau  berbelanja pakaian untuk dikenakan menonton Konser Judika di Star Club malam ini. ***** Tiga orang gadis beriringan berjalan menuju sebuah klub malam di Kota Banjarmasin Yasmin, Vera dan Dhea mereka sangat senang.  Antrian menuju pintu masuk cukup panjang. Mereka harus menanti dengan sabar. Penampilan Judika akan dimulai 30 menit lagi. "Aku hampir tidak mengenalimu," ujar seorang lelaki di belakang Yasmin. Suaranya sangat familiar, dan dia bicara dengan sedikit berbisik dan menggunakan bahasa Inggris. Tubuh lelaki itu menempel di tubuh bagian belakang Yasmin. Yasmin sangat terkejut. Ia memutar kepalanya, menoleh ke belakang "Kapten?" wajah Yasmin seketika memucat.  Seseorang di belakang sana tengah bersandar di dinding melambaikan tangan kepada Yasmin. "Sofian," Yasmin melambaikan tangan dan tersenyum hambar. Oh no!  di antara banyaknya klub malam mengapa harus di sini. Lutut Yasmin tiba-tiba terasa lemas. "Kapten, apa yang kau lakukan di sini? " "Jangan memanggilku Kapten. Cukup Deniz saja." Senyuman maut itu kembali mengembang di bibirnya. Yasmin menelan ludah. Mereka dekat sekali.  Bahkan tubuh mereka saling menempel  Antrian masuk ke tempat acara sangat rapat. Yasmin pun tak dapat berkutik. Suara detak jantungnya yang terdengar lebih cepat. Aroma parfum kekayuan yang menyeruak keluar dari tubuh Deniz membuat Yasmin merinding. Napas Deniz yang hangat menyentuh tengkuknya. Yasmin merasa menggila sesaat.  Dia sangat menyesal memilih gaun yang terbuka pada bagian pundaknya. "Deniz, apa yang kau lakukan di sini?" Yasmin memecah kesunyian di antara mereka. "Aku ingin menonton konser bersamamu," ujar Deniz cuek. "Aku bersama teman-temanku." Yasmin menunjuk Dhea dan Vera yang berada di depannya.  'Bagaimana dia bisa tahu aku di sini?' Yasmin meletakan telapak tangan kanan di keningnya yang terasa berdenyut kuat.   Yasmin memperkenalkan Deniz kepada kedua temannya. Sesuai dugaan, Vera dan Dhea menatapnya hampir tak berkedip. "Apa kau punya tiket masuk?" Yasmin mengacungkan tiket di depan wajah Deniz. "Sepertinya tiket sudah habis, kau lihat mereka?  Sayang sekali mereka harus pulang dengan tangan hampa," ujar Yasmin menunjuk beberapa orang yang menunjukan wajah penuh kekecewaan dan berjalan keluar dari lobby klub malam. "Aku tidak membutuhkan tiket. Aku berdiri di sini hanya untuk menyapamu," jawab Deniz percaya diri. "Maka kau tidak bisa masuk. Tenang saja masih banyak klub lain di kota ini," ujar Yasmin sambil tersenyum penuh kemenangan. "Sofian memiliki teman yang bekerja sebagai pemain home band di klub ini. Jadi kami nanti lewat pintu belakang. Tidak perlu tiket," jawab Deniz mengulum senyuman yang sulit diartikan. "Dengar Deniz, nikmati saja malammu dan bersenang-senanglah. Aku juga begitu," Yasmin melangkah maju. Temannya sudah sampai di pintu masuk. Dia segera menghampiri mereka "Kita bertemu di dalam, " ujar Deniz bersuara nyaring sambil melambaikan tangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD