VI . GURU YANG BAIK

2203 Words
{kau dimana} Vera mengirimkan pesan. {Aku di kapal. Kenapa?} Yasmin membalas. {Sayang sekali, Judika datang besok malam. Padahal aku beli tiket 2 } Vera. {Oh iya, sepertinya aku tidak bisa. Sayang sekali.} Yasmin sangat menyayangkan tidak bisa melihat artis idolanya. {Ok aku akan memberikan tiket ini ke Dhea, maaf ya.}  "Aaaah." Yasmin berteriak histeris. Penyanyi Idolanya akan datang. Perasaannya menjadi tidak karuan. Yasmin sangat menyukai Judika, dia sangat sedih tidak dapat melihatnya. Yasmin melihat layar ponsel. Waktu menunjukkan pukul 22:00, dan dia merasa belum mengantuk sama sekali. Yasmin kemudian berganti pakaian dengan celana panjang dan jaket. Yasmin melangkah keluar kamar. Koridor terlihat sepi. 'Sepertinya pesta sudah selesai.' ujar Yasmin di dalam hati. Ia menuju ke dek luar. "Hai, Yasmin. Kau belum tidur" tanya Burak. Dia memiliki jabatan sebagai *2nd Officer. Burak mendapat tugas jaga malam ini di dek luar dari jam 4 sore hingga jam 4 pagi. Burak  mendekat dan berdiri di sisi Yasmin. Lelaki berusia sekitar 27 tahun itu mengenakan *warepack berwarna jingga terang. "Belum," jawab Yasmin singkat, dia duduk di bangku besi berbentuk seperti silinder yang dilas menyatu dengan lantai kapal. Ia menyelipkan rambutnya yang berkibar ditiup angin ke belakang telinga. "Yasmin, kapan kita akan loading?" Burak bertanya. "Aku pun belum mengetahuinya, masih belum ada kepastian." Yasmin mengangkat bahunya. "Yasmin kau Bos kami 'kan?" Burak tersenyum. "Bos? " Yasmin mengernyitkan alisnya, dia merasa bingung. "Bukankah batu bara yang kami angkut ini adalah milik perusahaanmu, dan perusahaan-mu-lah yang mencarter kapal ini, dan kau perwakilan dari Golden Coal. Bukankah artinya Kau Bos kami?" Burak kembali tersenyum. "Hahaha, seandainya begitu. Aku akan ikut berlayar kemanapun kapal ini pergi." Yasmin tertawa gelak. Yasmin melangkah menjauhi Burak, dia mendongak, melihat ke langit. Bulan terlihat terang dan walaupun tidak purnama, langit pun terlihat cerah dengan banyaknya bintang yang bertaburan.  "Perfect," ujarnya tersenyum. "Apa? " Burak bingung. "Aku mau melakukan sesuatu." Yasmin berlari masuk kedalam kamarnya. Ia mengambil sesuatu. Gadis itu sangat bersemangat, dia berlari dengan riang. Saat Ia kembali ke dek luar,  Burak ternganga melihat barang yang berada di tangan Yasmin. "Kau mau memancing?" "Iya, aku mau memancing cumi-cumi.Cuacanya bagus, dan bulan bersinar dengan terang. Aku berharap bisa menangkap banyak cumi-cumi." ujar Yasmin tersenyum lebar. Dia sangat bersemangat. "Kau tau cara memancing?" Burak keheranan. " Yess, aku pintar memancing cumi-cumi" "Wow … sulit dipercaya!"  ujar Burak dengan mata yang membulat. "Hahahaha, semoga aku beruntung malam ini." ucap Yasmin penuh harap. Yasmin kemudian memasang earphone di daun telinganya, lalu menyelipkan radio HT di saku belakang celana. Kemudian, memutar musik. Yasmin berjalan ke arah buritan kapal. Gadis itu menghirup nafas dalam-dalam.  'Aku sangat suka udara lautan' ujar Yasmin dalam hati. Yasmin mengulurkan alat pancingnya. Alat pancing cumi-cumi berbeda kailnya dengan mata kail untuk memancing Ikan. Untuk memancing cumi-cumi menggunakan mata kail buatan berbentuk udang kecil. Memiliki banyak kawat di sekelilingnya dan mengarah ke atas. Dalam satu joran bisa memiliki 3-4 mata kail. Bulan bersinar terang, tak terhalang awan, ditambah lagi lampu kapal yang terang di buritan kapal akan memancing cumi-cumi untuk naik ke permukaan. Yasmin menarik ulur tali pancing di tangannya selama beberapa menit. Drt ... drt …  Yasmin merasakan getaran yang kuat di tangannya. Yasmin mengulurkan tali pancing sesaat. Lalu menyentaknya dengan kuat. "Kena kau! Yuhu …"  Yasmin tersenyum riang. Ia terus memutar reel alat pancing. "Yes, ini hari keberuntunganku," ujar Yasmin tersenyum bahagia. Ia mendapatkan 3 cumi-cumi besar tersangkut mata pancingnya. "Mirza, Mirza over." Yasmin bicara di radio miliknya. "Yes, Yasmin. Over." "Mirza bawakan aku ember untuk menampung cumi-cumi."  "Dimana aku bisa mendapatkan ember?" "Alah ... kau carilah. Pinjam sam kru."  "Yasmin ini sudah larut malam, sudah hampir jam 11. Kru sudah tidur. Kau juga untuk apa memancing, kita tidak kekurangan makanan." "Awas kau kalau minta! Aku akan cari sendiri." Yasmin merasa sangat gemas mendapatkan penolakan Mirza. Yasmin meninggalkan cumi-cumi itu tergeletak dan menggelepar di atas lantai kapal. Yasmin berlari mencari wadah. "Burak ada ember? Mungkin ember bekas cat?" "Kau dapat cumi-cuminya?" Burak terkejut. "Iya," ujar Yasmin dengan mata yang berbinar. "Aku ingin melihatnya." Burak berjalan dengan langkah yang panjang dan cepat. Yasmin mengiringinya dari belakang. "Wow … besar sekali. Ini pasti enak. Cumi-cumi fresh." Burak terkejut dan senang melihat cumi-cumi yang tergeletak di lantai berwarna merah segar sebesar pergelangan tangan. "Ya, sangat enak. Sekarang beri aku ember untuk menampungnya,"  ujar Yasmin. "Ok. Kau tunggu di sini." Burak pergi meninggalkan Yasmin. "Ok." Yasmin mengangguk pelan. Ia kembali melemparkan kailnya, Yasmin sambil menarik ulur tali pancing. "Ternyata kau pandai dalam banyak hal."  Suara yang itu … Yasmin mengenalnya. Dia menolehkan kepalanya ke belakang. "Kapten? Apa yang kau lakukan disini?" Yasmin sangat terkejut. "Aku membawakan ember untukmu." "Bagaimana kau tau aku membutuhkan ember?" "Ini adalah kapalku. Tentu saja aku tau." Deniz menyombongkan dirinya. Yasmin mengangguk dan tersenyum canggung. "Kau memata-mataiku?" Yasmin mendelik kepada Deniz. "Hahahaha, tidak. Saat aku  kembali dari mess room. Aku bertemu Burak sedang membawa ember, setelah aku bertanya untuk apa dia membawa ember. Burak mengatakan kau sedang memancing." Deniz tersenyum dengan sangat memikat. Yasmin memandangi Deniz dengan seksama,  Deniz luar biasa menawan. Ia memiliki wajah sangat maskulin dengan misai tipis di rahangnya. Tubuhnya pun sangat indah. Deniz memiliki bulu mata yang panjang, membuat seseorang dapat tenggelam didalam sorot matanya yang hangat.  "Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" Deniz menangkap sesuatu di dalam mata Yasmin. "Tidak ada apa-apa,"  ujar Yasmin menggeleng pelan dan tersenyum. "Boleh aku mencobanya?" Deniz menadahkan tangannya. "Kau bisa?" Yasmin meragukan Deniz, tapi tetap dia memberikan alat pancingnya. "Aku tidak bisa. Tapi kau bisa mengajariku," Deniz pun memulainya. Ia melempar Joran dan menarik ulur. Lima belas menit berselang, dia mendapatkan cumi-cumi, tentakelnya bergerak-gerak saat diangkat. Deniz sangat senang, mereka bergantian melemparkan joran. Sementara Yasmin merasa sangat canggung berdekatan dengan Deniz. Dadanya terasa berdebar lebih cepat dari biasanya "Kurasa ini cukup. Aku mau memasaknya," ujar Yasmin melihat ke dalam ember. Mereka memperoleh cukup banyak cumi-cumi. "Ya, aku akan tetap memancing di sini. Kita bisa menyimpannya di ruang pendingin," ujar Deniz sangat bersemangat. "Baiklah," Yasmin mengangguk perlahan. "Boleh kupinjam kunci dapur? Chief Cook pasti menguncinya," Yasmin menadahkan tangannya. Deniz merogoh sakunya, "Ini *master key," ia melepaskannya dari pengait kunci. "Kau pergilah bersama Burak, berikan kunci ini padanya, katakan untuk mengembalikannya padaku kalau sudah selesai," ujar Deniz meletakkan kunci itu di telapak tangan Yasmin. Yasmin pergi dan membawa ember, cukup berat, seperempatnya berisi cumi-cumi. Dia melangkah riang seraya bersenandung. Yasmin menuju dapur, dia melewati mess room. Ia melihat Mirza berada diruangan itu. Temannya itu sedang menonton film yang diputar melalui alat pemutar video. "Yasmin, kau dapat banyak?" tanya Mirza sambil mendekat. Ia menengok ke dalam ember yang dibawa Yasmin. "Awas kau minta. Aku tidak akan memberimu!" ujar Yasmin merengut. "Hey … Jangan begitulah. Aku bantu kau bersihkan cumi-cuminya ya, " ujar Mirza merayu.Ia merasa lapar karena masih terjaga di tengah malam. "Baiklah," Yasmin merasa senang. Mereka berdua masuk ke dapur, dan Yasmin memberikan kunci dan ember kepada Burak. "Aku akan memanggil kalian saat cumi-cumi ini sudah selesai dimasak," Yasmin berjanji. "Kalian? Siapa saja?" tanya Mirza, dia penasaran. "Ada Kapten di bawah, dia memancing bersamaku," Yasmin memasang wajah menyesal. Seakan kehadiran Deniz sangat mengganggu dan tidak diharapkan. "Waaaah, benarkah?" Mirza sangat terkejut. "Iya … dia tiba-tiba sudah berada di belakangku. Kurasa dia menyuruh kru kapal ini memata-mataiku," ujar Yasmin berbisik pelan. Wajah cantiknya terlihat tegang.  "Hahahaha" Mirza tertawa terpingkal-pingkal. "Tidak mungkin! Memangnya dia tidak punya kerjaan? lagi pula mengapa dia melakukan hal itu?" Alis Mirza mengkerut. Pekerjaan menarik Kepala cumi-cumi yang dilakukannya terhenti. "Entahlah … tapi, dia bilang aku cantik." Yasmin tersenyum mengejek kepada Mirza. Ia mengangkat kedua alisnya. "Sepertinya matanya sudah rabun," Mirza tersenyum sinis. "Eh ...  Kecoa busuk, Semoga matamu yang rabun!"  ujar Yasmin dengan membulat. "Wah …  dibela si Kapten. Mencurigakan ini. Lagi pula, mana ada laki-laki suka sama singa betina. Lihatlah dirimu di cermin. Belum apa-apa sudah mengamuk!" Mirza terus menggoda Yasmin. "Kau tak mendengarnya? Mereka bilang singa betina menarik." Yasmin membela diri. "Itu hanya pemanis di depanmu saja. Tetap saja para lelaki itu suka wanita yang lembut."  "Ah sudahlah. Aku membuang-buang tenaga bicara sama kecoa sepertimu." Yasmin putus asa "Hahaha," Mirza senang sekali.  "Yasmin, kau sudah tau kalau loading ditunda 5 hari ke depan?" "Apa?!" Mata Yasmin membulat. Ia sangat terkejut. "Iya … aku juga sama terkejutnya sepertimu. Kita akan semakin lama di sini … " Mirza belum selesai bicara Yasmin sudah meninggalkannya. "Hei, kau kemana? Cumi-Cumi ini diapakan? Hem … dasar" Mirza menggerutu. Ia kembali melanjutkan membersihkan cumi-cumi. Mirza melihat Yasmin meletakkan ponselnya di telinga. Dia menghubungi seseorang. 'Siapa yang dia telepon tengah malam begini?' Mirza membatin. "Halo, Pak, kapan kita loading? " "Lima hari lagi. Kau menghubungiku di tengah malam hanya untuk bertanya hal itu?" suara lelaki di ujung sana terdengar tidak senang. "Tidak, maksudku karena loading masih 5 hari mendatang, boleh aku besok pulang dulu 2 hari?" "Ada apa? Kenapa mau pulang?  Kau tidak sayang uang jalanmu dipotong karena kau pulang?" "Aku ada keperluan mendesak, Pak. Boleh 'kan?"  "Kau yakin akan kembali tepat waktu? Hanya dua hari?" tanya atasan Yasmin. Dia mempertimbangkan permintaan gadis itu. "Iya, Pak. Cuma dua hari." "Baiklah, tidak lebih dari dua hari." "Siap, Pak." Yasmin bahagia menutup panggilan. Dia membuat panggilan lain. "Vera, tiket ku masih ada?" Suara Yasmin penuh harap. "Aku sudah memberikannya ke Dhea. Kenapa?"  "Aku pulang besok, tolong belikan malam ini ya, nanti kuganti uangmu. Aku takut kehabisan. Please, nanti aku yang traktir minum."   "Baiklah." Vera mengalah. "Yes.. Yes... Yes. " Yasmin melompat-lompat kegirangan. Ia kembali ke dapur, "Mirza, besok aku pulang,"  "Kenapa kau pulang" Mirza heran dengan berita yang dia dengar "Aku mau menonton konser Judika di Star Club." Yasmin sangat kegirangan. Dia melihat semua cumi-cumi sudah bersih. Ia memotong-motongnya kemudian memberikan bumbu. "Wah, kau curang, bagaimana si Bos memberi izin?" nada suara Mirza seakan dia teraniaya. Dia merasa diperlakukan tidak adil. "Awas kalau kau bilang kepadanya aku menonton konser,' ujar Yasmin, nada bicaranya mengancam dengan keras. "Bawakan aku nasi padang ya kalau kau kesini" ujar Mirza memelas "Tentu kawan, mau berapa bungkus? 5-10?" Yasmin mulai menggoreng cumi-cumi. "Lima bungkus. Teman-teman yang lain pasti mau juga. Bosan kita makanannya ala bule terus setiap hari.'  "OK." Yasmin menyanggupi dengan segera. Mirza keluar dari dapur, dia membiarkan Yasmin sendiri memasak. Tak berapa lama kemudian, Deniz datang membawa ember yang berisi separuh cumi-cumi. "Wah ... Kapten, kau berbakat rupanya." Yasmin mencari plastik untuk menyimpannya di dalam *ruangan pendingin. "Aku mempunyai guru yang baik, lagi cantik," ujar Daniz tersenyum. "Yasmin, bisa panggil aku Deniz saja?"  "?!?" Yasmin terdiam memandang wajah sang Kapten. "Uhm ….aku tidak bisa." "Kenapa tidak bisa? Aku yang menyuruhmu." "Kita dalam lingkungan pekerjaan," ujar Yasmin menolak dengan halus. "Sekarang kita tidak sedang bekerja," ujar Deniz sambil menutupi wajahnya menggunakan lengannya saat mendengar bunyi ledakan dari cumi-cumi yang digoreng. "Oh tidak! Terlalu matang, harusnya tidak ada ledakan." Yasmin mengecilkan panas dari kompor elektrik. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan. Sebenarnya Yasmin sedang tertekan, dia mati-matian melawan ketertarikannya kepada Deniz. Tapi Kapten itu terus saja mendekatinya. Beberapa menit kemudian semua cumi-cumi telah matang. Mereka makan bersama, Mirza, Burak dan Deniz. Burak membawa satu piring penuh cumi-cumi goreng untuk dibagikan kepada teman-temannya yang berjaga di bawah. Mereka juga menawarkannya kepada kru yang datang ke mess Room. Suasana hangat tercipta di antara mereka. Terkecuali Yasmin.  Hanya dia sendiri yang berusaha membangun tembok tinggi di dalam hatinya. Menolak setiap rasa yang hadir, menyusup dengan pelan melalui celah tembok yang dia bangun. "Kapten, jam berapa besok kau pergi ke kota?" tanya Yasmin sambil memandangi iris coklat Deniz. "Agen berkata jam 9 atau jam 10 pagi." "Aku ikut."  "Kau akan ikut bersamaku? Wow … betapa menyenangkannya berita yang baru kudengar ini," ujar Deniz dengan wajah Deniz berseri-seri. "Tidak, bukan seperti itu. Aku mau pulang, jadi aku ikut speed boat yang akan membawamu ke Banjarmasin." "Oh begitu … sayang sekali. Aku mengira kau mau ikut bersamaku ke klub malam." "Hahaha, tidak. Aku tak ingin mengganggumu." Yasmin tersenyum manis. "Tentu saja tidak. Aku malahan sangat senang kalau kau mau ikut." "No Captain. I Can't. I'm so sorry."Yasmin memasang wajah seolah menyesal. Wajah Deniz terlihat kecewa. Semua orang yang berada di sana hanya bisa menyaksikan sambil tersenyum. Adalah pemandangan biasa bagi mereka melihat kapten mereka berbicara atau bersama dengan para gadis cantik. Bahkan mereka sering kali melihat Deniz bermesraan didepan semua orang. Namun tak pernah mereka melihat Deniz berusaha sekeras ini. Biasanya, cukup Deniz dengan tersenyum saja, para gadis sudah melayang ke udara. Wajahnya yang sangat menawan, dia juga memiliki pribadinya yang ramah, ditambah Deniz seorang kapten. Sangat mencukupi syarat para gadis-gadis berusaha mendekatinya. Sayangnya, Deniz tak pernah menanggapi mereka dengan serius. Bagi Deniz, bersama gadis -gadis yang dia temui hanyalah kesenangan sesaat saja.  Ia hanya membutuhkan wanita untuk melepaskan kebutuhan biologisnya. Tapi kali ini, Deniz terlihat berbeda. Mereka tak sabar menantikan apa yang terjadi di antara Deniz dan Yasmin. Jam di dinding sudah menunjukkan waktu pukul 01:30, mereka kembali ke kamar masing-masing. Semua membawa setangkup perasaan yang tak biasa di dalam hati.  Yasmin berharap dapat lepas dari jeratan cinta, sementara Deniz terus berusaha mendapatkan Yasmin. Dan Mirza, dia merasa khawatir kepada Yasmin.  Ia takut temannya itu akan terluka. *** *2nd Officer(dibaca seken officer) Jabatan 2 tingkat di bawah kapten. *Wearpack. Seragam bekerja *Master Key. Satu kunci untuk semua pintu. *Ruangan pendingin/ Kapal mempunyai ruangan pendingin seperti sebuah kamar yang besar untuk membekukan ikan maupun daging. Sementara untuk sayuran ada ruangan pendingin sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD