VIII. Stay Away

1209 Words
Yasmin memasuki Star Club. Tempat itu sangat jejal karena banyaknya pengunjung. Sebentar lagi Judika akan segera tampil. Namun, hati Yasmin justru merasa gundah. Ia merasa kesal karena harus bertemu Deniz di sini {Mirza} Yasmin mengirim pesan. {Ya, ada apa? Kau ingin pamer sedang menonton konser?} Mirza. {Kau mengatakan kepada Kapten aku ke sini? Ke Star Club?} Yasmin. {Aku tidak mengatakannya. Kalian bertemu?} Mirza. {Lalu, bagaimana bisa dia berada di sini sekarang? Hanya kau seorang yang tahu aku pergi ke sini] Yasmin. {Kurasa kalian hanya tidak sengaja bertemu] Mirza "{Tidak mungkin. Jika kami secara tidak sengaja bertemu, tidak mungkin dia  membuat janji dengan teman Sofian untuk lewat pintu belakang. Itu artinya dia memang akan kemari. Bukankah kebetulan ini terlalu indah?} Yasmin. Dia tersenyum sinis saat mengirimkannya. {Begitu? Baguslah, aku turut senang} Mirza. {Berapa banyak yang kau dapat?] Yasmin. {Berapa banyak apanya? Kau jangan asal bicara!} "{Berapa banyak?! Jangan sampai aku menjauhimu hanya karena kau membelanya} Yasmin.  Dia sangat yakin Mirza terlibat dalam hal ini. Dia tidak percaya jika Mirza tidak tidak memberi tahu Deniz. {100 US. Maafkan aku. Aku terpaksa} Mirza. {Kau menjualku?! Keterlaluan!} Yasmin. {Apa yang kau katakan? Tidak mungkin aku menjualmu. Dia hanya bertanya kenapa kau tiba-tiba pulang. Padahal kau sebelumnya tidak ada rencana untuk pulang. Jadi aku katakan kau mau menonton konser.} Mirza. {Lalu dia memberiku uang. Jangan salah paham. Aku terpaksa mengambil uangnya. Itu Uang yang banyak. Bagaimana mungkin menolak?} Mirza.  {Bukankah aku sudah berkata jangan beritahu kepada siapa pun?} Yasmin. Yasmin sangat sangat marah dan kesal. Dia hanya ingin bersenang-senang sedikit, tapi Mirza justru membuat masalah untuknya. {Tidak, kau hanya berkata jangan mengatakan kepada Bos} Mirza. Mirza merasa tak enak hati, dia tidak mengetahui  Yasmin tidak suka bertemu Deniz. {Aku kan menyembelihmu saat kita bertemu.  Sebaiknya kau bunuh diri saja sebelum aku yang membunuhmu!} Yasmin tersenyum mengerikan saat mengirimkan pesannya. {Sejak kapan singa betina berubah jadi tukang jagal?} {As soon as possible. Aku akan menjadikan kepalamu bola basket di kapal} ancaman Yasmin semakin mengerikan. {Hahaha. Jangan Yasmin, maafkan aku} Mirza bergidik ngeri. Yasmin berhenti mengirim pesan saat melihat Judika naik ke atas panggung. Moodnya seketika membaik. Yasmin bernyanyi dengan riang dan masuk ke tengah kerumunan. Ia ingin berada di barisan terdepan dekat dengan idolanya. Sepasang mata indah memperhatikannya dari kejauhan dan tersenyum. Deniz tidak melepaskan pandangan matanya dari Yasmin. Yasmin terlihat sangat berbeda. Ia memakai dress  terbuka pada bagian pundak, panjangnya sedikit di atas lutut. Dress berwarna putih bermotif garis hitam kotak-kotak itu sangat pas di tubuhnya. Yasmin juga mengenakan flat boot berwarna hitam setinggi mata kaki. Pakaiannya terlihat santai, namun dia terlihat sangat sexy. Tulang selangka dan bahunya terlihat sangat menarik dengan warna kulitnya kecoklatan. Begitu pula dengan betis dan pahanya yang sedikit terbuka. Deniz dibuatnya hilang akal hanya dengan memandanginya saja. Deniz tak dapat membayangkan jika Yasmin berpakaian seperti itu di kapal. Mungkin dia tidak akan pernah lagi melihat mentari esok pagi. Bahkan dengan berpakain sangat biasa dan terkesan tomboy pun dia terlihat sangat cantik. "Kau luar biasa Yasmin, gadis pintar." Deniz bergumam sambil tersenyum. Dia kembali meneguk minumannya. Ia mengagumi bagaimana cara Yasmin melindungi dirinya dengan berpakain sangat sederhana. Deniz merasa sangat tergila-gila kepada Yasmin, dan dia tak mengerti kenapa Yasmin terkesan seperti menjauhinya.  "Apakah aku tak cukup menarik di matanya?" Deniz terus saja memikirkan hal itu setiap waktu. Tak pernah mendekati seseorang begitu sulit sebelumnya.  Saat pertama ku melihatmu Terbayang senyum indah di wajahmu Yasmin bernyanyi mengiringi Judika dengan lantang. Tiba-tiba …  Sekelebat bayangan Deniz tersenyum saat mereka pertama kali berjumpa merusak kesenangannya. "Aaaaah …. Sial!" Yasmin menyentuh kepalanya.  Ia merasa frustasi, "kenapa dia selalu saja menggangguku? Tidak hanya orangnya, bahkan bayangannya pun ikut-ikutan mengaguku. Mereka janjian ya?" Yasmin menggerutu. Yasmin merasa ingin sekali menangis, dia sangat ingin keluar situasi ini. Situasi yang membuat dunianya tiba-tiba terasa sempit. Seorang lelaki mendekatinya. Lelaki itu bertubuh tegap dan tinggi. Dia terlihat tampan sebenarnya, Namun sorot matanya terlihat dingin. Yasmin menatap lelaki itu dengan pandangan tidak suka.  "Boleh aku temani?" lelaki itu tersenyum. Tidak, aku bersama teman-temanku." Yasmin menolak lelaki itu. "Ayolah …  jangan jual mahal!" lelaki itu sepertinya mabuk, terlihat dari tubuhnya yang tidak dapat berdiri dengan tegak. Dia menarik tangan Yasmin.  "LEPASKAN!" ujar Yasmin menarik tangannya dengan kuat. Namun, lelaki itu justru menariknya lebih kuat, sehingga Yasmin masuk ke dalam pelukannya. "Hei! Menjauh dari kekasihku!" Deniz mendorong tubuh lelaki itu sangat kuat. Ia bahkan terdorong mengenai pengunjung lain. "Deniz?" Yasmin terkejut. Kekasih? Kata-kata itu bagaikan air panas yang mengguyur bongkahan es, mencairkan hati Yasmin seketika. Di tempat itu kini terjadi keributan dan aksi saling dorong akibat dari dorongan Deniz yang terlalu kuat. Lelaki yang dia dorong, balik didorong orang lain dan mengenai pengunjung yang lainnya. Sebelum keadaan semakin kacau, Deniz menarik Yasmin menuju mejanya. Tempat dia tadi duduk dan memperhatikan Yasmin dari jauh. Ada Sofian di tempat itu, dia mengangguk perlahan kepada Yasmin. Terlihat jelas, Sofian pun terkesima dengan penampilan Yasmin yang berubah total. Deniz tersenyum bahagia. Akhirnya dia mendapatkan kesempatan bersama Yasmin, perasaannya berbunga-bunga, bahkan terlihat jelas dari rona wajahnya. "Duduklah," ujar Deniz memberikan kursi. Yasmin meraihnya kemudian duduk di atasnya. "Kau baik-baik saja? Dia menyakitimu?" ujar Deniz sambil  memperhatikan pergelangan tangan Yasmin. Dia khawatir gadis itu terluka. "Aku baik-baik saja. Terima kasih," ujar Yasmin tersenyum sambil menarik tangannya dari tangan Deniz.  'Kaulah masalahku sekarang' Yasmin menjerit di dalam hati. Dia merasa sangat gugup. "Kau mau minum sesuatu?" Deniz bertanya sambil  memperhatikan Yasmin dengan lekat. Yasmin begitu cantik dan memikat hatinya. Setiap inci tubuhnya sangat indah dan mempesona bagi Deniz. Mereka saling berhadapan dan sangat dekat, Deniz berusaha menelan kembali gairahnya yang tiba-tiba memuncak. Dia mereguk minumannya lagi, mencoba mengalihkan pikirannya yang kembali menggila. "Berikan aku cocktail," Yasmin memesan pada seorang waitress. "Yasmin, kau sangat cantik." Deniz mandangi wajah Yasmin sangat lekat. Dia merasa menggila dan tenggelam dalam pandangan mata gadis di depannya. "Terima kasih," ujar Yasmin sambil tersenyum. Dia merasa sangat canggung, Yasmin terus merutuki dirinya kenapa bisa sampai berada di situasi ini. Saat waitress memberikan pesanannya, Yasmin langsung meminumnya hingga habis dalam sekali waktu. "Pelan-pelan, aku takut kau akan muntah jika langsung minum sebanyak itu," ujar Deniz berbisik di telinganya. Seketika tubuh Yasmin bergetar. napas Deniz yang hangat terasa mengenai lehernya. Yasmin menuang minuman dari botol milik Deniz ke dalam gelasnya. Ia meminumnya lagi. "Yasmin, kau baik-baik saja?" Deniz menyentuh pipi Yasmin dan menarik wajah yang sudah memporak-porandakan hidupnya beberapa hari terakhir. Yasmin melihat wajah tampan di depannya tanpa kata. Dia menikmati memandangi wajah Deniz yang sudah membuatnya tidak nyaman dan merasa menggila sejak pertama melihatnya. Yasmin menelan ludah di dalam mulutnya, begitu pula Deniz di saat yang hampir bersamaan. Mereka terpaku dan saling pandang beberapa saat, waktu seakan berhenti berputar. Deniz memajukan wajahnya. Dia mempertemukan bibir mereka. Yasmin tak menolak, ia tak membuang wajahnya. Deniz memasukan bibir bawah Yasmin ke dalam mulutnya dengan lembut. Seakan ia sedang mengecup kelopak mawar yang rapuh, penuh kelembutan. Yasmin memejamkan matanya.  'Ini tidak benar!' pikiran Yasmin menolak dan berontak dengan keras. Namun …  Yasmin tidak dapat menolak perlakuan Deniz kepadanya sekarang. Dia sangat menyukai rasanya. Ia sangat menikmatinya.  Yasmin menyusupkan kedua tangannya ke punggung Deniz,menariknya tubuhnya agar lebih merapat ke tubuhnya. Tangan Denis menahan bagian belakang kepala Yasmin. Menariknya lebih dalam masuk ke dalam gairah yang menenggelamkan mereka berdua. Mereka mendesah bersama, namun tertahan di dalam mulut mereka yang saling bertaut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD