IX. PINJAMKAN AKU UANG

1806 Words
Mereka tenggelam dalam ombak gairah yang meluap. Deniz melepaskan tautan bibirnya, dia memandangi Wajah Yasmin yang terlihat lebih 'menggoda' di matanya. Deniz menyentuh wajah Yasmin menggunakan bagian luar jemarinya, "Love, you are so beautiful, i'm crazy in love with you," dia menelan ludahnya. Menyusuri kulit Yasmin yang begitu lembut memberikannya sensasi berbeda di seluruh tubuhnya. Jemari Deniz turun ke leher Yasmin, terus menjelajah hingga ke bagian pundaknya yang terbuka dengan sempurna. Tubuh Yasmin bergetar menikmati sentuhan jemari Deniz yang sangat lembut, seluruh bulu halus di tubuhnya meremang.  Dengan napas yang tersengal, Yasmin menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajah Deniz lalu menyatukan bibir mereka, Yasmin melahap bibir Deniz dengan lembut.  Bibir yang selalu memberikannya senyuman manis itu, ternyata lebih manis dari yang dia bayangkan. Permainan lidah Deniz yang membuat dirinya semakin terbakar dalam gejolak gairah. Deniz melepaskan tautan bibir mereka, dia mengecup leher Yasmin sangat lembut. Yasmin mendesah pelan tapi tenggelam dalam nyaringnya alunan musik, deru napas dan detak jantungnya saling berpacu . Deniz mengecup inci demi inci tulang selangka Yasmin, dressnya yang terbuka di bagian pundak memudahkan Deniz melakukan keinginannya. Ia mengecup dan menggigit pelan.  Deniz merasai kulit Yasmin dengan indra pengecapnya, dia sangat menikmati lembutnya kulit Yasmin yang beraroma bunga, begitu lembut merasuki Indra penciumannya. Tubuh Yasmin mengejang, dia juga mencengkeram lengan Deniz dengan kuat. Yasmin sedang duduk di bangku, dia menarik Deniz yang sedang berdiri agar lebih lagi merapat ke tubuhnya. Yasmin melingkarkan kedua kakinya di pinggang Deniz. Deniz menarik pinggul Yasmin, melekatkan mereka berdua hingga saling bersentuhan dia area intim mereka, saat terjadi gesekan pelan, mereka mendesah bersama. Yasmin memeluk tubuh Yasmin semakin erat. Yasmin mengecup leher Deniz, dia menghirup aroma kekayuan yang maskulin menyeruak lembut keluar dari tubuhnya. Bibirnya menjelajahi setiap inci leher Deniz. Deniz mendesah, dia semakin menekan pinggul Yasmin lebih dalam, lebih rapat lagi. Mereka merasakan sensasi luar biasa memabukan dan menyenangkan. Diciuminya leher dan pundak Yasmin lebih menggila lagi. Yasmin mendesah panjang, ditekannya kepala Deniz dengan lembut, Yasmin menikmati setiap sentuhan dan kecupan yang membuatnya merasa tak lagi berpijak di bumi. Yasmin memejamkan matanya rapat-rapat. Ia tak mampu merasakan apapun lagi, kecuali keinginannya untuk menyatukan diri bersama Deniz. Deniz menurunkan sedikit karet baju Yasmin di dadanya, terlihatlah sedikit lekukan indah di baliknya. Deniz mengecupnya dan menjilatnya perlahan. Yasmin mengerang dengan kuat. Ia kembali mencengkram rambut Deniz dengan lembut. "Love, Lets get out of here"( Sayang, mari kita pergi dari sini) Deniz berbisik lembut di telinga Yasmin sambil sedikit menggigitnya. Yasmin membuka matanya. Ia melihat ke sekelilingnya. Banyak sekali manusia. Mereka berjingkrak bersuka cita mengikuti alunan musik yang keras. Ada Sofian juga, tapi dia terlihat tidak peduli dengan mereka berdua. Ia tak ingin menyakiti matanya dengan melihat cumbuan panas antara Yasmin dan Deniz. Lagi pula ini klub malam, siapa pun bebas melakukan apa yang mereka mau. Seketika, kesadarannya kembali. Nanar matanya Yasmin menatap ke sekeliling. Tubuh Yasmin gemetar menahan gairah yang seakan meledak di dalam tubuhnya. Ia mendorong tubuh Deniz. "Maaf, Deniz. Aku harus pergi." Yasmin melepaskan pelukan mereka. "Apa yang terjadi?" Deniz bingung melihat perubahan Yasmin yang tiba-tiba. "Maafkan aku. Aku tidak bisa melakukannya. Aku pergi," Yasmin turun dari kursi. Ia pergi keluar dari Star Club bahkan dia meninggalkan teman-temannya. Deniz memandangi punggung Yasmin penuh kekecewaan, "Dia  tidak menyukaiku," Deniz menegak kembali minumannya dengan perasaan campur aduk, sakit, kecewa, marah. Semuanya menyatu dan menyesakkan dadanya. Bagi Deniz, sangat wajar untuk berhubungan tanpa ikatan dan perasaan.Seseorang bisa saja memiliki ketertarikan s****l tanpa saling mengenal secara mendalam, bahkan dengan seseorang yang baru saja ditemui.  Biasanya, seseorang akan menghentikan 'kesenangan mereka' secara tiba-tiba karena menyadari itu adalah sebuah kesalahan. Bisa jadi karena mereka sudah memiliki pasangan atau hak lainnya.  Deniz sangat menyukai Yasmin. Ia bahkan menyatakan cintanya kepada Yasmin. Namun, gadis itu begitu saja meninggalkannya. Hatinya Deniz terluka. Dia berasumsi Yasmin tak menyukainya atau dia menyukai orang lain. Deniz yang selalu dikelilingi gadis-gadis cantik merasa harga dirinya terkoyak. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia berdiri dengan senyuman yang dingin, meski begitu, karena dia  sangat menawan, sedingin apapun senyumannya tetap saja menarik bagi siapa pun yang memandangnya. Para Gadis yang berlalu lalang tak kuasa menahan kekaguman mereka. Deniz memiliki aura memikat yang luar biasa. Hanya dengan senyumnya saja, wanita meleleh seketika. **** Drt.. drt.. drt.. drt Suara ponsel Yasmin terus saja mengganggu tidurnya. Dia sedikit mabuk, Yasmin pulang ke rumahnya "Halo, Yasmin. Aku mohon tolong aku." "Aku berada di antara hidup dan mati sekarang." Suara lelaki di ujung sana terdengar sangat bingung. "Ada apa Deniz? Kau hubungi Sofian saja." Yasmin berkata dengan malas. Sedang merajut mimpi saat ini. "Dia tidak bisa dihubungi, aku sudah menghubunginya puluhan kali. I'm begging you." (aku memohon kepadamu) "Baiklah, kirimkan nama hotel dan nomor kamarmu sekarang," Yasmin akhirnya bangun juga meski dia merasakan sedikit pusing. {Mercure Hotel. 601} Deniz mengirim pesan. {Mercure? Aku tidak dapat masuk kesana tanpa kau jemput di Lobby. Pengamanan Hotel itu sangat ketat }. Yasmin. {Aku akan mengatakan kepada receptionist supaya petugas keamanan membiarkanmu masuk. Katakan saja namamu dan kata sandi kita OCEAN MARINE}" Deniz kembali membalas. 'Sandi? Apa itu tidak terlalu berlebihan?' Yasmin menggumam di dalam hati. Beberapa saat kemudian, ia teringat, Deniz mencairkan uang dari perusahaannya untuk keperluan kru. Tentu saja itu bukanlah uang yang sedikit. Jadi wajar saja jika dia perlu pengamanan ekstra. Yasmin bersiap menuju hotel itu,  dia menaiki sepeda motornya menuju ke sana. Setelah ia melapor pada Receptionis seorang petugas keamanan mengantarkannya ke depan pintu kamar Deniz. Yasmin menekan bel. Terlihatlah wajah Deniz yang tampan dari balik pintu, "Yasmi, masuklah. Terima kasih kau sudah mau datang," Ia tersenyum menyambut kedatangan Yasmin. "Ada apa sebenarnya hingga kau menghubungiku di pagi buta seperti ini, kau tau ini jam berapa?" Yasmin memandangi wajah Deniz dengan kesal. "Aku tau ini jam 4 pagi. Aku mohon maafkan aku, aku tidak tau siapa lagi yang bisa menolongku. Masuklah," Deniz mempersilahkan. 'Ada apa sebenarnya? Deniz terlihat baik-baik saja, tidak seperti antara hidup dan mati. Terkecuali dia terlihat mabuk' Yasmin bicara dalam hati sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar Deniz yang super mewah. Yasmin mengedarkan pandangan. Semua nampak baik-baik saja. Terkecuali ... Terlihat olehnya, dua orang gadis cantik berada di dalam kamar itu. Yasmin menatap mereka berdua dengan heran. Ia sama sekali tak mengerti apa yang terjadi. "Yasmin, aku minta tolong pinjamkan uangmu untuk kuberikan kepada mereka, besok akan kukembalikan beserta bunganya," Deniz berkata seolah tanpa merasa bersalah. "Aa-apa?" ujar Yasmin. Dia terhenyak, matanya membulat penuh amarah, kepalanya terasa mau pecah seketika. "Kau! Bagaimana bisa kau memintaku membayarkan wanita yang bersamamu?" d**a Yasmin sesak seketika. "Bukan membayarkan, meminjamkan." Deniz berusaha meluruskan. "Deniz, kalau kau tak punya uang, kenapa kau bersama wanita?" Yasmin menatap Deniz seakan dia siap menerkamnya. "Yasmin, aku punya uang. Tapi, mereka tidak mau menerima uang dollar. Mereka mau rupiah. Uang rupiahku habis untuk membayar tagihan di klub tadi malam. Aku bahkan membayar kekurangannya dengan kartu. Pinjamkan uangmu." "Aku pusing mereka tidak mengerti apa yang aku katakan. Mereka tak henti-hentinya memutar playback, "I wanna go home" berulang-ulang kali dari Google translate." Yasmin Merasa hatinya sakit seketika. 'Deniz sangat tahu cara bersenang-senang ya 'kan? Orang gadis?!' Luar biasa!' Yasmin mengumpat di dalam hati, dia tersenyum sinis dan dingin. "Ya Tuhan," Yasmin meremas pinggangnya dengan tangan kiri dan meletakan telapak tangan kanan di keningnya. Ia menarik napas panjang yang berat. Dadanya terasa begitu sempit. "Deniz,  dari sekian banyak orang mengapa aku?" Ia menatap mata Deniz dengan tatapan dingin. "Hanya kau yang ada di dalam pikiranku. Aku tidak tau lagi siapa yang bisa menolongku." wajah Deniz terlihat kebingungan. "Kalau begitu... KELUARKAN SAJA AKU DARI PIKIRAN MUUUU!" Yasmin berteriak kesal. "Yasmin, apa yang terjadi kepadamu kenapa kau marah-marah kepadaku?" suara Deniz sedikit meninggi. Egonya sebagai lelaki dan seorang kapten tak terima jika ada orang lain berbicara kasar kepadanya. "Sial! Kau masih bertanya? Kau sudah menghancurkan malamku.  Lalu kau menghancurkan hariku dengan pagi-pagi buta menelponku dan menyuruhku datang dengan berkata kau berada antara hidup dan mati. Dan sekarang kau menghancurkan hatiku." Yasmin mengamuk. "Menghancurkan hatimu? Bagaimana bisa?" Deniz terus mendebat perkataan Yasmin tanpa dia tahu kemana arah tujuan pembicaraan mereka. "Eh Bule Songong, tutup mulutmu sekarang!" pekik Yasmin dengan mata yang berapi-api. Semua orang di ruangan itu memandang wajah Deniz yang tampan, mereka bertanya-tanya di dalam hati, apakah benar lelaki setampan Deniz bule songong? Ia terlihat luar biasa menarik. Bagaimana bisa gadis ini mencaci makinya dan mengatainya Bule Songong? "What … What?" Deniz memandangi wajah mereka bertiga bergantian. Dia tau ada yang tak beres saat ia melihat cara ketiga wanita memandangnya. "What mean BU .. LE  SONG ...GONG?" Deniz meminta penjelasan dari mereka semua. "Songong bukan song-gong. Sudah, ssstt!" Yasmin meletakan telunjuk di bibirnya. Dia terlihat benar-benar benar marah. "Mana uangmu?" Yasmin berkata dengan kasar sambil menadahkan tangan. Yasmin mengambil uang dari Deniz, Ia kemudian mendekati kedua gadis cantik di depannya, mereka duduk di atas kasur. "Mbak, Jangan takut dolar ini asli. Dia baru mengambilnya dari bank tadi siang. Kalian bisa tukarkan dengan rupiah besok pagi di La Tunrung money changer.  Terserah kalian, jika kalian ingin pulang sekarang, ambil uang ini. Jika kalian mau rupiah, maka harus menunggu besok. Si bule songong ini tak tau jalan. Kalian mungkin harus menunggu hingga jam sembilan atau jam sepuluh pagi untuk mendapatkan uang rupiah karena harus menunggu temannya datang dan mengantarnya ke tempat penukaran uang. Jadi terserah kalian." Yasmin menjelaskan panjang lebar sambil menyurungkan uang itu. "Baiklah," ujar kedua gadis itu. mereka mengambil uang yang berada di tangan Yasmin. Melihat hal itu, Deniz tahu masalahnya dan kedua gadis itu sudah selesai. Dia mengangguk pelan kepada kedua gadis itu saat mereka pergi. Yasmin juga beranjak pergi dari kamar Deniz. "Yasmin," ujar Deniz sambil menarik tangannya. Ia bingung melihat Yasmin sangat marah. Dia terlihat sangat  berbeda dengan tadi malam ketika mereka bersama. "Apa? Lepaskan tanganku." ujar Yasmin, dia berkata dengan kasar sambil melepaskan genggaman tangan Deniz dari pergelangan tangannya. "Ada apa sebenarnya? Kenapa kau marah kepadaku?" Deniz kebingungan. "Kau masih bertanya? Kau memang Bule Songong!" Yasmin pergi meninggalkan kamar Deniz. Dia berjalan di koridor hotel seraya menyapu air matanya. Ia merasa sangat cemburu dan sakit hati.  'Untuk apa aku menangisi dirinya? Bukankah itu haknya? Dengan siapa pun dia ingin menghabiskan malamnya, itu bukanlah urusanku. Bukankah mereka memang seperti itu?' Yasmin berkata di dalam hati sambil terus menyapu air matanya yang turun dengan deras. 'Hanya saja dengan melihatnya secara langsung seperti ini, terasa sangat menyakitkan. Kau kejam sekali Deniz. Tidak seharusnya kau memperlihatkan hal ini kepadaku.' Yasmin bersandar di pilar parkiran sambil menyusut air matanya yang tak mau mengering. 'Tidak apa-apa. Kau memang begitu, lagi pula tidak ada apa pun yang terjadi di antara kita. Kenapa aku harus bersedih?' Yasmin menguatkan hatinya. **** Sementara Deniz, dia sama sekali tak mengerti apa yang terjadi. Kenapa Yasmin meninggalkannya begitu saja. Ya, begitu saja saat mereka sedang b******u. Dan saat ini dia bicara aku sudah merusak malamnya. Merusak harinya dan menghancurkan hatinya?   Deniz tak mampu mencerna dengan otaknya yang  dipengaruhi Alkohol, Deniz sangat mabuk. Dia tertidur tak lama kemudian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD