Chapter 4

1214 Words
Benar-benar sial hari ini bagi Laura. Perutnya tidak kunjung berhenti mules, ponselnya kecemplung dan sialnya sudah berada di dalam truk tinja yang sudah pergi beberapa menit yang lalu. Laura frustasi, ponselnya, data pentingnya, semua tenggelam di truk tinja tersebut. Ia mondar-mandir di hadapan Lola dengan wajah yang frustasi. Asisten pribadi sekaligus manajernya itu hanya memandangi Laura. "Hape gue …." Laura bergumam berkali-kali. "Data gue .... Mana ada hal penting lagi di situ."  "Diam Lau, aku pusing lihat kamu mondar-mandir kaya setrikaan," gerutu Lola akhirnya. "Lagi pula, ponselmu yang mana?" ucap lola kembali sedangkan Laura menatap jengkel ke arahnya. Model itu menghentikan jalan catwalk-nya. "Emang menurutmu ponselku yang mana? Ponselku yang banyak nomor hape, sosmed dan banking aku, lah, dan sekarang ponsel itu masih berada di mobil tinja sialan itu!" Laura mendengkus dengan kasar.  Lola hanya bisa berdecak kesal. Kalau saja Laura bukan artis naungannya sekaligus sahabatnya, sudah ia lumuri Laura dengan tinja yang sedari tadi ia omeli. "Makanya Lau, kalo ngeden jangan kenceng-kenceng,” ejek Lola sambil tertawa geli. Ia sungguh tidak habis pikir oleh tingkah Laura. "Telepon tukang tinja itu sekarang juga, gue mau susulin," suruh Laura dengan lantang. Lola mengembus napas pasrah. Ia menuruti perintah Laura dan mengeluarkan ponselnya menelpon tukang tinja dari Drimi Lie.  "Halo," ucap Lola ketika ponselnya sudah tersambung ke nomor sedot WC. Namun ternyata bukan pihak sedot WC tidak menjawab teleponnya. Malah operator seluler yang mengajaknya ngobrol. Lola langsung menatap lesu kepada Laura. "Kenapa?" ucap Laura menatap bingung. "Gak diangkat, Lau." Laura langsung menatap nyalang ketika Lola memberi tahu. What? Gak diangkat? Pihak sedot WC tidak tahu sudah membangunkan amarah Laura. "Sialan! Berani-beraninya mereka gak angkat.”  Laura bergegas mengambil kunci mobil milik Lola yang berada di meja. “Gue pinjem mobil!" katanya sambil melesat ke luar rumah.  Lola menggelengkan kepala. "Kenapa ya, Laura bisa jadi model?" Lola bergumam sendiri ketika menatap kepergian Laura dari hadapannya. Laura mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Untung saja truk tinja itu berjalan sedikit lambat, jadi ia bisa mengejarnya. Ia menggencet klakson berkali-kali agar truk tinja itu berhenti. Namun peringatan itu diabaikan. Laura menggiring di samping truk dan menurunkan kaca mobilnya. Ia mengeluarkan kepalanya berteriak lantang tidak kalah dari kernet bus. "WOY TUKANG TINJA! WOY BERHENTI LU!"  Sadar diikuti dan diteriaki, Samuel menepikan truknya. Beruntung jalanan ibu kota sedang lengang. Mobil SUV hitam yang dikemudikan Laura berhenti di depan truk.  "Siapa sih?" gumam Samuel. Pria bertubuh atletis dan tinggi proporsional itu turun dari truk dengan sigap. Ia berjalan ke arah mobil yang sedari tadi mengikuti nya. Dug! Laura membuka pintu mobil dengan kasar hingga mengenai Samuel yang niatnya tadi ingin mengetuk kaca mobil. "Mbak, bisa pelan-pelan gak sih?" ucap Samuel sambil memegang hidungnya yang sedikit terbentur pintu mobil. Laura menatap jengah, ia memutar dua bola matanya seolah itu bukan hal penting. "Balikin hape gue!" Samuel mengerutkan keningnya, tidak mengerti apa yang dibicarakan Laura. "Maksudnya?" Laura menatap jengah. "Hape gue. Lu tau hape gue ada di truk sialan lu!" gerutu Laura sedikit lantang. Ia sungguh kesal atas kejadian yang menimpanya. "Mbak, hati-hati kalau bicara," ketus Samuel. Ia jengkel dengan perilaku wanita yang berada di hadapannya. "Kalau mau ceramah nanti deh. Sekarang lu ambilin hape gue aja!" tukas Laura sambil mengibaskan tangannya dan membuang muka. Cuaca sedang panas, asap, debu, dan kotoran bisa melunturkan make-up-nya, ditambah lagi dengan kang tinja yang ngeselin banget. Sok kecakepan lagi. "Gimana bisa mbak? Kenapa gak beli yang baru aja?" ucap Samuel "Heh, Kang tinja! Pertama nih, gue bukan mbak lu. Kedua, bukan urusan lu juga gue mau beli atau kagak! Itu hape penting buat gue!" bentak Laura sambil bertolak pinggang meluapkan emosinya sudah memuncak.  Samuel balas menatapnya tajam dan bersedekap enggan mematuhi perempuan judes itu.  Karena Samuel tidak bereaksi juga, Laura berjalan cepat mendatangi truk tinja tersebut dan masuk ke dalam ruang kemudi. Samuel buru-buru mengejarnya. "Mbak, jangan!" ucap Samuel khawatir sambil berusaha menarik tangan Laura. Sun Bo Kong, anak buah Samuel yang duduk di kursi penumpang tidak berkutik. Mata mereka melotot melihat tingkah Laura. Wanita itu mengutak-atik segala tombol yang ada di dashboard. “Mbak, jangan, nanti mesin pendorongnya error!” tegur Samuel. Namun Laura mengabaikan peringatan tersebut dan tangannya semakin gencar menekan tombol apa saja yang ada di situ. "Mbak, jangan! Nanti bisa meledak!" Samuel kembali memperingati sambil menarik tangan Laura, tetapi wanita itu selalu bisa berkelit.  "Berisik lu!" Laura berdecak kesal hingga tangki truk tersebut mengeluarkan berbunyi terompet yang sangat nyaring.  Samuel yang panik langsung menarik Laura keluar dari kabin truk. “Apaan sih, lu?” gerundel Laura sambil berusaha melepas tangan Samuel. Namun seketika Laura melongo seperti terhipnotis. Samuel menariknya ke dekapan, mengajaknya berlari. Laura merasakan debaran jantung di d**a bidang itu dan tangannya di perut Samuel merasakan pahatan-pahatan six pack ototnya. Sekejap terbayang warna keemasan roti sobek yang siap digigit. Teringat roti sobek masuk pencernaan dan menjadi tinja, Laura tersadar lalu mendorong Samuel hingga Samuel terjatuh di aspal. "Kesempatan lu meluk-meluk gue, dasar m***m!"  Laura memaki kesal. Kok ada ya wanita kaya gini hidup? batin Samuel sambil memandang Laura. Ia bangkit dari aspal. "Ngapain lu liatin gue?" Laura membalas dengan tatapan sengit ke arah Samuel seolah menandakan siap berperang. "Mbaknya jangan ge’er!" bantah Samuel. "Udah? Kenapa jadi debat sih? Cepetan ambilin hape gue, nyelem kek lu sana!" Laura membentak lagi. Samuel hanya menatap bengong ke Laura dan sesekali menatap truknya yang berbunyi terompet kembang kempis. Sun Bo Kong berlari keluar dari  "Mbak udah gak waras ?" cecar Samuel. Hello? Ia seorang CEO dan disuruh menyelam dengan tinja-tinja yang menghasilkan uangnya? Oh no! Samuel masih waras dalam berpikir. Mencium tinja diri sendiri saja kadang membuat mual, apalagi menyelam.  Laura sengit mendengar Samuel mengatainya. Ia menarik kerah baju Samuel dan melotot kepadanya, "Apa lu bilang? Gue gak waras?! Lu tau gue siapa, hah?" ucap Laura. "Tahu, Mbak! Mbak model, ‘kan?" Ucapan Samuel segera disela oleh Laura. "Nah, itu lu tau" "Model yang gak modal,” lanjut Samuel. “Hape kecemplung aja masih dicariin!"  Mendengar hal itu membuat Laura semakin naik darah. "Eh kang tinja, bukan masalah hapenya. Di situ ada data penting! Ah, lu mana ngerti sih. Cuman kang tinja doang, taunya sedot tinja," ucap Laura geram karena bisa-bisanya ia berkata seolah itu tidak penting.  Laura mendorong Samuel dengan kasar. Laura kembali ke dalam truk dan  mengotak-ngatik tombol di dashbord, menarik tuas-tuasnya. "Gara-gara ayam geprek sialan nih!" Laura menyalahkan ayam tidak berdosa yang ia makan seolah lupa ia sendiri yang meminta dan memakan ayam geprek tersebut dengan lahap. "Eh kang tinja, bantuin gue!" teriak Laura. "Saya ada nama, Mbak. Nama saya Samuel." Samuel tak suka dipanggil Kang Tinja, walau itu emang bisnisnya. Ia punya nama pemberian orangtuanya. Laura mendengkus disambung helaan kasar dari napasnya. Model itu tidak ada cantik dan anggunnya sama sekali. Malah barbar dan lebih ganas daripada centeng pasar. "Siapalah nama lu gak penting. Pokoknya balikin hape gue! Gue bayar berapa pun waktu lu yang ke buang karena gue," ucap Laura. Ya, Laura tipikal wanita sombong, judes dan blak-blakan, jadi tak heran jika ia ceplas-ceplos dalam berbicara. Samuel mandatangi truknya lagi. "Mbak, dibilangin jangan diutak-atik. Kalo meledak, saya gak mau tanggung jawab!" ucap Samuel tegas.  "Enak aja lu," sahut Laura sengit.  Samuel tidak tahu mesti berbuat apa lagi pada si barbar dengan permasalahan tinja paling ribet di dunia. Ia sudah capek berkali-kali mengingatkan. Laura bakalan kena karma akibat kecerobohannya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD