bc

Love U, Kak!!!

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
HE
bxg
kicking
campus
highschool
secrets
like
intro-logo
Blurb

"Kak... I Love You." Dafi menatap Dinda sejenak. menyelami manik hitam kelam itu dengan lama. Dinda merasa gelisah dan gugup. bagaimana jika perasaannya tak berbalas? Dia sudah ingin melanjutkan kata-katanya dan mengatakan bahwa dia bercanda, sama halnya dengan sebelum-sebelumnya. Namun sebelum dia membuka mulutnya kembali, sebuah bantal menghantam kepalanya dengan main-main, tapi cukup membuatnya hampir terjungkal. "Geli b*****t. Lo bilang Love you cuma kalau ada maunya doang." Hati Dinda sedikit terluka atas perkataan Dafi. mengapa rasanya lebih baik dia ditolak daripada tidak dipercayai? dia mungkin akan baik-baik saja kalau Dafi menolaknya Saja. "Nah itu Lo tahu. Beliin gue martabak sama terang bulan Kak. Duit gue abis nih, maklum akhir bulan." "Oalah semprul, beneran ada maunya nih anak. lama-lama gue bunuh lu." "Hahahaha" Sialan. kenapa rasanya begitu menyakitkan?

chap-preview
Free preview
Dia Kakak Gue
"Dek!!" Yang bersangkutan menoleh, menemukan cowok tinggi dengan kemeja flanel yg tidak di kancing dan dalaman kaos hitam serta celana jeans favoritnya. Oh jangan lupakan kacamata yang sama dengan miliknya. "Nih cokelat." Sebatang cokelat disodorkan kepadanya. "Lain kali kalau mau lansung bilang aja, nggak usah pake ngode di story. Begayaan banget lu pake story 'pengen cokelat' padahal sendirinya nggak punya doi, hiyaaa" Cewek itu memukul bahu si cowok dengan kesal, namun dia juga tidak menolak cokelat itu dan mengambilnya. "Gua nggak ngode Kak. Orang gua udah niat ke indomart buat beli nih cokelat. Lu nya aja yang kepedean. Btw nggak usah ngejek kalau sendirinya juga nggak punya doi." "Serah lu dah. Gua cabut dulu, bentar lagi kelas Bu Asri. Bisa di gepeng gua kalau telat. Pulangnya nunggu gue, Jangan pulang sendiri." "Oke, gue selesai jam 4 hari ini." Cowok itu mengangguk sebagai tanda perpisahan mereka dan berbalik pergi untuk kembali ke fakultasnya sendiri. Belum jauh dia melangkah, cewek itu berteriak kepadanya. "Btw makasih cokelatnya!!! Love you!!!" Teriak cewek itu. Dia hanya mengacungkan jari tengahnya tanpa menoleh pada cewek tersebut. Cowok itu yakin, pasti si cewek kesal melihat responnya. "YEUU SETAN!!!" see, dia sudah menduganya. Cowok itu terkekeh mendengar teriakan kekesalan cewek tersebut. Melemparkan pandangan kesal pada cowok itu, cewek tersebut siap untuk pergi dari sana sebelum dia mengingat satu hal, bahwa sejak tadi dia tidak sendiri. Temannya ada di sebelahnya sejak dia mengobrol sebentar dengan cowok itu. "Yuk lah Vi ke kantin. Katanya Lo mau makan." Ajaknya pada teman yang masih setia menatap dirinya dengan pandangan datar. "Lo yakin Din, Kak Dafi bukan pacar Lo? Semakin lama gue lihat, kalian udah kaya orang pacaran tahu nggak." "Ngaco ah Lo. Mana ada gue pacaran sama Kak Dafi, dia aja kakak gue." Sang teman menghela nafas ketika melihat untuk yang kesekian kalinya temannya mengelak. "Kalau Lo lupa, dia cuma tetangga Lo dan kebetulan dia lebih tua dari Lo. Dia bukan kakak kandung Lo btw." Cewek itu mengangkat bahunya acuh, "Sama aja sih, gue cuma anggep dia sebagai kakak doang, nggak lebih." Cewek itu memilih untuk meninggalkan temannya dan menolak untuk melanjutkan percakapan mereka yang hampir setiap harinya membahas hal yang sama. "Nggak lebih biji mata Lo picek! Ini gua minus bukan buta! Siapapun juga tahu kali kalau mereka saling suka tapi malah gengsi buat ngungkapin perasaan masing-masing." Dia mendesah berat dan menggelengkan kepalanya pelan. "Kita lihat aja Din, berapa lama Lo sama Kak Dafi bisa bertahan di zona Kakak-adek ini." *** Jam 5 sore Dafi saja selesai kelas terakhirnya. Harusnya dia selesai jam 2 siang tadi, berhubung salah satu dosen memajukan kelasnya, jadi Dafi terpaksa menghadiri kelas tersebut. Demi di hari sabtu dia bisa males-malesan, jadi dengan berat hati Dafi masuk kelas. Dia berjalan menuju parkiran, niatnya sih mau lansung ambil sepeda dan jemput Dinda di fakultas FIB, tapi salah satu temen organisasinya memanggil. "Woy Daf!!" Dia berbalik dan menemukan gadis pendek dengan rambut panjang. Dafi meringis pelan ketika melihat Aruna. "Nanti malem jam 8 jangan lupa rapat besar. Gue nggak mau ya kalau Lo molor lagi. Sekali lagi Lo molor, uang bendahara sama danus gue tahan." Ancam Aruna. Tuh kan, belom apa-apa aja udah diancam aja. Emang salah banget dia milih Aruna buat jadi bendahara organisasi. Tahu begitu dia milih Dewi aja yang jadi bendahara. Mana nih cewek tiap hari nagih iuran terus lagi. Dafi rasanya mau resign aja jadi ketua umum. "Santuy atuh Run. Iya gue nanti nggak bakalan telat, janji deh. Tapi gue makan dulu ya hehehe" nego dikit bisa kali. "Oke, asalkan bawain gue masakannya Dinda. Gue pengen makan telor balado, bilangin ya ke Dinda." Dafi menengadahkan tangannya ke Aruna. Aruna mengernyit melihatnya. "Apaan?" Tanya Aruna bingung. "Duit lah. Kan lu minta dibikinin telor balado. Ya mana sini duitnya, biar Dinda beli telor nanti." "Pake duit Lo lah. Ntar gampang dah gue ganti " Aruna pergi begitu saja meninggalkan Dafi yang melongo melihat kepergian gadis itu. "Semprul!! Ujung-ujungnya pake duit gua juga." Dafi melanjutkan niatnya ke parkiran, walaupun hati dan lidahnya sibuk menyumpahi Aruna. Sedangkan di FIB, Dinda dengan sabar menunggu kedatangan Dafi. Sebenarnya Vinny tadi menawarkan untuk mengantarnya pulang, tapi Dinda menolaknya. Karena Dinda tahu bahwa Dafi pasti akan datang untuk menjemputnya. Dia tidak ingin Dafi datang kemari dan malah tak bertemu Dinda. Kelasnya sudah berakhir satu jam yang lalu, seingatnya kelas Dafi selesai jam 2 siang. Tapi kenapa ini dia udah nunggu sejam Dafi kok belom dateng juga? Mana Dafi nggak ngasih kabar apapun lagi. Seenggaknya chat dia kek kalau misalnya nggak bisa jemput. Dinda sudah berniat untuk pergi dan memilih untuk berjalan kaki saja, tapi dari kejauhan dia melihat sebuah sepeda matic hitam yang sangat dia kenal. Jangan salah, Dinda udah hapal nomor plat sepeda Dafi. Dafi berhenti di depan Dinda dan menampilkan senyum tanpa dosanya. "Sejam loh gue nungguin kak. Minimal kasih kabar gitu kalau telat jemput." Kesal Dinda. "Iya maap. Tadi ada tambahan kelas mendadak. Daripada gue Sabtu masih ada kelas, ya mending gue hadir sekarang aja " Belanya sendiri. "Ya kan Lo bisa chat gue kak, tahu gitu gue pulang sama Vinny aja tadi." Dinda memanyunkan bibirnya cemberut. "Atutututu jangan ngambek dong cantik. Ayok gue beliin coklat sekalian beli telor. Runa mau telor balado katanya, kangen masakan Lo." "Belinya di pasar Tanjung ya, sekalian mau beli kue pancong" Pinta Dinda lengkap dengan puppy eyes andalannya. "Iya iya kita belinya di pasar Tanjung. Mata Lo nggak usah begitu, geli gue." "Yaelah bilang aja Lo gemes sama gue, gengsi amat si masnya." Dinda tertawa senang ketika melihat raut datar Dafi. dia sangat suka jika menggoda Dafi dan membuat laki-laki itu semakin kesal padanya. "Gue getok pake helm Lo ya. Udah ayok cepetan naik, keburu Maghrib." Dinda menghentikan tawanya ketika melihat tangan Dafi yang sudah mengangkat helm yang ia bawa. Dinda dengan cepat menuruti perintah Dafi dan naik ke boncengan laki-laki itu. Dafi menyerahkan helm cadangan yang selalu ia bawa kemana-mana. sebenarnya itu helm punya Dinda, cuma dia males aja buat bawa-bawa tuh helm dan nitipin di parkiran fakultas. Jadinya tuh helm sekarang ngikut Dafi terus. Mereka pun segera pergi ke pasar Tanjung dan membeli beberapa sayuran dan bumbu-bumbu dapur. Selain mau bikin telur balado, Dinda juga ingin membuat tumis kangkung. ngomong-ngomong dua menu itu adalah menu kesukaan Dafi semua. tapi kalau dipikir-pikir makanan apa yang nggak Dafi suka? perasaan apa yang Dinda masak, Dafi selalu suka deh. Mungkin batu sama kerikil yang Dafi nggak suka. Selesai berbelanja, Dafi menurunkan Dinda di depan gerbang kos an gadis itu. "Dek nanti gue ada rapat, Lo ikut ya." Daripada bertanya, sebenarnya Dafi lebih ke mengajak Dinda sih. "Nggak ah, Lo kalau udah rapat pasti malem banget nanti." tolak Dinda bukannya apa, Dinda sudah pernah ikut Dafi rapat sebelumnya dan dia sungguh sangat menyesal karena menerima ajakan Dafi. Sumpah, organisasi Dafi kalau udah rapat lama banget. nggak ada tuh ceritanya pulang jam 10 ataupun jam 11. Mereka pulangnya jam 2 pagi. Bayangin tuh gimana betenya Dinda. Awalnya dijanjiin pulang jam 10, eh tahunya malah pulang jam 2 pagi. untungnya Dinda nggak ada kelas pagi waktu itu. "Ayok lah deekkkk, Kakak nggak ada temennya." Dahi Dinda mengernyit jijik ketika melihat Dafi merengek seperti ini. "Ih nggak mau! lu pulangnya malam Kak. Gue pengen tidur cepet malam ini." "Janji deh jam 11 kita pulang." Dafi belum menyerah sampai Dinda menerima ajakannya. nggak masalah deh kalau misalnya dia nanti harus nganter Dinda pulang di tengah-tengah rapat. Asalkan Dinda mau ikut rapat buat nemenin dia. "Dih dusta. Gue udah kebal sama janji-janji Lo yang nggak pernah Lo tepatin, Kak." Dinda melipat kedua tangannya di depan d**a. "Kali ini gue beneran janji dek. Ayok lah ikut, gue males kalau nggak ada Lo." karena begitu gigih, akhirnya Dinda menerima ajakan Dafi walau dengan terpaksa. "CK! yaudah iya! Tapi beneran janji loh pulangin gue jam 11." "Iya janji sayang." ucap Dafi dengan senyum manisnya. "Nggak usah sayang-sayang sama gue kalau cuma ada maunya." "Iya iya maaf. Sana masuk terus masak. Gue udah laper nih " "Duh nih orang kalau bukan ATM berjalan gue udah gue bunuh nih." "Love you too Dinda" sebelum Dinda sempat menggeplak kepala Dafi, laki-laki itu lebih dulu pergi dengan sepedanya dan masuk ke kos an seberang. Dinda hanya bisa menatap kesal pada Dafi. Dinda segera masuk ke dalam kos-an dan mulai bersiap-siap. Dia bersumpah, kalau malam ini Dafi tidak menepati janjinya, Dinda akan mendiamkan laki-laki itu

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Head Over Heels

read
15.9K
bc

DENTA

read
17.1K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.1K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook