Tanda Merah Di Leher Suamiku 12
Bodohnya Aku (Pov Sari 2)
"Banyak omong kamu! Aku lihat kamu yang merayunya! Sekarang bereskan pakaianmu, pergi dari kamar!" titahnya.
Dan bagai kerbau di congok hidungnya, sang suami langsung pergi meninggalkn kami.
"Kamu, Sar. Mulai besok kamu saya pecat, dan ingat jangan sampai orang lain tahu tentang kejadian ini, atau akan kubuat hidupmu menderita!" katanya padaku sambil mendelik.
Aku pun menerima semua ini, lagian jika tetap berada di rumah itu, aku takut bosku akan makin kurang ajar, dan tentu sjaa, akhirnya aku kembali ke rumah Mas Bayu.
"Loh, kok kamu bawa banyak tas sih?!" ucap Mbak Nesya saat melihatku.
Saat itu, setelah diusir dari rumah bos, aku pun akhirnya kembali pulang ke rumah mas Bayu. Sebenarnya, jika ada tempat tujuan lain, maka aku akan tak akan pernah sudi datang ke sini lagi.
Lalu, kemana uangku selama dua tahun bekerja jadi pembantu di rumah bos itu? Kurasa kalian semua sudah tahu jawabannya.
Flasback On
"Sar, aku menelepon, karena ingin menawarimu kerja sama," ucap mbak Nesya dalam telepon suatu malam, saat itu aku sudah bekerja selama tiga bulan.
"Kerja sama apa, Mbak?" tanyaku balik singkat.
"Gini, kamu 'kan tiap bulan gajian nih. Nah, gaji kamu itu titipin aja ke aku, itung-itung buat investasi. Nanti uangmu itu, akan kusimpankan di bank, dan sewaktu-waktu kamu butuh bisa langsung diambil. Enak kan? Kamu uda nggak perlu ribet-ribet bikin KTP, tiap bulan aku yang akan datang ke sana, untuk mengambil uangnya. Bagaiamana?"
Mbak Nesya, yang biasanya jutek dan jahat, saat itu tiba-tiba berubah menjadi baik dan suaranya terdengar lembut sekali, baru kali ini, selama hidupku dibaikin oleh ipar.
"Boleh juga sih, Mbak. Tapi gajiku kan sedikit, cuman delapan ratus ribu, belum buat beli pulsa, belum beli jajan, kadang juga aku kan ingin beli baju Mbak," ucapku lirih.
"Hah, gaji kamu cuma delapan ratus ribu? Nggak salah tuh? Seharusnya pembantu itu, sekarang gajinya satu juta loh. Kamu harus protes itu, Sar!" ucap mbak Nesya tegas.
"Ah, biarlah Mbak, toh semua keperluanku sudah dapat dari sini, bahkan untuk perawatan diri, tapi aku tetap butuh uang untuk jajan sih, hehehe."
"Ya sudah, nggak apa-apa kamu kitim aja tiap bulan enam ratus ribu, sisanya buat kamu jajan. Enakloh kalau dimasukin ke bank, nanti uangmu akan jadi lebih banyak alias berbunga."
Mendengar ucapan mbak Nesya itu, tentu saja saat itu aku yang merasa polos, langsung terlena.
"Oke deh Mbak. Jadi mulai gajian depan, uang enam ratusnya buat ditabung ya Mbak," ucapku amat girang.
"Nah, itu namanya gadis pintar. Tiap tanggal muda, aku akan datang ketempatmu bekerja. Eits...tapi jangan bilang-bilang sama Mas Bayu loh. Ini rahasia kita berdua, rahasia wanita! Oke,?!"
Aku pun akhirnya mengiyakan apa yang diucapkan oleh mbak Nesya.
Flashback Off
"Aku dipecat, Mbak," jawabku sambil langsung masuk ke rumah.
"Dipecat?! Kok bisa sih?! Palingan kamu nyolong ya?!" ketus mbak Nesya.
Selama dua tahun terakhir, kakak iparku ini selalu berkata lembut padaku, namun kini, dia kembali menjadi jahat
"Nggak kok, Mbak. Ya karena memang mereka ingin ganti pembantu aja sih!" uacapku berbohong.
Tak mungkin juga 'kan, aku mengatakan yang sejujurnya pada mbak Nesya, bisa-bisa dia malah menuduhku yang tidak-tidak nantinya.
"Nggak mungkinlah, paling kamu melakukan kesalahan! Dasar memang sih, kamu itu kalau kerja nggak pernah bener!" cibirnya lagi.
Mas Bayu yang dari tadi diam saja, akhirnya angkat bicara.
"Sudah..sudah, sekarang kamu masuk kamar aja Sar, isturahat dulu sana, lagian sudah malam ini!"
Aku pun akan segera masuk, sambil mengangkat dua tas besar berisi baju itu.
"Eh...jadi kamu mau tinggal di sini lagi? Enak banget, nggak ah!" teriak mbak Nesya tiba-tiba.
"Ya biarin to, Dek. Kalau tidak di sini, dia mau tinggal dimana lagi? Lagian dia juga nanti kan bisa bantu-bantu di toko. Toko kita kan semakin ramai, dua pekerja saja, rasanya sekarang belum cukup, dengan adanya Sari, nanti kita jadi terbantu 'kan?" bujuk Mas Bayu.
"Oke deh, tapi ingat kamu harus bantuin di toko!" ucap mbak Nesya sambil berlalu pergi, dari tatapan matanya saja, dapat kulihat dia amat membenciku, ah biarlah toh dia memang sifatnya seperti itu dari dulu.
Akhirnya, mulai saat itu, aku kembali tinggal dan membantu di rumah dan toko mas Bayu. Hingga seminggu kemudian, saat mas Bayu sedang pergi, aku mendekati mbal Nesya yang saat itu sedang berada di kamar.
"Heh...ngapain kamu masuk kamarku?!" ucap mbak Nesya yang saat itu sedang bermain handphone.
"Maaf, Mbak. Mumpung nggak ada Mas Bayu aku ingin minta uang tabunganku Mbak. Aku ingin beli motor," jelasku.
Terlihat wajah mbak Nesya kaget sekali.
"Oh...uangmu ya. Sebenarnya, uangmu itu sudah habis. Dulu uangnya kan ku simpan di bank kecil gitu, eh kemudian bulan kemarin bank itu bamgkrut, jadi ya semua uangnya hilang," ucap mbak Nesya dengan wajah memelas.
Tentu saja saat itu aku langsung shock, karena hasil kerja kerasku selama dua tahun, hilang lenyap seketika.
"Tapi, Mbak uang itu harapanku satu-satunya loh. Lalu sekarang aku harus bagaiamana?"
Mbak Nesya kemudian datang menghampiriku yang sedang berdiri di ambang pintu, dan merangkul bahuku.
"Gini saja, jamu nggak usah sedih, bukan hanya uangmu kok yang hilang, uangku juga, dan bahkan jumlahnya lebih banyak dari punyamu. Kini kita wajib ikhlas, nanti rejeki belakangan akan lebih banyak.
Sebagai penebus kesalahan, kamu boleh tinggal dan makan sepuasnya di sini. Tapi ingat, jangan sampai hal ini bocor pada Mas Bayu, karena yang ada nanti dia bakal marah-marah, Ok?!"
Akhirnya, aku terkena juga bujuk rayu mbak Nesya, dan tentu saja aku merelakan hilangnya uangku itu. Bodoh, tentu saja aku amat bodoh saat itu.
Ternyata mbak Nesya tak sebaik saat sedang merayuku, dia masih sering sekali marah padaku, dan setiap bulan aku cuma diberi gaji lima ratus ribu rupiah saja tiap bulan. Padahal tiap hari, aku bekerja dari jam tujuh pagi hingga jam sepuluh malam.
Sungguh tak adil rasanya, kedua pegawainya digaji satu juta, sedangkan saat itu kembali aku tak berani melawan
"Ingat Sar, jika sampai kamu mengadu pada Mas Bayu, tentang uang itu! Maka, aku akan lsngsung meninggalkannya. Secara, kamu tahu kan kalau dia itu amat tergila-gila padaku, jika kutinggal pergi, pasti dia langsung gila, atau bisa juga jadi bunuh diri! Dan akhirnya, kamu jadi hidup sebatang kara deh, hahaha!"