Bagian 4

1913 Words
"Daddy!" Manda menghambur kepelukan Rezka. Dia tampak sangat senang sekali. Rezka yang tengah sibuk memainkan ponselnya terkejut. "Manda? Kamu bikin kaget aja." "Manda kayaknya senang banget, Rez?" tanya Aldo. "Iya. Senang nguras dompet gue," timpal Rezka. Keira, Trissya beserta anak-anak mereka ikut bergabung dengan Rezka dan Aldo. "Sini, Tris. Duduk sini!" ajak Keira. Melihat orang asing datang bersama Keira, Aldo bertanya, "Dia siapa, Bun?" "Oh, ini Trissya, sahabatku saat SMA. Kebetulan kami ketemu tadi," jawab Keira. Ia berbalik ke arah Trissya. "Triss, nih kenalin, suamiku, Aldo," ujar Keira memperkenalkan suaminya. "Oh, hay. aku Trissya." Trissya menyalami tangan Aldo. "Aldo, suaminya Keira." "Nah, ini Rezka. Adikku." Keira juga memperkenalkan Rezka. Setelah membalas menyalami Trissya, Rezka memanggil pelayan. Keira, Trissya dan anak-anak mereka menyebutkan pesanannya saat si pelayan datang. Sembari menikmati makanan masing-masing, Trissya dan Keira kembali bernostalgia. Mereka menceritakan kembali masa-masa saat mereka SMA. Di mana mereka sering sekali ngerjain kakak kelas yang sering membully mereka, shopping setiap pulang sekolah dan lain sebagainya. "Daddy, Anda ceneng anget hali ini, Anda ketemu lagi ama Onty cantik," celetuk Manda. "Oh, ya? Kenapa gak diajakin ke sini? Biar bisa kenalan sama Daddy." "Onty cantik bulu-bulu. Makana gak ke cini," jawab Manda. "Oh, iya, Daddy. Onty cantik beliin Anda sepatu. Agus anget! Ada gambal Miki Mos na, Dad." Manda turun dari pangkuan ayahnya lalu memperlihatkan sepatu yang tadi dibelikan oleh Lea. "Bagus, ya, sepatunya. Cantik kayak Manda," puji Aldo. Rezka mengangguk menyetujiumya. Manda kembali ke pangkuan ayahnya. "Makatcih Uncle Aldo." "Tau, nggak, Yah. Aunty cantiknya Manda itu, adik iparnya Trissya. Iya, kan, Tris?" "Iya. Namanya Lea," jawab Trissya. Rezka yang tengah menyesap coffe late nya seketika tersedak mendengar nama tersebut. Lea? Desisnya dalam hati. Sejak beberapa tahun yang lalu, nama itu tidak pernah lagi didengarnya. Apakah Lea yang dimaksud Trissya ini adalah Lea-nya? Lea yang pernah dijanjikannya akan dinikahinya? Lea yang pergi saat tahu kalau dirinya akan menikah dengan wanita lain? Tidak. Mungkin hanya nama yang sama. Di dunia ini mungkin ada seribu orang yang bernama Lea. Dan Lea si Aunty Cantiknya Manda bukanlah Lea yang sama. "Lo kenapa, Rez?" tanya Keira. "Daddy napa?" Rezka menggeleng. "Daddy nggak apa-apa." *** "Lea!" panggilan itu menghentikan langkah Lea yang akan masuk ke lift. Dia menoleh dan mendapati Rizky. "Bu CEO sibuk ya, belakangan ini? Sampai-sampai telfon dan sms-ku tidak dibalas satu pun," ujar Rizky setelah berada di hadapan Lea. "Ih, apaan sih, Ky!" Lea masuk ke dalam lift diikuti Rizky. "Lebay tau, manggilnya jangan 'Bu CEO'." Rizky terkekeh. "Iya deh. Maaf. Lea-ku." "Lebay, deh!" Rizky Hamdan Ferdian. Laki-laki tampan nan rupawan yang sudah lebih dari tiga tahun ini mengejar-ngejar Lea. Dan akhirnya mereka didekatkan oleh sebuah perjodohan. Beberapa bulan yang lalu mereka sudah melangsungkan pertunangan. Rizky juga sudah menjabat sebagai CEO di Ferdian Grup. Siang ini dia memang sengaja menemui Lea. Mengenal Lea sejak tiga tahun yang lalu, Rizky sudah hafal bagaimana kriteria Lea. Menurut pengamatannya, Lea adalah perempuan yang sangat anggun. Perempuan yang penuh dengan kasih sayang. Lea juga sangatlah cerdas. Selain menekuni dunia fashion, dia juga bisa memimpin perusahaan seperti saat ini. Lea baru saja diperkenalkan sebagai CEO di Revano Corp beberapa hari yang lalu. Sebagai CEO baru, Lea tidak kesulitan dengan pekerjaan baru yang menyambutnya. Dia bahkan mengerjakan tugasnya dengan baik hingga seluruh pegawai-pegawainya berdecak kagum atas pekerjaan CEO mereka. Selain ramah, Lea juga bos yang baik. Keluar dari lift menuju lobi kantor, tak henti-hentinya Rizky berceloteh. Mulai dari kesehariannya yang dilaluinya tanpa mendapat kabar dari Lea hingga persetujuan dari kedua keluarga mereka tentang pernikahannya yang akan dilangsungkan dua bulan lagi. Mendengar pernyataan itu, membuat Lea menghentikan langkahnya. "Apa? Dipercepat? Bukannya kita baru nikah tahun depan?" "Kata Daddymu, lebih cepat lebih baik, Lea. Selain menghalalkan hubungan kita, itu juga menjauhkan kita dari maksiat." Lea mendesah. "Itu sebuah keputusan yang penting. Kenapa Daddy tidak memberitahukan ku? Harusnya membuat keputusan itu wajib melibatkanku. Di sini yang mau nikah kan, aku." "Iya. tetapi itu sudah menjadi keputusan Daddy. Dua bulan lagi kita akan menikah. Tapi ..." Rizky tidak melanjutkan ucapannya. "Tapi apa?" Rizky memutar tubuh Lea hingga dia berhadapan dengannya. Dipegangnya kedua pundak Lea. Ditatapnya Lea tepat di manik matanya. Berada sedekat ini dengan Rizky dan merasakan hembusan nafas hangatnya, Lea mendadak gugup. "Tapi apa, Ky?" "Tapi jika kamu keberatan, kita bisa menundanya." Setelah mengatakan itu, Rizky melepas Lea. Mundur selangkah, berbalik. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Melihat Rizky menjauh, Lea merasa sangat bersalah. Dia seakan-akan menolak pernikahan mereka. "Riz-" ucapannya terpotong saat Rizky menaikkan tangannya mengisyaratkan untuk Lea berhenti bicara. Rizky berbalik. Diberinya senyum lembut pada Lea. "Aku akan memberitahu orang tua kita untuk menundanya, jika kamu merasa keberatan." Senyum itu, Lea merasakannya. Itu bukanlah senyum yang tulus. Sebaik apa pun Rizky menyembunyikannya, Lea tetap bisa melihat kekecewaan dan kesedihan di dalam sana. "Lea, hmm ... sepertinya aku harus kembali ke kantor. Maaf siang ini kita tidak makan siang bareng. Maaf ya?" Rizky pergi. Namun, baru beberapa langkah, dia berhenti. Tanpa menoleh dia berkata, "Kalau kamu tidak mau, bilang saja. Aku tidak ingin kecewa nantinya." Sesak. Itu yang dirasakan Lea. Dia seakan teringat dengan kenangan masa lalunya. Mengingat tentang bagaimana Rezka manjanjikannya sebuah pernikahan, tetapi memberinya sebuah penghianatan. Meneguk isak yang hampir keluar karna teringat masa lalu, Lea bergegas mengejar Rizky. Menghentikan cowok itu untuk masuk ke dama mobilnya. Rizky sempat terkejut. "Tidak usah memberitahu Daddy. Aku setuju untuk menikah dua bulan lagi," ujarnya. Rizky tersenyum dan meraih Lea ke dalam pelukannya. "Terima kasih, Lea." Dalam pelukan Rizky, Lea berdoa semoga keputusan yang diambilnya ini adalah keputusan yang benar. *** "Uncle Isky!" teriakan Manda membuat Rezka yang sedang menikmati sarapannya terkejut karna suara Manda memekakkan telinga. Manda turun dari kursi dan menghambur ke arah seorang pria yang sudah berjongkok sambil merentangkan kedua tangannya. Rezka menoleh ke arah Manda berlari dan mendapati sepupunya sudah menggendong Manda. "Selamat pagi, Daddynya Amanda!" sapa pria itu. "Ngapain kamu datang pagi-pagi gini? Mau numpang sarapan, kan?" ucapan Rezka yang menohok itu ditanggapi pria yang ternyata adalah Rizky dengan kekehan. "Daddy gak boleh bilang gitu ama Uncle Isky, kata Mbak Ina, itu gak opan!" tegur Manda. Manda sekarang  sedikit demi sedikit sudah bisa berbicara lancar, tidak cadel lagi. Teguran Manda membuat Rizky kembali terkekeh. "Nah, denger tuh, kata Manda. Masa kamu diajarin sopan santun sama anak kamu, sih? Harusnya kan, lo yang ngajarin!" sahut Rizky. Rezka memutar kedua bola matanya. "To the point aja, kamj nggak ke sini buat ngerecokin pagi indah aku, kan?" "Tau aja." "Sekarang apa mau kamu?" "Manda sayang, Daddy kamu nggak tau sopan santun banget, ya? Harusnya Daddy kamu manggil Uncle ikut sarapan dulu baru diajak ngobrol-ngobrol." Manda mengangguk di dalam gendongan Rizky. "Iya, Uncle. Daddy nggak sopan." Untuk kesekian kalinya Rezka memutar kedua bola matanya. Ia lalu mempersilahkan Rizky untuk ikut sarapan bersamanya. Setelah sarapan, Rezka langsung menodongnya dengan pertanyaan untuk apa sepupunya ini datang ke rumahnya. Ditanya seperti itu, Rizky mendelik sewot ke arah Rezka. Sejak kecil Rezka memang memperlakukan Risky tidak seperti sepupu-sepupunya yang lain. Jika dengan sepupunya yang lain, Rezka memang sopan pada mereka, tetapi Rezka sama sekali tidak ingin terlibat pada mereka. Rezka sering berkata kasar pada Rizky. Dia bahkan menjuluki Rizky dengan sebutan 'Jones'. Walau sering bersikap kasar pada Risky, tetapi Rizky adalah sepupu yang sangat disayangi oleh Rezka. Begitu juga sebaliknya. Walau sering mendapat perlakuan tidak sopan dari Rezka, Rizky sangat menyayangi sepupunya itu. Mungkin begitulah cara pria menunjukkan rasa sayang mereka. "Apa mau lo, Jones?" Sekarang Risky yang memutar kedua bola matanya. Mendengar julukan tersebut. "Dengar ya, Rez. Aku sekarang udah nggak jomblo lagi. Seka-" "Bagus dong, aku jadi kasihan sama cewek yang jadi pacar kamj. Bisa-bisanya dia dapat cowok kayak kamu!" potong Rezka. "Ets ... jangan salah, Rez! Justru cewekku yang beruntung dapetin cowok kayak aku!" "Halah! Itu berarti cewek kamu jelek, makanya, dia beruntung. Iya, kan?" "Kampret! Tunanganku-" "Tunangan? Kamu udah tunangan? Kok qku nggak tau?" potong Rezka. Dia tidak ingat kalau Rizky pernah tunangan. "Makanya, kalau ada pertemuan keluarga tuh, datang. Jangan cuman pentingin kerjaan!" "Sorry, Ky. Waktu itu aku sibuk banget. Tapi aku janji, kalau kamj nikah, aku bakalan datang." "Oke. Janji, ya!" "Janji!" "Uncle, Ky! Uncle Isky mau nikah? Ontynya pasti cantik. Iya, kan?" celetuk Manda yang memang sejak tadi hanya diam menjadi pendengar. Rezka dan Rizky, bingung kenapa anak sekecil Manda, sudah mengerti tentang pernikahan. Siapakah yang mengajarinya? Risky mengelus pipi Manda penuh sayang. "Iya. Dia cantik banget. Kayak bidadari." "Manda mau liat boleh? Manda mau ketemu." "Hm ... gimana, ya? Dia sibuk, Sayang." Manda mengerucutkan bibirnya. Ngambek. Melihat itu, Rezka berkata, "Kenalin calon istri kamu dong. Manda juga pengen banget ketemu." Rizky berpikir sejenak lalu mengiyakan permintaan Rezka. Manda bersorak girang. "Tapi jangan naksir, ya!" ujar Risky sebelum pergi. "Nggak akan!" *** "Assalamu'alaikum, Bu CEO!" sapa Rizky di seberang sana. Lea yang sedang mengerjakan tugas kantornya itu memutar bola mata mendengar sapaan Rizky padanya. "Ada apa nelfon malam-malam begini? Ganggu orang aja tau!" Rizky terkekeh di seberang sana. "Kangen sama Bu CEO." "Perasaan tadi kita ketemu di kantor deh, kok sekarang kangen lagi?" Setelah menyimpan file di laptop, Lea menuju tempat tidurnya. Merebahkan tubuhnya di atas sana. "Nggak tau kenapa, kalau nggak liat kamu sedetik aja aku jadi kangen tingkat dewa, deh." "Bisa aja kamu, Ky." "Lea?" "Ya?" "Aku ingin mengajakmu dinner besok malam. Aku ingin memperkenalkan kamu dengan sepupuku." "Sepupumu? Siapa? Aku kan, udah kenal sama semua sepupumu." "Dia sepupuku dari pihak keluarga Mommy. Kamu mau, kan?" "Ehm ... kita liat aja besok, kalau aku lagi free aku akan datang." "Ayolah Lea, coba ingat-ingat, siapa tau besok kamu lagi free." Lea mencoba mengingat-ingat apakah besok malam dia ada acara. Setelah memastikan besok malam dia free dia akhirnya menerima ajakan Rizky. "Kalau gitu, sampai jumpa besok malam, Honey!" Belum sempat Lea membalasnya, Rizky sudah menutup telfonnya. Mungkin sudah tahu kalau Lea akan menegurnya karna memanggilnya dengan sebutan 'Honey' *** Malam ini, Lea memakai dress panjang  jingga. Sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih. Di padukan dengan hijab jingga juga, agar senada. Dia memasang high hillsnya yang berwarna senada dengan dressnya. Tet ... tet ... tet Bunyi klakson mobil terdengar di bawah sana menandakan Rizky sudah menjemputnya. Setelah memastikan dandanannya sudah sempurna, dia segera keluar dari kamarnya. Di ruang tamu, Rizky sudah duduk manis di hadapan orangtua Lea. Dia kelihatan sedang terlibat obrolan seru dari kedua orangtua Lea. "Eh, si Tuan Putri sudah datang," ujar Frans menyambut kedatangan putrinya. Rizky menoleh dan langsung terpesona dengan penampilan Lea yang begitu cantik. Dia bahkan tertegun saat memandangi Lea. Ditatap seperti itu membuat Lea jadi canggung. "Ekhm!" deheman dari Frans membuat Risky tersadar dan cengengesan. "Yuk, Le!" ajak Rizky pada Lea. Setelah pamit pada kedua orangtuanya, Lea dan Rizky segera pergi. *** Rezka mengetuk-ngetukkan jari-jarinya di atas meja. Sesekali ia melirik arlojinya. Di sampingnya Manda sibuk memain-mainkan boneka barbie yang tadi singgah dibelinya di toko boneka sebelum menuju ke Amour Cafe. Rezka mendesah. "Huh! Rizky di mana sih? aku udah nunggu sejam lagi," gerutunya. Baru saja Rezka ingin menelfon Risky, suara Manda lengsung menginterupsinya. "Onty cantik!" Rezka menoleh dan tubuhnya seketika menegang saat melihat orang yang dipeluk Manda. Sama halnya dengan Rezka, pemilik mata berwarna coklat itu ikut menegang. Saraf motorisnya seakan terhenti. Di sana. Tepat di sebelah Risky, berdiri seorang perempuan dari masa lalunya. Perempuan yang pernah disakitinya. Perempuan yang sudah dikhianatinya. Perempuan yang pernah dijanjikannya sebuah pernikahan. "Aku cinta kamu, Zal. Aku ingin kita menjalin sebuah hubungan serius. Yaitu hubungan pernikahan." "Kita sudah meminta restu pada Kak Rakha. Bulan depan, aku akan datang bersama orangtuaku untuk melamarmu." "Zalea. Aku mencintaimu. Sekarang, hari ini, dan untuk selamanya."                                          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD