bc

My Lovely Fiance

book_age18+
2.5K
FOLLOW
6.8K
READ
love-triangle
possessive
dominant
goodgirl
CEO
drama
tragedy
comedy
campus
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Nola Utami, namanya. Seorang mahasiswi semester 3 yang sangat cantik tapi bersifat polos. Banyak pria yang mengejarnya tapi tidak ada satu pun yang berhasil memilikinya karena ketidakpekaannya.

Namun, pertemuannya dengan seorang Nathan membuat kehidupannya berubah drastis. Nathan langsung melamarnya dan mengikatnya sebagai tunangan. Mendominasi dan mengendalikan kehidupannya.

Lantas bagaimanakah kisah mereka selanjutnya mengingat kepribadian mereka yang sangat bertolak belakang? Akankah mereka bersatu atau malah berpisah?

chap-preview
Free preview
Part 1
Nola berjalan dengan terburu-buru. Masih tersisa 3 menit lagi sebelum perkuliahan di mulai. Hari pertamanya kuliah di semester 3 benar-benar kacau. Dia terlambat bangun, hampir tertabrak mobil, dan nyaris telat masuk kelas. Gadis itu tak peduli pada pandangan orang lain dan terus berlari menaiki tangga. Nafasnya ngos-ngosan dan rambut hitamnya berantakan. Namun, itu tak menjadi penghalang baginya untuk terus berlari. Satu hal yang paling ditakutkan Nola sejak dulu adalah terlambat masuk kelas. Dia takut menjadi pusat perhatian apalagi dimarahi guru yang mengajar. Dia hanya ingin belajar dengan tenang tanpa dimarahi oleh guru. Bruk! Nola terhuyung ke belakang saat menabrak tubuh seseorang. Hampir saja dia terjatuh dan berguling-guling gratis di tangga jika pinggangnya tidak ditahan oleh orang yang ditabraknya. Gadis cantik itu mendongak. Menatap orang yang berbaik hati menolongnya. "Terima kasih, pak." Suara lembut nan manisnya membuat orang itu tertegun. Nola berusaha berdiri. "Sekali lagi terima kasih telah menolong Nola, pak. Nola pergi dulu." Langsung pergi begitu saja karena teringat dengan kelasnya. Meninggalkan pria yang terpaku menatap punggungnya yang kian menjauh. Pria itu adalah Nathan Alexander. Seorang dosen muda yang baru berumur 25 tahun. Dosen pengampu mata kuliah Keredaksian Jurnalistik Media Cetak. Seakan tersadar, dosen tampan itu kembali melanjutkan jalannya yang tertunda. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman misterius melihat sosok Nola memasuki kelas. "Baguslah. Semua akan terasa lebih mudah." Gumamnya pelan. Nathan mempercepat langkahnya. Memasuki kelas yang akan diajarnya mulai hari ini. Semua mahasiswi di dalam kelas tercengang melihat ketampanan mematikan Nathan, terkecuali untuk Nola yang kini tampak terkejut melihatnya. Diam-diam Nathan menahan rasa gemasnya melihat wajah terkejut Nola. Lantas, berdehem sejenak dan mulai membuka sesi pembelajaran. "Selamat pagi semuanya. Perkenalkan, nama saya Nathan Alexander. Saya adalah dosen pengampu mata kuliah KJMC kalian untuk semester 3 ini." Semua siswi menjerit tertahan mendengar suara sexy Nathan. Bahkan di antaranya ada yang menunjukkan ekspresi lemas bin lebay. Nathan yang melihat tingkah mereka hanya bisa bergidik ngeri. Ia memang sudah terbiasa bertemu mahasiswi semacam mereka, tapi tetap saja dia merasa ngeri. Tatapan mereka seolah memakannya hidup-hidup. "Saya punya peraturan tersendiri selama proses pembelajaran berlangsung." Nathan melanjutkan ucapannya. Semua mendengarkan Nathan dengan baik. "Pertama, harus berpakaian sopan. Kedua, toleransi terlambat hanya 10 menit. Ketiga, siapapun yang heboh saat pelajaran berlangsung akan saya usir keluar. Keempat, tidak boleh bermain ponsel. Kelima, pembelajaran dilakukan dengan sistem diskusi. Jadi, saya akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok harus membuat makalah dan PPT." Mereka semua begitu fokus menatap ke depan. Lebih tepatnya fokus menatap wajah tampan Nathan. Tentu saja para mahasiswi yang melakukan hal itu. Para mahasiswi di kelas itu sangat bahagia mendapatkan dosen tampan karena sebelumnya dosen mereka pria tua dan jelek. Nathan terus berbicara dengan pandangan yang sering tertuju pada Nola. Membuat Nola panik bukan main karena berpikir dirinya melakukan kesalahan. Nola memang selalu berpikir seperti itu jika seorang dosen sering menatapnya. Kini, otaknya berpikir keras tentang kesalahan apa yang telah diperbuatnya sehingga dosen di depan menatapnya terus menerus. Pada akhirnya, gadis itu pun menunduk dan meremas kedua tangannya gugup. Virlia yang berada di sampingnya berbisik pelan, memanggilnya. Sungguh, gadis itu merasa heran dengan tingkah Nola yang tak biasanya. Nola menoleh pada temannya sejak pertama kali masuk kuliah. Keningnya mengernyit dan bibirnya memberikan isyarat, "Apa?" "Kenapa kamu terlihat takut? Apakah ada yang salah atau dosen di depan pernah menjahatimu?" Bisik Virlia pelan. "Bukan. Pak Nathan tidak jahat tapi Nola takut ditatap terus. Apakah Nola telah melakukan kesalahan?" Cicitnya pelan. Virlia yang melihat tingkah polos Nola tertawa geli. "Jangan takut, La. Palingan Pak Nathan menatapmu karena menyukaimu." Nola mengerjap kaget mendengar penuturan teman baiknya itu. Lalu, dia menghela nafas lega. "Syukurlah Pak Nathan menyukai Nola. Padahal Nola berpikir Pak Nathan tidak menyukai Nola karena terus-terusan menatap Nola." Virlia menepuk keningnya tak habis pikir mendengar perkataan polos Nola. "Dasar polos dan Lola." Geramnya. Ya, Nola memang polos dan Lola orangnya. Kepolosan dan kelolaannya membuat orang-orang gemas bukan main padanya. Bahkan ada di antaranya yang ingin menjedotkan kepala mereka ke pintu saking gemasnya. Namun meski begitu, semua orang tetap menyukainya karena dia begitu baik dan ramah. Apalagi wajahnya sangat cantik dan imut seperti Barbie, membuat para lelaki tergila-gila padanya. Tapi sayang, Nola tidak paham maksud para lelaki nan malang itu. **** Jam kuliah pagi telah berakhir. Namun, Nola tidak langsung pulang ke rumah melainkan singgah ke kantin kampus bersama Virlia. Nola menjadi pusat perhatian anak-anak kampus karena berwajah cantik, bertubuh mungil, dan selalu mengeluarkan aura positif. Gadis berambut sebahu itu seringkali membalas sapaan orang yang tidak dikenalnya dengan wajah ceria dan senyuman manis khasnya. "La, kamu mau membeli apa?" Nola terdiam sejenak. Meletakkan jari telunjuknya di dagu sembari melihat-lihat menu makanan. Setelah lama berpikir, ia meringis lantaran tak tahu harus memesan apa. "Nola ngikut Lia aja." Virlia memutar bola mata malas melihat cengiran tanpa dosa Nola. "Heh, aku pikir kamu mau pesan apa sampai berpikir selama itu. Percuma aku tuh nungguin kamu. Dasar Lola." Nola menyengir. Tidak merasa tersinggung sedikit pun karena sahabatnya itu sudah biasa memanggilnya Lola kalau otaknya sedang slow respon. Gadis itu hanya menatap polos pada Virlia yang kini telah memesan bakso dan teh es. Lalu, mengekori sahabatnya mencari tempat duduk terbaik. Mereka berdua duduk berhadapan di dekat jendela. Sama-sama meletakkan tas di atas meja. Nola menguap pelan kala rasa kantuk melandanya. "Aku penasaran tentang sesuatu. Apa hubunganmu dengan Pak Nathan? Apakah kamu pernah bertemu dengan dia sebelumnya? Karena dari pengamatan ku sejak di dalam kelas tadi, Pak Nathan seperti memiliki rasa spesial terhadapmu." Nola mengerjap polos. "Masa sih Lia tidak tahu hubungan Nola dengan Pak Nathan?" Gadis itu mencebik kesal melihat reaksi heran Virlia. "Hubungan Nola dengan Pak Nathan kan dosen dan mahasiswi. Masa itu saja Lia tidak tahu." Sahutnya gemas. Virlia menepuk keningnya. Tatapannya seakan ingin memakan Nola hidup-hidup hingga membuat Nola bergidik ngeri. "Bukan hubungan itu maksudku, La!" Nola kembali mengerjap polos. "Lalu, hubungan apa maksud Lia?" Ia benar-benar tidak paham akan maksud sahabatnya itu. "Hubungan sepasang kekasih atau apa kek gitu!" Jawaban ngegas Virlia membuat Nola mengerucutkan bibir kesal. "Lia jangan marah-marah dong." "Huh, kesal aku sama kamu." "Jangan kesal lagi ke Nola. Nola minta maaf," kata Nola sedih. "Ya ampun. Jangan nangis dong." Panik Virlia akibat melihat mata berkaca-kaca Nola. "Nola tidak menangis tahu." Nola menolak mengakui karena tidak ingin dicap cengeng. "Tidak menangis tapi matamu berkaca-kaca. Hadeh. Untung aku orangnya sabar." Nola tersenyum lebar saat melihat ibu kantin sudah mengantarkan pesanan mereka. "Makasih, Bu," katanya semangat. Tak lama setelah kepergian ibu kantin, muncullah Nathan secara mendadak di dalam kantin. Membuat suasana di dalam kantin hening untuk sejenak. Para perempuan mulai menatap Nathan dengan tatapan memuja, bahkan di antaranya ada yang sampai mengabaikan pacar yang berada di sisi mereka. Nola mengerutkan kening heran saat melihat Nathan duduk di sampingnya. "Loh, Pak Nathan kenapa duduk di sini?" Tanyanya polos. Nathan menatap Nola datar. "Memangnya saya tidak boleh duduk di sini?" Suara dinginnya membuat Nola menunduk takut. "Boleh kok, pak." Jawabnya gugup. "Memangnya saya semenakutkan itu sampai kamu gemetaran?" Tanya Nathan terdengar tidak suka. Nola langsung mengangkat kepalanya dan menatap Nathan gugup. "Ada masalah apa ya pak sampai bapak duduk di dekat Nola? Apakah Nola melakukan kesalahan?" Demi apapun, gadis itu sangat takut sekarang. Namun, melihat gelengan Nathan, rasa takutnya menghilang seketika. Bibir mungilnya mulai menyunggingkan senyuman manis. "Syukurlah Nola tidak melakukan kesalahan." Cengirnya. Nathan mengulum senyum melihat tingkah manis Nola. "Nanti kamu pulang bersama saya." Nola melongo. "Tidak bisa, pak. Kalau Nola pulang bersama bapak, nanti motor Nola gimana?" "Akan ada orang yang membawanya pulang ke rumahmu." "Eh, pak. Bukan bermaksud ikut campur. Nanti Nola pulang bersama saya karena ada sesuatu yang penting dan mendesak." Sela Virlia. Perhatian Nathan langsung tertuju pada sahabat Nola. Tatapannya sangat datar dan dingin. Sorot matanya menunjukkan bahwa ia merasa sangat terganggu oleh kehadiran gadis satu itu. Sedangkan Virlia berusaha untuk tidak terintimidasi karena ia tidak ingin sahabatnya menjadi korban Nathan. Virlia kasihan pada Nola mengingat gadis itu sangat polos. Virlia takut Nola menjadi korban Nathan. Siapa tahu dibalik ketampanan Nathan tersimpan sebuah fakta mengerikan. "Hal penting apa, Lia? Kenapa Nola tidak ingat ya?" Pertanyaan polos Nola membuat Virlia tersenyum gemas dan di dalam hati memaki kebodohan sahabatnya. -Tbc-

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
94.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook