episode 12

1700 Words
Reya dan Delia tiba di Rumah, rumah Delia terlihat sangat sepi. Reya lalu masuk dan melihat sekitarnya. "Reya, ayo sini kita makan dulu!" ajak Delia. "Iya Kak,". Reya dan Delia lalu makan bersama, tidak lama kemudian ibu Delia datang. "Delia, kau sudah pulang? ini siapa?" tanya ibu Delia menatap Reya. "Reya Bu, teman sekolah Delia di tempat guru Michel. "Ow, ya sudah kalian lanjut saja makannya ibu pergi ke kebun dulu,". Reya dan Delia menghabiskan makanannya, setelah itu mereka bermain bersama. puas bermain Delia mengajak Reya pergi ke kebun ibunya yang terletak tidak jauh dari rumah Delia. "Wah, ibu kak Delia hebat sekali!" guman Reya. Saat melihat buah-buahan beterbangan di udara dan masuk ke dalam kerajang buah sendiri. "Reya, itu sudah biasa setiap kali memanen buah ibuku selalu menggunakan kekuatannya agar cepat selesai," ucap Delia. Delia dan Reya lalu membantu ibu Delia mengumpulkan buah-buah itu. Tidak lama kemudian datang para prajurit sarkuella dan mengambil semua buah ibu Delia. "Tolong jangan, ini milik saya," ucap ibu Delia memohon. "Tidak semua buah ini harus di berikan kepada Raja Cleo,". Para prajurit itu memaksa, mereka tidak mengenali Reya karena Reya tidak memakai baju seorang putri seperti yang biasa ia pakai dulu. Para prajurit mengeluarkan pedangnya dan mengarahkannya kepada ibu Delia, Reya dan Delia lalu menghalangi para prajurit itu. "Dasar anak kecil, pergi sana!" ucap salah satu prajurit itu mendorong Reya dan Delia. Mereka lalu pergi sambil membawa semua buah-buah ibu Delia, ibu Delia terlihat bersedih. "Ibu jangan sedih, lihat ini.” Delia menunjukkan sekeranjang buah kepada ibunya, ya... diam-diam Delia menggunakan kekuatannya menghilangkan satu keranjang buah sehingga tidak terlihat di mata prajurit itu. "Terima kasih Nak, ibu tidak menyangka kau sudah bisa mengendalikan kekuatanmu," ucap ibu Delia tersenyum. "Iya Bu, guru Michel yang sudah mengajarkanku,". "Ya sudah ayo kita pulang, sebelum para prajurit itu kembali,". Reya dan Delia menganggukkan kepalanya kemudian berjalan bersama kembali ke Rumah. ******** Di kerajaan Sarkuella. "Hidup Raja Cleo!". "Hidup Raja Cleo!". "Hidup Raja Cleo!". Seru semua prajurit kerajaan sarkuella saat Raja Cleo masuk ke dalam istana, setelah beberapa hari ia berada di kerajaan Hiltar merayakan keberhasilan rencananya menghabisi keluarga madannsi bersama Raja Hiltar dan Raja Namrud. Cleo Dayypen yang memakai Mahkota kebesarannya lalu berdiri di atas balkon kerajaan Sarkuella, menemui para penduduk Sarkuella yang sedang berkumpul dan marah karena para prajurit mengambil semua yang mereka miliki atas perintah Raja Cleo. "Wahai penduduk Sarkuella, aku adalah raja baru kalian, jadi kalian semua harus menuruti semua perintahku!" teriak Cleo Dayypen dengan suara menggelegar. "Kami tidak mau, kami hanya ingin Titan Madannsi yang menjadi Raja sarkuella,". "Titan Madannsi sudah mati di serang Raja Hiltar, aku Cleo Dayypen menggantikan posisinya menjadi Raja,". Semua penduduk Sarkuella bersedih, mereka tidak tahu kejadian yang sebenarnya bahwa Cleo Dayypen lah yang berkhianat dan menghabisi Raja mereka. "Kalian tidak perlu bersedih, karena aku Raja Cleo Dayypen akan menjadi Raja yang jauh lebih baik dari Titan madannsi,". "Lebih baik apa kau bahkan menjadi Raja yang lebih buruk dari Raja Titan madannsi, kau memerintahkan para prajurit untuk mengambil harta benda kami dan meminta upeti yang besar dari kami. "Iya benar, kau Raja yang buruk!" seru penduduk lainnya. Cleo Dayypen sangat marah karena penduduk sarkuella menentangnya, ia lalu memerintahkan para prajuritnya untuk memberi hukuman kepada semua penduduk sarkuella yang berani menentangnya. "Hukum semua penduduk yang berani melawanku!" teriak Cleo Dayypen. Semua penduduk Sarkuella terdiam dan tertunduk ketakutan mendengar ancaman Raja Cleo, mereka lalu berlari ke rumah mereka masing-masing. Cleo tersenyum bahagia melihat semua orang tunduk dan takut kepadanya, mulai sekarang tidak akan ada lagi orang yang menghina dan tidak menghargainya. ******** Malam hari Reya kembali ke rumah guru Michel, Reya berjalan mengendap-ngendap masuk ke dalam Rumah takut guru Michel marah karena Reya sudah melanggar janjinya untuk pulang sore hari. "Mudah-mudahan guru Michel sudah tidur," guman Reya. Saat Reya hendak membuka pintu masuk kamarnya tiba-tiba guru Michel muncul. "Reya, kau baru pulang?" tanya guru Michel. Reya menganggukkan kepalanya pelan, guru Michel menghela napasnya melihat Reya, ia lalu mendekati Reya dan memberi pengertian padanya. "Reya bukankah guru Michel melarangmu untuk pulang malam hari,". "Maaf Bu," ucap Reya. "Reya, guru Michel tidak ingin terjadi sesuatu padamu, malam hari itu sangat berbahaya,". "Maafin Reya Bu, Reya berjanji tidak akan mengulanginya. "Ya sudah kalau begitu Reya beristirahatlah,". Reya lalu melangkahkan kakinya masuk ke kamarnya, Reya mengambil belati pemberian ibunya dan memeluknya karena ia merindukan ibunya, Reya lalu mencoba untuk memejamkan matanya. ********* Pagi hari Reya terbangun, ia langsung membuka matanya lebar saat melihat cahaya terang dari jendela kamar. "Hah, sudah siang aku terlambat," guman Reya. Reya lalu buru-buru mandi dan bersiap pergi ke sekolah, guru Michel sudah berangkat ke sekolah terlebih dulu. Reya berlari agar ia lebih cepat sampai, tanpa sengaja Zio Sanders teman sekolah Reya yang memiliki kekuatan berlari secepat angin menabraknya. "Wwuuussshhhh!". "Aaahhhh...Bruk!". Reya terjatuh dan terpental jauh di tanah, Zio yang tersadar sudah menabrak sesuatu langsung menghentikan langkahnya, ia lalu menoleh ke belakang dan melihat Reya terjatuh. "Maaf," ucap Zio kini tiba-tiba sudah berada di hadapan Reya. Reya menganggukkan kepalanya, saat akan berdiri Reya merasakan sakit di kakinya karena terjatuh. "Kau tidak apa-apa?" tanya Zio. "Kakiku sakit," jawab Reya. Zio lalu mengendong Reya dan membawanya masuk ke kelas. "Turunkan aku Kak!" pinta Reya. "Kakimu sakit karena aku, jadi aku akan menggendongmu kemanapun kau pergi,". Reya dan Zio masuk ke dalam kelas, Zio lalu mendudukkan Reya di sebelah Delia. "Reya kau kenapa?" tanya Delia. "Aku terjatuh kak," jawab Reya. Reya menunjukkan kakinya yang terluka. Tidak lama kemudian guru Michel datang sambil membawa lencana untuk memberikan tanda siapa saja yang sudah berhasil mengendalikan kekuatannya. "Anak-anak, sekarang adalah waktu pengujian dimana ibu akan menguji kalian satu persatu, jika kalian berhasil kalian sudah bisa lulus,". "Baik Bu," sahut semua murid. Guru Michel memanggil satu persatu murid dan membawanya ke tempat pengujian rahasia seperti di dalam dimensi lain dan tidak ada satu pun yang bisa melihatnya Nama Zio Sanders di panggil oleh guru Michel terlebih dulu. "Baiklah Zio, ibu ingin melihat kau sudah bisa mengendalikan kekuatan berlarimu atau belum, dulu terakhir kali pengujian kau masih saja menabrak pohon yang ada di hadapanmu saat menggunakan kekuatanmu berlari secepat angin,". "Baik Bu," jawab Zio. Zio memejamkan matanya, menetralisir energi yang ada di sekitarnya lalu Zio muai mengeluarkan kekuatannya. "Whuusshh...!". Zio berlari secepat angin ke sebuah tebing yang sangat jauh dan memakai sihirnya mengambil setangkai bunga yang tumbuh di pinggir tebing jurang lalu dalam sekejap ia kembali bersama guru Michel. "Bagus Zio, dan kau lulus sekarang," ucap Bu Guru Michel. "Terima kasih Bu," sahut Zio. Zio lalu keluar dari dimensi itu, dan selanjutnya guru Michel memanggil Delia untuk melakukan pengujian. "Delia ayo ikut ibu sekarang giliranmu!" perintah guru Michel. Delia lalu masuk bersama guru Michel ke dimensi lain, kemudian guru Michel memerintahkan Delia untuk menghilangkan sebuah gunung besar. "Delia, coba kau hilangkan gunung itu, ibu ingin melihat kau sudah bisa menggunakan kekuatanmu dengan sempurna atau belum," ucap Bu guru Michel. "Baik Bu," jawab Delia. Delia mengayunkan tangannya seolah ia sedang memindahkan gunung itu sambil memejamkan matanya, keluar cahaya biru dari tangan Delia lalu ia mengarahkannya ke gunung itu dan dalam hitungan menit gunung itu seperti hilang dan tidak terlihat di mata orang lain. "Bagus Delia kau sudah bisa menggunakan kekuatanmu dengan sempurna, sekarang perlihatkan kembali gunung itu!" perintah guru Michel. Delia lalu melakukan perintah ibu guru Michel setelah itu ia sudah dinyatakan lulus. Delia dan Zio sangat senang karena berhasil dalam pengujian itu dan mereka sudah di nyatakan lulus dan mendapatkan lencana. Dan kini akhirnya giliran Reya, Bu guru Michel lalu memanggilnya. "Reya, sekarang giliranmu!" panggil guru Michel. Zio lalu menggendong Reya mengikuti Bu guru Michel masuk ke dimensi lain, setelah mengantarnya Reya, Zio lalu keluar. "Reya, sekarang coba kau hancurkan Batu besar yang ada di hadapanmu!" perintah guru Michel. Reya menganggukkan kepalanya lalu mulai memejamkan matanya mengeluarkan kekuatan dari dalam tubuhnya, Reya lalu membuka matanya dan menatap tajam batu itu tidak lama keluar cahaya merah dari matanya kemudian batu di hadapan Reya hancur dan tidak hanya itu semua yang ada di dimensi itu hancur karena kekuatan Reya yang terlalu besar. "Reya hentikan!" perintah guru Michel. Reya lalu segera menghentikannya. "Reya lihat yang kau lakukan, ibu memintamu hanya menghancurkan sebuah batu bukan semua yang ada disini," ucap guru Michel. "Maaf Bu," ucap Reya lirih. "Ya sudah Reya harus belajar lagi, ibu ingin Reya bisa mengendalikan kekuatan Reya dengan sempurna," ucap guru Michel. Reya lalu keluar dari ruang pengujian dimensi itu, Reya sangat sedih karena gagal dalam melakukan ujiannya sehingga ia harus belajar lagi. Reya lalu berjalan dengan kaki terpincang menghampiri Zio dan Delia, Delia tahu kalau Reya sudah gagal tampak terlihat dari wajahnya yang bersedih. "Reya jangan sedih, suatu saat nanti Reya pasti berhasil," ucap Delia memberi semangat. "Kak Delia pasti setelah ini Reya tidak bisa bertemu dengan Kak Delia lagi," ucap Reya sedih. "Tidak Reya, kakak berjanji akan sering menemuimu kita kan sahabat," ucap Delia . "Benarkah, kita bersahabat kak?" tanya Reya tersenyum. "Iya sahabat," ucap Delia memeluk Reya. Sore hari guru Michel baru selesai melakukan pengujian semua murid-murid nya. Reya dan Delia ingin pulang bersama. Reya lupa kalau kakinya saat ini sedang sakit, ia langsung terjatuh ketika hendak berjalan, Zio yang berlari secepat angin dengan cepat ia menangkapnya. "Sudah aku bilang biar aku saja yang menggendongmu, kau mau kemana?". "Mau pulang kak," jawab Reya. "Ya sudah aku akan mengantarmu," ucap Zio. Zio langsung menggendong Reya di belakang punggungnya, mereka lalu jalan bersama Delia, sebelum pulang mereka sengaja melewati air terjun yang indah di dekat tebing. Reya sangat takjub melihatnya karena ia tidak pernah melihat air terjun sebelumnya karena selama ini ia selalu di dalam kerajaan dan tidak boleh keluar. "Reya, ayo kita main di air terjun!" ajak Delia. "Ayo kak kita ke sana," ucap Reya tidak sabar. Zio, Reya, dan Delia mendekati di air terjun, Reya duduk di sebuah batu dan memasukkan kakinya ke dalam air terjun. Air itu begitu terasa segar. Sementara Delia dan Zio masuk ke dalam air terjun mereka saling mencipratkan air ke arah Reya dan bermain air bersama sampai baju mereka semua basah. "Sudah, ayo kita pulang!" ajak Zio saat melihat hari mulai gelap. "Iya Kak," sahut Reya. Zio lalu keluar dari air dan menggendong Reya pulang ke rumah guru Michel sedangkan Delia pulang ke rumahnya. Mulai hari itu mereka bertiga memutuskan untuk bersahabat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD