bc

Pernikahan Senja (Indonesia)

book_age16+
1.7K
FOLLOW
15.2K
READ
possessive
forced
dominant
goodgirl
drama
sweet
genius
first love
chubby
like
intro-logo
Blurb

Kenapa aku menikah namun tak bahagia? Adakah rencana Tuhan yang lebih indah untukku? Atau akan mempertemukanku dengan orang lain?

Namaku Senja Mayang Wahid, aku menikah di usia 18 tahun dengan seniorku di kampus bernama Hadi Pratama, yang memberikan janji bahagia, dan akhirnya ku tinggalkan masa kuliahku dan memilih menggantungkan harapanku padanya, namun ternyata bahagia itu tidak lagi aku rasakan semenjak kelahiran anak pertama kami Hazel Bian Pratama usianya 3 tahun, dan 3 tahun pula kami tak lagi bahagia.

Datanglah lelaki dari masa depan bernama Aslan Dermawan, yang lebih memegang janjinya.

Bagaimana kisahku?

.

.

Stay with Author.

chap-preview
Free preview
Prolog
Menikah adalah hal yang didambakan semua orang, bahkan banyak pasangan yang mendambakan itu, bukan hanya pasangan, tapi juga semua orang yang bahkan masih berstatus jomblo, menikah adalah hal yang patut dilakukan untuk membuktikan rasa cinta itu tulus atau tidak, dan yang saling mencintai membutuhkan waktu untuk saling mengenal satu sama lain agar kelak bahagia dalam pilihan mereka. Menikah untuk mencapai masa depan. Berbicara mengenai masa depan memang tak akan ada habisnya. Membangun sebuah rumah tangga bukan hanya sekedar bermain peran atau pun terikat antar dua individu. Namun, sebuah pernikahan memiliki arti lebih mendalam daripada itu. Karena, sebuah pernikahan menyangkut suatu kesatuan yang luhur dalam berumah tangga. Bukan hanya sekedar menyatukan dua hati, dua individu, akan tetapi tujuan pernikahan ini yang harus dipahami oleh semua orang. Meskipun banyak orang belum memiliki rencana terhadap sebuah pernikahan, ada baiknya kita pun perlu mengetahui tujuan pernikahan itu sendiri. *** Tujuh tahun yang lalu … Senja Mayang Wahid, perempuan kalem dan lembut berusia 18 tahun, cantik dan berkepribadian menarik. Ia sedang kuliah jurusan fashion disalah satu universitas ternama. Senja adalah gadis yang terkenal di kampusnya, gadis yang banyak disukai seorang lelaki, kepribadiannya yang kalem dan tidak banyak bicara membuat hampir semua lelaki di kampus ini menyukainya. Namun, tak ada satu pun yang Senja sukai dari semua lelaki yang memberikan seluruh hati mereka padanya. Tak ada satu pun yang Senja izinkan masuk ke hatinya. Senja adalah primadona kampus, satu kampus menjulukinya ratu pemilih. “Eh, primadona kampus, apaan sih kamu, kamu tuh ya nggak pernah banget suka sama lelaki mana pun di kampus, bahkan dari orang kaya, orang terkaya, dan orang yang paling tampan, nggak ada loh yang kamu sukai, lalu mau kamu apa? Mau jomblo terus?” celetuk Jihan—sahabatnya—yang kini sedang bersandar di tembok. “Apaan, sih, Jihan. Aku nggak pengen ngebahas hal itu,” jawab Senja. “Ja, kamu tuh maunya apa? Mau yang mana? Coba deh lihat, dan buka hati kamu.” “Aku nggak kepengen punya hubungan apa pun sama lelaki, Jihan, aku itu nggak kepengen hubunganku nantinya mengganggu kuliahku,” jawab Senja, lalu meminum minuman botol yang ia beli di kantin. “Iya, sih, tapi ‘kan pacaran juga nggak menjamin pernikahan.” “Jadi, maksud kamu, pacaran itu nggak berujung pernikahan?” “Itu menurutku, soalnya ‘kan kita pacaran nggak menjamin nikah, ‘kan? Jadi, ya menurutku pacaran di kampus untuk bersenang-senang, menjalin hubungan, lalu jika cocok menikah, kalau nggak cocok berhenti,” jawab Jihan, membuat Senja menggeleng pelan. “Kamu ini, aku nggak setuju dengan pemikiranmu itu, aku bahkan tidak pernah berpikir bahwa berpacaran itu untuk bersenang-senang, aku malah ingin menjalin hubungan dengan berujung pernikahan.” “Wah. Pantas saja kamu milihnya ketat banget, bahkan kamu dijuluki ratu pemilih, ternyata pikiranmu memang kesana,” kekeh Jihan, membuat Senja menggeleng pelan. Sesaat kemudian, Senja memandangi seorang lelaki tampan yang kini melintasinya, bahkan lelaki itu memberikan senyum indah padanya, lelaki itu terlihat sederhana dan tatapan matanya membuat jantung Senja berdetak begitu kencang. Jihan menyadari tatapan sahabatnya, lalu berbalik ke arah tatapan Senja. “Senja, kamu kenapa?” tanya Jihan, menyikut sahabatnya. “Aku nggak apa-apa,” jawab Senja, menyadari bahwa Jihan malah akan mengetahui hatinya jika ia terlalu memandangi lelaki itu. “Baiklah. Aku ke perpustakaan dulu, bye,” kata Jihan, lalu melangkah meninggalkan sahabatnya itu. Senja menggeleng pelan, lalu berjalan menuju taman, ia harus membaca beberapa tugas yang diberikan dosen pada seluruh mahasiswa satu jurusan dengannya. Sesaat kemudian, sebuah suara terdengar ditelinganya. “As’salamualaikum,” ucap seorang lelaki, membuat Senja menoleh dan menatap lelaki yang tadi melintasinya. “Waalaikumssalam,” jawab Senja. “Apa aku boleh duduk di sini?” “Boleh. Silahkan. Masih luas juga,” jawab Senja, lalu kembali pada bukunya. “Kamu sedang membaca apa?” “Oh ini tugas dari dosen,” jawab Senja. “Jawabannya, kamu hanya harus menggunakan dan menyambungkan diagframa, dan setelah itu kamu bisa mendapatkan jawaban disetiap sudut,” kata lelaki itu, membuat Senja menoleh. “Kamu jurusan apa?” “Aku agro bisnis,” jawab lelaki itu. “Kok bisa tahu dengan tugas ini?” “Itulah gunanya membaca, dan karena banyak membaca, aku banyak mengetahui tentang hal yang tidak berkaitan dengan jurusanku,” jawab lelaki itu, membuat Senja nyaman. “Wah. Luar biasa,” jawab Senja, dengan senyum indah di wajahnya, membuat siapa pun yang melihatnya akan jatuh cinta. “Terima kasih. Nama kamu siapa?” tanya lelaki itu. “Aku … Senja Mayang,” jawab Senja. “Kamu?” Lelaki itu menyodorkan tangannya, di sambut hangat oleh Senja. “Namaku … Hadi,” jawab lelaki itu. Perkenalan pun terjadi. Setelah berkenalan, beberapa minggu terjalin pertemenan, sampai mereka memiliki hubungan spesial. Senja dan Hadi pun sudah mulai akrab, sudah mulai sering menghabiskan waktu di taman, entah sekedar bercerita atau belajar bersama, sehingga niat dihati Hadi untuk melamar Senja pun di ungkapkan lelaki itu. “Menikah lah denganku,” kata Hadi, membuat Senja membulatkan matanya penuh. “Hadi, kita ini—“ “Kuliah?” “Ya. Apa kamu lupa?” “Memangnya kenapa? Aku sudah 20 tahun dan kamu 18 tahun. Meski kita menikah nantinya, kita tidak akan berhenti kuliah, kita akan sama-sama mengejar titel,” jawab Hadi, membuat Senja terdiam. “Aku janji. Menikah denganku tidak akan membuatmu terbebani.” “Tapi—“ “Kia, kamu tidak percaya padaku?” “Aku percaya, tapi—“ “Kamu ragu?” Senja menganggukkan kepala. “Aku tahu. Usiamu masih muda, namun menurutku daripada menjalin hubungan yang lama dan tidak memiliki kejelasan, mending kita menikah dan menjalin hubungan yang halal setelah itu.” Senja terdiam seribu bahasa, dia berperang dengan pikirannya, ia harus menentukan pilihan, meski terkadang hatinya menolak. Usianya terlalu muda untuk menjadi Ibu rumah tangga, namun menjalin hubungan yang halal lebih baik daripada menjalin hubungan yang tak tahu membawa hubungan itu kemana. “Jika kamu menolak, aku nggak akan memaksamu,” kata Hadi. Senja menghela napas panjang. “Baiklah. Aku mau menikah dengan kamu.” *** Setelah Senja setuju menikah dengan Hadi, semua persiapan pun di lakukan, awalnya kedua orangtua Senja tidak setuju karena alasan usia Senja masih 18 tahun dan harus menikah di usia dini seperti itu. Kedua orangtuanya pun tak yakin jika Senja bisa mengurus suami dan anak-anaknya kelak, namun perempuan itu tetap keukeuh dan tidak ingin menikah dengan siapa pun selain Hadi. “Jadi, kamu yakin sekarang?” tanya Jihan, membuat Senja menganggukkan kepala. “Jadi, sekarang kamu membuktikan bahwa perkataanmu benar? Berpacaran dan berakhir dengan pernikahan?” “Iya, Jihan.” “Kamu yakin menikah semuda ini?” “Insha Allah aku yakin,” jawab Senja. “Kamu memang memiliki pemikiran yang hebat.” “Ha ha. Kamu bisa saja.” Flasback Off.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

The Ensnared by Love

read
103.9K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.4K
bc

Broken

read
6.4K
bc

Mrs. Rivera

read
45.4K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook