bc

Cinta Tulus Ayra

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
opposites attract
heir/heiress
like
intro-logo
Blurb

"Jika cinta itu tulus, lalu buktikan ketulusan itu"

Perjalanan kisah kasih Ayra yang hampir sempurna namun sebuah insiden membuat hidupnya seketika berubah. Hidup penuh lika-liku harus tetap ia jalani meskipun berat.

"Lo itu istri ga guna!!" Sebuah ucapan yang berhasil meruntuhkan seluruh hidupnya seketika.

Dihina, dicaci maki, dan hampir kehilangan nyawa pun ia jalani. Tetap bertahan karena sebuah paksaan. Namun ia tetap berdoa agar kembali mendapatkan kebahagiaannya.

Apakah kisah Ayra berakhir bahagia ataukah kesedihan?

chap-preview
Free preview
Cinta Tulus Ayra 01
Jika cinta ditakdirkan untuk bersama maka sebesar apapun badai cobaannya akan tetap bertemu dalam sebuah rasa yang tak pernah lenyap "Saya akan meninjau langsung kesana" ucap seseorang dengan senyum manis di bibirnya yang terukir sempurna. "Baiklah" Setelah panggilan benar benar terputus, ia meletakkan ponselnya di atas meja kerja miliknya. "Jika saja.. " Ucapannya terhenti saat suara ketukan menginterupsi kegiatannya. "Masuk" Terlihat seorang wanita cantik yang masuk dengan menggunakan pakaian kerjanya yang rapi. "Maaf nona muda. Diluar ada tamu yang ingin bertemu dengan nona" ucap wanita itu Gadis yang duduk di atas kursi singgasana kebanggaannya itu mengangguk. Dengan bertumpu pada meja, ia berdiri dari posisinya. "Tapi dia adalah rival bisnis anda nona" Sebuah kalimat yang berhasil membuat langkah kakinya terhenti. Kerutan di dahinya seolah menanyakan perihal apa rivalnya itu datang ke gedung pencakar langit miliknya ini. "Dia datang bukan dengan tujuan yang baik" tuduh wanita yang bekerja sebagai sekretaris itu. "Kau terlalu curigaan, Mona" ucapnya dengan tersenyum sembari menepuk bahu wanita itu. Dengan langkah perlahan ia membuka pintu dan melihat seorang wanita yang duduk dengan anggun di ruang yang sengaja di siapkan khusus untuk tamu. "Nyonya Laura" sapanya dengan sangat ramah tanpa memandang siapa wanita di hadapannya itu. Meskipun di dunia bisnis mereka adalah rival, tetapi ia tetap menunjukkan sikap tenang. "Nona Ayra" ucap Laura dengan berdiri dari duduknya. "Apa saya mengganggu waktu anda?" tanya Laura. "Sangat menggangu" celetuk Mona "Tidak, silahkan duduk" ucap Ayra "Perihal apa anda kemari? Suatu kehormatan perusahaan saya di kunjungi oleh sang pembisnis hebat" ucap Ayra "Bukan hal yang penting sebenarnya. Hanya saja saya sengaja datang langsung untuk mengundang anda ke acara wedding anniversary saya" ucap Laura "Wow tentu saja saya akan datang. Apalagi anda dengan repot-repot datang secara langsung untuk mengundang saya" ucap Ayra dengan tersenyum "Baiklah kalau seperti itu sepertinya saya harus pergi karena ada beberapa urusan penting yang harus saya kerjakan" ucap Laura "Secepat ini?" "Ya, sayangnya begitu" "Hati-hati dan terima kasih karena telah meluangkan waktu nyonya untuk datang kemari" ucap Ayra ketika Laura beranjak dari tempatnya. "Kau gadis yang manis" ucap Laura dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam lift. "Nona kenapa anda menerima undangan itu? Bukankah... " "Jika rival lalu kenapa? Kita bersaing di dunia bisnis dan hal itu sangat wajar. Tetapi secara personal, kami tidak ada masalah apapun" ucap Ayra dengan santai sambil masuk ke dalam ruangannya. Mona menggelengkan kepalanya. Ia heran kepribadian seperti apa yang di miliki oleh atasannya itu. "Hei!!" Mona tersentak dengan ucapan seseorang yang secara tiba-tiba muncul di hadapannya. Pria dengan tubuh yang menjulang tinggi namun terbalut dengan pakaian sederhana. "Ayra ada di dalam?" tanya pria tersebut "Ah iya ada" ucap Mona terbata-bata. "Jangan keseringan ngelamun" "Ah eh iya" "Sayang" Senyuman terukir dengan manis di bibirnya kala melihat sang kekasih yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Rakha" Ayra tersenyum sekaligus terkejut melihat kedatangan kekasihnya itu secara tiba-tiba. "Kau terlalu sibuk sampai-sampai melupakan makan siangmu. Coba lihat sekarang jam berapa" Rakha menaikkan alisnya dan bersedekap d**a. "Baru jam... What? Udah jam 2?" pekik Ayra yang tidak menyadari berjalannya waktu dengan sangat cepat. Rakha menyentil kening kekasihnya itu dengan gemas. "Aku tau kau sibuk dengan pekerjaanmu. Tapi jangan lupakan kesehatanmu juga" ucap Rakha "Yaaaa aku tau itu" Ayra menatap Rakha yang duduk di atas meja kerjanya dengan menatap kekasihnya. "Sekarang makan dulu" Rakha menarik tangan Ayra dan membawanya ke sofa. Tangan pria itu berkecimuk untuk membuka paperbag yang ia bawa. "Apa ini?" "Ayam panggang dan salad kesukaan kamu" ucap Rakha. "Wowww makaci" ucap Ayra dengan lucu. Ayra melahap makanan yang dibawa oleh Rakha. Sedangkan Rakha sibuk menatap wajah orang yang begitu ia cintai. Sesekali Rakha menyelipkan rambut Ayra yang menjuntai. "Kau wanita yang sangat sukses. Berpendidikan dan memiliki penghasilan besar" ucap Rakha membuat Ayra menghentikan sejenak aktivitas makannya. "Apa kau tidak malu memiliki aku yang hanya seorang pekerja buruh di proyek?" tanya Rakha. "Untuk apa aku malu?" "Aku tidak pernah memandang seseorang dari latar belakangnya" "Tapi kau pantas mendapatkan yang lebih baik dari aku" ucap Rakha yang tiba-tiba merasa rendah diri. "Lalu? Itu tidak penting bagiku. Akan ku tunggu kau menjadi seorang pengusaha sukses sekaligus dokter seperti apa yang kau cita-citakan" ucap Ayra dengan tersenyum hangat. "Aku beruntung memiliki kamu" "Tapi aku jauh lebih beruntung mendapatkan pria yang pekerja keras dan begitu romantis" ucap Ayra Ayra meletakkan makanan yang sudah ia lahap habis itu di atas meja kemudian membereskannya. "Biar aku saja" Rakha mengambil alih aktivitas yang dilakukan oleh Ayra. Pria itu kemudian berdiri dan membuang sampah sisa makanan ke tempat sampah. "Perhatiannya" celetuk Ayra dengan tertawa kecil. "Apa yang engga untuk ratuku" Rakha terkekeh pelan sembari mengusap rambut Ayra. Rakha menatap jam tangan yang ia pakai di pergelangan tangannya. "Baiklah karena jam istirahat ku sudah habis jadi saya pamit undur diri baginda" ucap Rakha dengan menundukkan badannya membuat Ayra tertawa. "Hati-hati dan jangan mengebut waktu berkendara" "Siap baginda ratu" Rakha melangkahkan kakinya menuju pintu yang hanya berjarak kisaran 1 meter dari arah tubuhnya ia berdiri saat ini. "Aku mencintaimu" ucap Rakha dan keluar dari ruangan mewah itu. "Aku juga" Ayra tersenyum dengan sangat manis. Entah mengapa bersama dengan Rakha membuatnya begitu bahagia. *** Suara angin yang merdu seolah menghantui dirinya saat ini. Lambaian pohon seolah menyapa kedatangannya kali ini. Bukan untuk yang pertama kali namun hampir setiap hari tempat inilah yang ia kunjungi untuk meluapkan rasa rindu. Semerbak bunga masuk ke dalam indra penciumannya. Hanya air mata yang selalu setia menemani dirinya setiap kali menapakkan kakinya di tanah yang menyimpan banyak kenangan itu. "Tujuh tahun yang lalu.... Kalian masih hadir untuk mendekapku ketika aku mengadu. Kalian begitu berharap melihat putri kalian satu-satunya menjadi wanita yang sukses. Dan sekarang putri kalian ini sudah seperti apa yang kalian inginkan. Lalu kenapa mama dan papa tidak bangun untuk melihat dan bangga sama pencapaian Ayra?" Lelehan air mata mulai membasahi pipi gadis itu dan membentuk anakan sungai. "Cinta kalian begitu besar sama Ayra. Sehingga membiarkan aku tumbuh menjadi wanita yang kuat dan tidak manja. Wanita yang bisa hidup mandiri" "Jika bisa memilih, aku ingin kalian kembali hadir di sisi Ayra dan kehilangan semua apa yang aku punya. Daripada memiliki segalanya tetapi kehilangan kalian di hidup Ayra" Lutut gadis itu seketika lemas dan terjatuh di antara dua gundukan tanah yang didalamnya terkubur mayat kedua orang tua Ayra. Ayra menghapus air matanya dan perlahan menaburkan bunga di atas makam kedua orang tuanya. "Ayra sayang sama mama papa" lirih Ayra "Rasa sayangmu akan sampai pada mereka. Di alam sana, mereka pasti tersenyum bangga melihat putri tercinta mereka menjadi wanita yang sukses dan kuat" Elusan di kepala Ayra membuat gadis itu mendongak. Rakha. Pria itu tersenyum dengan sangat manis dan mulai berjongkok untuk mensejajarkan posisi mereka. "Kau tidak bisa merubah apa yang menjadi takdir. Sekalipun kau menangis darah jika takdirnya mereka sudah tiada maka akan tetap seperti itu. Yang harus kau lakukan sekarang adalah kau harus berusaha melupakan semuanya" "Melupakan mama dan papa?" Rakha menggeleng sembari menyurai rambut panjang Ayra yang sangat indah. "Melupakan penderitaan dan tangisan yang telah kau lalui. Kamu harus bebas dari semua rasa itu dan memulai hidup bebas dengan segala rasa kebahagiaan" ucap Rakha. "Kebahagiaanku ada di mama dan papa" lirih Ayra. "Bukan berarti kamu tidak bisa mencari kebahagiaan yang lain bukan?" "Di dunia ini kita tidak bisa hidup bergantung kepada siapapun. Karena ketika mereka pergi maka seluruh hidup kita akan hancur. Kita boleh mencintai tetapi sewajarnya. Karena apa yang menjadi milik Tuhan maka akan kembali pula kepada Tuhan" Senyuman manis yang sangat menenangkan itu berhasil membuat hati Ayra luluh. Ayra memeluk tubuh Rakha dengan erat. Seolah tidak ingin kehilangan satu-satunya orang yang menjadi sumber kebahagiaannya saat ini. Rakha adalah orang yang selalu ada di sisinya ketika suka maupun duka. "Berjanjilah kamu gak akan ninggalin aku" ucap Ayra "Aku mencintaimu. Sungguh-sungguh aku sangat mencintai kamu Ayra. Aku akan selalu ada di sisimu selama Tuhan berkehendak" ucap Rakha membuat pelukan Ayra semakin kuat. Entah mengapa ia begitu ketakutan jika suatu saat nanti Rakha pergi meninggalkan dirinya. "Udah mulai turun hujan. Ayok pulang nanti kamu sakit" ajak Rakha dan melepas jaketnya untuk ia jadikan payung karena rintik hujan mulai membasahi tanah pemakaman itu. Ayra mendongak kala sebuah jaket menutupi kepalanya. Rakha hanya tersenyum teduh. Senyuman yang begitu membuat Ayra tergila-gila. Senyuman yang selalu menenangkan dirinya. "Aku berharap kita ditakdirkan untuk bersama" ucap Ayra "Aku harap kamu adalah orang yang selalu menjadi pendampingku" ucap Rakha Rakha memeluk tubuh Ayra dan mendekapnya agar tidak terkena oleh rintik hujan. Langkah kaki keduanya perlahan menjauh dari pemakaman yang sudah basah oleh air hujan. Bau tanah bercampur air hujan kini menemani keduanya yang sedang meneduh di salah satu warung yang dekat dengan pemakaman tersebut. "Terima kasih" ucap Ayra. "Aku gamau kamu sakit" Rakha beralih ke ibu penjaga warung. "Bu teh hangat dua ya" ucap Rakha Ayra yang duduk lesehan dan hanya beralaskan sebuah karpet begitu menikmati aroma hujan yang begitu ia sukai. Rakha menyusul duduk di sampingnya. "Wanita pecinta hujan yang begitu aku puja" lirih Rakha membuat Ayra menoleh. Gadis itu mengalihkan pandangannya dari rintikan hujan yang menurutnya sangat indah. "Cinta itu rumit ya" Ayra mengerutkan keningnya mendengar penuturan tersebut. "Kenapa rumit?" tanya Ayra "Aku bahkan gatau mengapa bisa aku mencintaimu. Aku juga gatau kapan cinta itu muncul. Bahkan aku tidak mengerti bagaimana bisa aku begitu tergila-gila oleh wanita sesempurna kamu. Dan bahkan dilihat dari latar belakang kita saja sudah terlihat jelas kalau aku ga pantas bersanding sama wanita seperti kamu. Tapi aku berjanji aku akan berusaha sebaik mungkin untuk bisa bersama kamu. Dan agar aku pantas menjadi suami kamu" ucap Rakha dengan penuh rasa percaya diri. "Aku lebih menyukai Rakha yang optimis bukan yang selalu merasa pesimis" ucap Ayra dengan menggenggam kedua tangan Rakha. "Terima kasih karena kamu mau memilih aku di saat kamu punya banyak pilihan" Percakapan keduanua terinterupsi karena kedatangan ibu penjaga warung yang menyuguhkan dua gelas teh hangat sesuai pesanan Rakha tadi. "Kalian pacaran ya?" tanya sang ibu "Sebentar lagi kita akan melangsungkan pernikahan" jawab Rakha. Karena memang benar, mereka telah merencanakan pernikahan dan persiapan hampir lima puluh persen. "Semoga lancar sampai hari H nya ya" ucap sang ibu "Terima kasih bu" ucap Ayra dengan senyum manis sedangkan sang ibu kembali ke area dapur. Rintik hujan masih terus berjatuhan membasahi tanah bumi yang semula kering menjadi teman bagi dua insan yang sedang menikmati indahnya suara gemercik hujan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook