Penglaris

1911 Words
Aku mulai mengurangi frekuensi ku berkomunikasi dengan bang Joe. Itu sengaja aku lakukan agar Si M ikutan jaga jarak dengannya, dan itu berhasil, entah sebenarnya aku yang menginginkannya atau si M sendiri. Jika di hitung-hitung hanya sekali atau dua kali dalam sebulan aku komunikasi dengan nya dan si M benar-benar melupakan bang Joe, aku mengetahuinya karena M sudah tidak pernah bertanya lagi atau berambisi, mengetahui soal bang Joe saat aku menyebut namanya atau saat aku ngobrol chat dengannya. Harapanku semoga dia benar-benar melupakan dan gak akan pernah lagi jatuh cinta pada manusia seperti yang dia rasakan ke Bang Joe. ••• Ting Terdengar suara notifikasi dari ponselku, ada pesan w******p masuk, setelah kubuka, ternyata dari grup WA keluarga. [Sore ini kita ketemuan yuk! Makan bakso, katanya bakso ini tuh enak banget loh!] Ajak Ami salah satu saudara perempuanku. Yang kemudian di respon balik dengan saudara ku yang lain dengan balasan [Okey] Kami sepakat sore itu janjian ketemuan di rumah saudara kami yang paling tua, yang kebetulan lokasi penjual baksonya lumayan dekat dari tempat tinggalnya. Aku berdua Ami tancap gas menuju ke rumah kakak, lumayan jauh memakan waktu satu jam-an, maklum kami berdua tinggal jauh dari perkotaan. Sementara dua saudaraku yang lainnya memilih tinggal di tengah kota. Sesampainya di rumah Kakak, ternyata mereka sudah menunggu kami dan kami yang waktu itu berempat langsung OTW cus ... menuju ke lokasi yang Ami maksud. Ami doyan banget dengan bakso, makanan berkuah yang disertai bulatan daging ini selalu jadi makanan nomor satu untuknya, jadi jika mendengar ada bakso yang enak dia sangat bersemangat untuk mencicipinya, terlebih-lebih jika ada bakso yang mendadak viral, seperti salah satu bakso yang kami datangi hari ini. Rasa penasaran dia lebih besar, pikirnya kenapa bisa bakso pikul yang stay di pinggir jalan kok bisa seenak itu dan pembelinya juga sampai full dan mengantre banyak. Makanya hari ini dia sengaja mengajak aku buat pastiin, apakah bakso ini aman, apakah ada sesuatu atau memang dasar baksonya yang memang enak. Hm ... karena diajak, aku sih oke-oke aja, apa lagi dia yang traktir hehehe .... Bukan cuma Ami sebenarnya, saudaraku yang lain juga melakukan itu, mereka memang suka bertanya padaku jika ingin jajan bakso atau makanan lain yang dijual di luar rumah. 'Ini aman gak, ada penglaris nya nggak, ada pesugihan nya gak?!! Pokoknya nya pertanyaan mereka, ya seputar itu ketika ingin membeli makanan khususnya bakso. Sesampainya di sana kami parkir tepat di bawah pohon tua yang besar dengan daunnya yang nyaris tak ada. Ternyata lokasinya tepat dipinggir jalan besar. lokasinya cukup strategis, aku pikir ini juga jadi nilai poin buat penjualnya karena letaknya di tengah kota dan dipinggir jalan pula, jadi mudah bagi orang-orang untuk mampir. Gak ada yang terlihat aneh, biasa aja, kami berjalan mendekati abang penjualnya, sudah ada beberapa pembeli di meja lain yang sedang asyik menyantap makanan mereka. Kedua bola mataku masih mengamati sudut-sudut yang ada di sekitar lokasi. Aku berjalan menuju kearah bangku kosong sambil masih fokus menatap sekeliling, aku geser bangku panjang itu, kemudian aku duduk dan masih mencoba mengamati hal-hal yang sekiranya ada yang menarik perhatianku. Sejak tiba dan turun dari motor, pandanganku memang langsung tertuju pada pohon kering yang tumbuh tepat di depan gerobak si penjual. "Bukan dia, yang bikin baksonya enak.” Terdengar suara lembut seorang perempuan yang tak asing di pendengaran ku, sempat ngagetin sih! Tapi kan sudah terbiasa. Iya siapa lagi kalau bukan si M. Hm ... tumben dia ikut, biasa juga nggak. Aku memang sedari tadi sedang memandang pohon tua itu. Menarik perhatian lantaran muncul sosok hitam kurus melepuh yang menempel di pohon itu dengan mata melotot yang sebelumnya tadi tak ada. Jadi itu alasan kenapa si M bilang kalau dia bukan tersangkanya. "Terus kalo bukan dia, lalu apa?" tanya ku balik ke si M. • • Oh iya, cara aku dan si M berkomunikasi melalui batin terlebih jika di sekitar kami ada orang lain, aku memang sudah membiasakannya, menahan diri untuk tidak bersuara jika ngobrol dengannya, menghindari respon orang yang ada di sekitar kami, agar tak menarik perhatian mereka. • • "Kalian mau pesan bakso atau mie ayam?" tanya Mela pada kami, yang membuyarkan obrolanku dengan si M. Mela salah satu saudaraku yang lain. Ternyata di satu area ini, bukan cuma ada penjual bakso tapi ada mie ayam juga dengan gerobak yang berbeda. "Aku bakso" ucapku singkat lalu kembali fokus dengan si M. Selang tak berapa lama menunggu, akhirnya pesanan kami datang. "Eitt!! Jangan lupa baca doa." ucapku mengingatkan Mela yang terlihat hendak menyuap bakso pesanannya tanpa berdoa. "Oh iya lupa" ucapnya singkat sembari senyum-senyum tipis "Bismillah" Begitu suapan pertamaku .... "Linn, itu yang bikin jualan dia banyak yang beli" ucap si M. Aku memang sedang duduk membelakangi abang penjualnya tapi entah bagaimana aku bisa melihat dan serasa menoleh ke abang penjualnya yang berjarak kurang lebih satu meter dari posisi aku duduk, Laki-laki itu memercikkan air yang sedikit berminyak ke sekitar gerobak dan ke kuah bakso juga ke yang lainnya, lalu membasuh wajah dan rambutnya dengan menggunakan air tersebut, sambil tersenyum menatap para pembeli yang sedang asyik menikmati bakso dagangannya. "Serius, kamu mau makan?" tanya Si M padaku saat aku usai membaca doa dalam hati dan melanjutkan untuk menyantap. "Emang gak boleh dimakan ya?" tanyaku balik "Ya, boleh sih, cuma ....?!" "Cuma apa Em mm ....." tanyaku lagi Rupanya abang penjual itu menggunakan penglaris dengan sarana air untuk memikat para pembelinya. Dan benar kata Ami, belum lama kami duduk tempat itu sudah full bahkan sampai banyak yang antre dan sebagian pembeli yang datang itu menggunakan kendaraan roda empat. "Linn, gimana, aman gak!?" bisik Ami pelan. "Hemm ... aman aja" ucapku singkat. Sambil menyantap bakso yang kemudian di susul oleh saudaraku yang lain, yang ikut menyantap bakso mereka masing-masing. Dalam hitungan menit kami selesai makan dan menghabiskan minuman kami yang tertinggal sedikit, sedotan terakhir adalah pertanda kami harus segera beranjak dari situ, karena pembeli lain yang sedang mengantre, terus melirik kearah kami. Aku dan saudaraku yang lain segera beranjak dari posisi kami. Ami menuju abang penjualnya untuk membayar semua pesanan yang kami makan tadi, sementara kami menuju kendaraan yang kami parkir melewati sosok hitam yang masih melekat di pohon kering itu. Entah kenapa bakso yang aku makan tadi itu rasanya hanya sampai di tenggorokan dan minta segera dikeluarkan, karena gak enak dengan pembeli lain, aku coba tahan supaya tak memuntahkannya di sini. Sesampainya di rumah saudara, aku segera berlari ke kamar mandi, dan mengeluarkan semuanya tanpa tersisa apa pun. Aku memang selalu begitu, setiap kali memakan makanan yang menggunakan hal-hal seperti itu, kalo gak sakit kepala, mual, ya muntah. Itu adalah sebagian reaksi yang aku alami saat mengetahui makanan yang aku makan itu mengandung hal gaib. Sementara si Ami dan yang lain terus memuji kalo bakso tadi enak banget, padahal menurut aku biasa aja, enak tapi gak pakai banget, lagian kenapa si M gak cerita dari mana asal air yang di gunakan oleh si abang penjual tadi. ••• Karena rasa penasaran, keesokan harinya aku tanya dengan temanku yang lebih paham mengenai hal ini, kebetulan dia seorang indigo, untuk meyakinkan saja, aku bertanya soal penglaris dan pesugihan, bagaimana kedua hal itu jika sampai di konsumsi, apa efek dan resikonya untuk manusia yang tanpa sengaja mengkonsumsi nya. Ternyata kata dia berbeda, penglaris masih di katakan aman jika sarana air (selama bukan air comberan, keringat dan sejenisnya yang ini sih menurut aku seram juga jika dibayangkan meski sama-sama air). Berbeda dengan pesugihan yang menggunakan sarana Jin seperti Buto ijo, Genderuwo, pocong, dan lain-lain, biasa dengan menggunakan air liur, air kencing, bulu atau yang lainnya yang berasal dari sosok sosok tersebut dan biasanya juga mereka meminta tumbal yang seperti ini yang dikatakan berbahaya, sangat berbahaya. Tapi mau menggunakan apa pun tetap aja seram kalo dagangan ada begituan nya, apalagi jika itu sesuatu untuk di makan. Aku selalu parno setiap makan di luar rumah. Ahh !! Rasanya sedikit lega, setelah semua isi perut aku keluar in, lebih terasa ringan. Yang anehnya kenapa saudara-saudara aku biasa aja, padahal mereka sudah aku beritahu, jika si abang bakso gunakan penglaris untuk dagangannya, yah meski sarana penglaris nya adalah air. kenapa mereka gak mual an munt*h seperti yang aku alami. Dan entah ke mana si M, kenapa tiba-tiba menghilang begitu saja, dia selalu seperti itu. bukan mencari tahu soal asal dari mana air yang di gunakan oleh penjual itu. Bisa saja aku mencari tahu tanpa bantuannya, tapi aku selalu berusaha untuk tidak memasuki yang bukan ranah ku, karena jika aku bersikeras melanjutkannya akan ada resiko yang harus aku terima dan selama ini aku berusaha menghindari itu. Aku berusaha untuk tidak mengundang mereka, karena jika aku mencari tahu soal mereka, orang yang ada di balik sosok itu akan mendatangiku balik bahkan mereka tak segan-segan untuk menyakiti siapa aja yang mengusik urusan mereka. Itu alasan kenapa aku berharapnya si M yang mencari tahu soal itu, tapi si M pasti punya alasan juga kenapa dia ikutan menghindar dan kabur. Penglaris di kawasan tempatku tinggal lumayan banyak, sebagian dari mereka menggunakannya untuk menarik perhatian pembeli, beberapa dari mereka juga menggunakan pesugihan, aku menemukan beberapa diantaranya menggunakan sosok Buto ijo, Genderuwo dan siluman kera. Dan semua kebanyakan penjual makanan yang berkuah seperti bakso, mie ayam, dan lain-lain, tapi tidak menutup kemungkinan yang lain juga demikian, contohnya seperti di tahun baru kemarin para penjual jagung beramai-ramai menjajah kan jagungnya hingga aku melihat satu dari mereka menggunakan penglaris untuk menarik para pembeli. Uang sudah membutakan, mata hati mereka, padahal jika benar-benar memahami siapa pemilik rezeki itu, mereka tidak perlu menggunakan penglaris atau pun pesugihan. cuma ya sifat serakah dan kurang bersyukurnya manusia membuat rezeki yang halal itu sulit didapat. padahal sudah jelas ada kalimat yang berbunyi seperti ini .... 'Jika kamu bersyukur maka Allah akan menambah nikmat itu' Berusahalah dijalan yang benar dan mintalah keberkahan, Allah pasti tidak menyia-nyiakan doa yang kita tujukan Kepada-nya. Aku ingat ada satu kejadian, waktu itu sepupu aku minta aku menemani dia ke satu tempat, yang aku sama sekali gak tahu kalau itu adalah tempat orang pintar alias dukun. Sepanjang jalan aku hanya mendengarkan cerita sepupuku itu soal orang pintar itu, bagaimana orang itu dengan mudah mengobati orang, menyembuhkan orang yang terkena guna-guna, termaksud membuat penglaris, rupanya sepupu aku itu mendatangi tempat itu untuk penglaris. Dia mengira penglaris yang dia inginkan itu penglaris biasa. Aku nggak tahu apa yang mereka bicarakan dalam kamar berukuran 3x3 meter itu. Beberapa menit menunggu akhirnya pria yang terlihat berusia 35 tahunan itu keluar dengan memberi bungkusan kain berwarna putih yang di gulung memanjang ke sepupu aku. Kemudian sepupu aku pamit, ada yang aneh saat aku pulang aku melihat seorang laki- laki muda beserta pria tadi sedang menggali tanah, dua kali cangkul lalu dia memasukkan bungkusan kain berwarna putih kemudian menguburnya. "Linn, kamu kenapa?" ucap sepupuku sambil menyentuh lengan ku. "Enggak ... gak apa-apa kok." jawabku pelan. Aku nggak mungkin cerita dengan apa yang barusan aku lihat karena percuma saja, yang ada kami berdebat tanpa ada ujungnya karena aku tahu dia tidak akan percaya. Dua hari kemudian, sepupu aku menghubungiku via telepon dia cerita kalo dia mimpi didatangi pocong dan katanya itu seperti nyata. Dia ketakutan sekali kemudian dia memberanikan diri membuka bungkusan yang diberikan oleh pria itu, betapa terkejutnya dia karena dalam bungkusan itu berisi boneka yang berbentuk seperti pocong, kemudian tanpa pikir panjang dia buang kelaut bungkusan itu, dia menyesal karena sudah datang ke tempat itu, Dia menyesal dan berjanji tidak akan datang ke tempat itu lagi, Alhamdulillah sejak dia menyadari kesalahannya dan lebih meminta kepada Allah, dagangan dia juga semakin laris manis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD