Balik ke Kisah Renita

1528 Words
Kisah William dan Tomy sangat tragis, terkadang keadaan yang rumit bisa membuat segalanya jadi terasa aneh untuk dilalui. Bukan hanya kisah kedua bocah itu. Kisah Renita pun juga demikian. Renita anak perempuan yang di bully oleh teman-temannya juga memiliki kisah yang nyaris mirip dengan Ibu William. Tapi perbedaannya ibu William mengulang kesalahan yang sama dengan mengorbankan Rumini dan Tomy. Sementara Renita dia malah memilih membantu Arnita anak perempuan yang dirasukinya untuk membalas setiap bully an yang dia terima dari teman-temannya. Dua anak perempuan dengan alam yang berbeda itu bukan tidak sengaja bersatu karena sekolah yang mereka tempati belajar adalah sekolah yang sama. Siapa pun sosok yang datang dari masa lampau atau dari alam sebelah, jika mereka kembali berniat ingin membalaskan dendamnya atau sebaliknya biasanya ada satu hal yang menghubungkan mereka dengan orang yang akan mereka dekati atau dirasuki, dan itu bisa berupa apa pun dalam bentuk apa pun. Begitu pula dengan Warsini dan Rumini, mereka bisa bersatu karena bekerja di tempat yang sama. Kali ini si M menyambung cerita Renita yang sebelumnya pernah dia ceritakan dulu ARNITA Arnita adalah seorang siswi SMP di sekolah yang sama dengan Renita. Kisah Renita sudah pernah aku ceritakan sebelumnya sama seperti kisah William, pun juga demikian. Renita adalah anak perempuan yang pemalu, lebih banyak diam hingga teman-temannya menganggapnya aneh. Kenapa cerita ini kembali aku lanjutkan itu karena aku pun penasaran dengan nama yang si M sampaikan bahwa Arnita adalah Renita. Lanjut ... Arnita memilih duduk di pojok kan kelas, sementara teman-temannya berhamburan keluar kelas saat jam istirahat tiba. Ketika sudah sepi dia berjalan pelan keluar menuju kantin tapi saat melihat beberapa teman yang suka mengganggunya dia berhenti tidak melanjutkan niatnya. Dia memilih duduk di bangku kosong dibawah pohon menunggu dan berharap mereka segera pergi agar dia bisa ke kantin karena perutnya sudah terasa sangat lapar. Baru saja hendak berdiri tubuh kurus Arnita dikagetkan dengan dorongan tangan dan suara perempuan yang tak lain adalah suara kakak kelasnya beserta genk nya. "Hey kurus mau ke kantin ya, ingat! Belikan kami juga, sana cepat! Kami tunggu di sini. Awas kalau nggak!" perintah salah satu siswi yang postur tubuhnya lebih besar dari yang lainnya, dia mendorong tubuh Arnita yang nyaris jatuh tersungkur jika saja dia tak gesit menjaga keseimbangannya. "I ii iyyaaa Kak!!" sahut Arnita seperti biasa, dia hanya diam menundukkan kepalanya dan mengikuti perintah, berjalan menuju ke penjual jajan tepatnya ke ibu kantin yang sempat melirik ke arahnya. "Beli apa neng!" Sahutan ibu kantin membuat Arnita tersadar sesaat dari lamunannya ketika sampai dihadapan ibu kantin. Melihat gelagat Arnita yang kemudian berbalik menatap ke arah teman-teman yang menungguinya. Ibu kantin sudah paham jika ada yang tidak beres. "Mereka ganggu kamu lagi ya, sudah gak usah dihiraukan. Mereka memang bandel!" ucap Bu kantin seperti biasa, namun tetap tidak bisa menyelamatkan dirinya dari amukan kakak kelasnya jika apa yang mereka inginkan tidak dia penuhi. "Gak apa-apa Bu, saya mau ini, ini dan ini." ucapnya sambil menunjuk ke beberapa camilan yang biasa mereka inginkan. Setelah membayar Arnita kembali ke mereka dan memberikan apa yang dia beli. Salah satu dari mereka merampas sodoran camilan dari tangan Arnita. "Nah gitu dong, Tumben pintar! Kami gak perlu buang tenaga kan teriak-teriak dan menghajar kamu jika kamu nurut begini!" Dari kejauhan ibu kantin kembali menyaksikan apa yang mereka lakukan pada gadis itu, sesaat dia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Untungnya setelah itu mereka pergi, berharap ada camilan yang tersisa namun telah diambil semua oleh mereka. Harapan itu kembali sirna membuatnya tidak bisa lagi menikmati uang jajan yang orang tua berikan padanya. Gadis itu diam dan terduduk di bangku kantin sambil menahan laparnya. Melihat itu Ibu kantin yang dari tadi merhatiin berbaik hati memberinya kue dan segelas air mineral pada nya. "Mereka itu memang anak-anak nakal, ini kamu makan terus kembali ke kelas ya, gak usah di bayar, Ibu kasih gratis." Ibu kantin memang terkenal baik apalagi dengan dirinya. " Terima kasih ya Bu, ibu sudah baik banget sama saya." "Ya neng sama-sama!" Usai menikmati pemberian ibu kantin dia kembali ke kelas. namun sayang, lagi-lagi ada mereka yang sengaja menunggu hanya untuk menghadang dirinya. "Ah!! Sialan mereka lagi mereka lagi. Pasti mereka mau mengusikku lagi, gak cukup apa mereka sudah merampas uang saku ku hari ini." Arnita tetap saja berjalan meski dalam benaknya sibuk mengira-ngira bakal apa yang akan terjadi saat dia melewati mereka. "Aman!" pikirnya, namun saat langkah terakhir seseorang menghadang kakinya hingga dia jatuh tersungkur. "Ha haa, Ha haa ..!!" Sontak mereka terbahak, tertawa lepas tanpa ada beban dan rasa bersalah. Arnita bangkit dan menahan ras a nyeri pada lututnya. Dia terus saja berjalan menuju ke kelasnya tanpa menoleh ke mereka yang menertawakan dirinya. Ada rasa kesal, benci dan amarah yang tertahan, dulu sudah pernah dia lampiaskan namun dia kalah banyak dari mereka. Sementara Arnita sendiri dengan tubuh kurusnya apa yang bisa dia lakukan. Jawabannya tidak ada! Arnita ingin sekali menceritakan pada orang tuanya tapi dia takut. Jika ke orang tua saja dia takut apalagi ke guru-guru di sekolahnya. "Biar saja pasti nanti mereka bosan sendiri dan berhenti mengganggu ku." ucapnya pelan mencoba membesarkan hatinya sendiri. °°° Satu hari di jam olah raga semu a membawa pakaian olah raga dan usai berolah raga Arnita ingin mengganti pakaiannya namun di kamar mandi dia sudah di tunggu oleh kakak kelasnya. Saat Arnita masuk, mereka mengunci ruangan itu dan memulai aksinya. Tadi sewaktu usai berolah raga mereka menemukan ulat pada daun dan mereka sengaja mengambil ulat itu untuk di jadikan bahan bully-an mereka ke Arnita. Belum sempat mengganti pakaiannya dua orang sudah memegangi tangannya. Arnita berusaha memberontak. "Jangan kak! Jangan!!" teriaknya memohon supaya mereka tidak mengganggunya. "Jangan kak! Jangan!!" mohon nya sekali lagi saat melihat salah satu dari mereka mengeluarkan ulat dan menakuti-nakuti Arnita. Lalu mereka mencoba memasukkan ulat itu ke dalam mulutnya. Tubuh kurusnya masih mencoba menepis, berusaha menyembunyikan wajahnya dan menutup rapat mulutnya. Tapi jari lain memegang dagunya dan memaksa dia untuk membuka mulutnya. Arnita sudah berusaha namun akhirnya mereka berhasil memasukkan ulat daun itu ke dalam mulutnya dan memaksanya untuk mengunyahnya. "Kunyah!! Cepatt!!" perintah perempuan berbadan bongsor yang sepertinya pemimpin genk itu. Dengan air mata berlinang Arnita menuruti perintah kakak kelasnya itu, mengunyah dan memakan ulat daun tersebut dengan perasaan yang sangat ketakutan. Meski ulat daun itu kecil Arnita sangat takut pada binatang melata satu itu sejak dia duduk di bangku sekolah dasar. Mereka meninggalkan tubuh kurus itu menangis di sudut ruang kamar mandi. Arnita menangis sejadi-jadinya sambil berusaha memuntahkan sisa kunyahan ulat yang menempel pada area mulutnya dan giginya. Kedua tangannya memegang erat tepian bak mandi, mengerang kecewa pada diri sendiri, mengatai diri sendiri 'goblokk!' Karena tak berani melawan setiap mendapat perlakukan buruk dari mereka. "Sampai kapan mereka begini!" seru Arnita berlinang air mata. Usai melepas kesedihannya Dia membersihkan wajahnya lalu mengganti pakaiannya Jangan sampai siapa pun melihat dirinya habis menangis bisa jadi bahan bully-an lagi. °°° Kata si M di kasus Arnita sama seperti kasus Renita nggak ada satu pun yang bisa membantu mereka apalagi jika yang membully kakak kelas atau murid yang kaya dan orang tua yang berpengaruh di sekolah. Dulu Renita pernah mengadukan apa yang dia alami ke salah satu guru di sekolahnya namun guru itu malah berkata "Sebaiknya kamu diam saja, mungkin mereka hanya sedang bercanda!!" Berharap gurunya membantunya tapi sia-sia. Setelah itu Renita tidak pernah lagi menceritakan apa yang dialaminya kepada siapa pun selain keluarganya, awalnya keluarga pun beranggapan sama menganggap bahwa teman-teman nya hanya iseng dan bercanda kepadanya. Itu karena Renita tidak pernah menceritakan keseluruhan dari apa yang dia alami selama mendapat bully-an Jika Renita masih ada keberanian untuk bercerita tapi tidak dengan Arnita. Di sekolah hanya ibu kantin yang sering menyemangatinya dan membantunya jika dirinya habis di bully oleh kakak kelas dan genk nya. "Maafin ibu ya neng! Ibu hanya membantu sebisa yang ibu mampu. Saran ibu sebaiknya neng ceritakan semua perlakuan mereka ke guru atau ke orang tua neng biar mereka berhenti mengganggu neng lagi." "Iya Bu." Hanya itu kalimat pendek yang keluar dari bibir Arnita jika setiap kali membahas mereka dengan wajah lesunya. Tatapan mata gadis itu kosong seperti memandang sesuatu yang ada di hadapan pada objek yang penuh kehampaan tanpa bayangan. "Neng Arnita gak pulang, sebaiknya neng segera pulang, nanti di cari orang tua neng loh!!" "Iya Bu." sahutnya sambil bergegas merapikan diri. Sudah jadi kebiasaan Arnita saat pulang sekolah mampir dulu ke kantin untuk menemui ibu kantin, ya ... selain alasan itu dirinya juga sengaja untuk membiarkan kakak kelasnya pulang duluan. Takut jika dia berpapasan dengan mereka dan dibully lagi. "Saya pulang dulu ya Bu!" "Ya Neng, hati-hati di jalan ya!" Arnita hanya mengangguk di barengi senyuman manisnya. Iya Arnita gadis cantik sama cantiknya dengan Renita. Sesampainya di rumah Arnita Bersikap biasa saja dia tidak menceritakan pada ibu nya. Dia tidak ingin membuat ibunya yang sebagai orang tua tunggal itu khawatir dan mendapatkan masalah dari apa yang dialaminya. Cukup dia saja yang merasakannya, tidak ibunya. Arnita itu anak pintar hanya karena dia pemalu dan penakut membuatnya mengalami kesulitan untuk bersuara. Pagi ini dia sengaja datang lebih awal dan langsung menuju ke kantin saat tiba di sekolah. Karena jika dia melakukannya seperti yang biasa, dia pasti tidak akan menikmati pagi harinya karena kakak kelasnya tidak akan membiarkan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD