Tomy dan William

1692 Words
Waktu bergulir dari hari ke minggu, bulan ke tahun dan bertahun berganti abad. Rumah bekas Tuan belanda menjadi rumah para keturunan yang lainnya. Tak ada b***k setelah penjajahan berakhir bahkan keturunan dari pria berkewarganegaraan Belanda itu menikah dengan wanita Indonesia dan memiliki anak laki - laki sekitar 5 tahunan bernama Tomy Seorang wanita memilih menerima pekerjaan sebagai seorang pengasuh. Di tawari bekerja di perkebunan oleh kerabatnya tapi dia lebih memilih menjadi pengasuh di rumah besar itu. Wanita itu bernama Rumini. 26 tahun pernah menikah namun gagal tanpa ada kata perceraian karena di tinggal mati oleh suaminya. Keadaan yang di sebut takdir merampas kebahagiaannya hingga membuatnya jadi pribadi yang dingin dan kaku. Tuan Jeff dan nyonya Rasmi adalah majikan Rumini yang terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, Tomy lebih banyak mereka tinggal bersama dengan Rumini. Di usia segitu Tomy sangat aktif dan bahkan sebegitu aktifnya hingga Rumini kewalahan menghadapi anak itu. Meski begitu Rumini sangat menyayangi Tomy seperti anak sendiri meski dia belum pernah merasakan bagaimana rasanya punya anak. Rumini tidak pernah memperlakukan Tomy dengan cara yang tidak baik meski dirinya terlihat kaku dalam mengasuh. Satu hari Tuan Jeff dan nyonya Rasmi ribut entah apa yang mereka ributkan, Rumini hanya pura-pura tak mendengar. Sama halnya Tomy anak kecil itu terus saja bermain tanpa memperdulikan kedua orang tuanya yang bertikai. Rumini mengajak Tomy untuk menjauh dari keributan itu. Dia mengajak Tomy ke halaman belakang yang luas. Senja itu menjadi hari yang dingin karena langit tiba-tiba tertutup awan hitam. "Nii haus!!" Tomy yang biasa memanggil Pengasuhnya dengan sebutan Mini meminta minum karena haus setelah berlarian kesana sini. "Tomy tunggu di sini ya, jangan kemana-mana, Mini ambilkan minumnya dulu." perintah Rumini karena dia tidak bisa mengajak anak itu ikut ke dalam dengan keadaan orang tuanya yang masih bertengkar. Tomy hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah masuk dan menuju ke arah dapur Rumini sudah tidak mendengar lagi suara pertengkaran majikannya. Diantara keremangan di dalam ruangan itu, Rumini melihat sekelebat bayangan seorang perempuan. Rumini mencoba tenang namun pendengarannya menangkap suara berisik kembali terdengar tapi kali ini suara perempuan mengerang dan berteriak kemudian disusul seperti suara Tuan Jeff. Rumini penasaran ada apa dan bergegas menuju ke ruang dimana suara itu berasal. Rumini menghentikan langkahnya ketika melihat beberapa orang sedang menghujani tuan Jeff dengan belati mereka, sementara istrinya sudah terkapar dengan bersimbah darah. "Siapa mereka, apa yang mereka lakukan pada Tuan dan nyonya!" Rumini berusaha tenang rasa ketakutannya tiba-tiba muncul ketika melihat orang-orang itu berkali-kali menusukkan benda tajam itu ke tubuh tuan Jeff karena tak menjawab saat salah satu dari mereka yang menanyakan soal harta yang mereka simpan. Rumini masih terdiam berdiri menyaksikan semuanya dengan tubuh gemetar. Wajah tuannya sudah penuh luka darah, Rumini tiba-tiba teringat Tomy yang di tinggalnya di halaman belakang. Rumini segera berbalik arah namun sayang gerakannya terdengar oleh salah satu perampok dan mengejarnya. Rumini ketakutan dia berlari ketempat di mana Tomy bermain. Sayang ketika sampai disana perampok itu menemukan mereka dan mencoba menangkap Rumini. Rumini berusaha melawan sementara Tomy hanya menyaksikan dengan wajah penuh ketakutan. "Lari Tomy cepat sembunyi!" teriak Rumini. Tomy diam terpaku, ketakutan yang dirasakannya membuatnya tak bisa bergerak hingga Rumini meneriakinya berkali-kali dan Tomy berhasil lari. Rumini berusaha melawan namun dia terdiam sesaat ketika melihat bayangan hitam terlihat seperti perempuan yang menuju dan menabrak dirinya. Sosok itu merasuk ke dalam tubuhnya dan membuatnya seketika hilang kesadaran serta mengendalikan jiwa dan raga Rumini dia adalah hantu Warsini. Tak sengaja ketika perampok itu menindih tubuhnya dan ingin membunuhnya Rumini alias Warsini mengambil batu besar dan menghantamkannya tepat di kepala pria itu, seketika itu juga pria itu jatuh dan pingsan. Rumini bangkit dan segera menyusul Tomy. Ketika dia berhasil menemukan Tomy dia memeluk anak itu dan segera berlari masuk ke dalam hutan. Setelah berhasil membunuh Jeff dan istrinya para perompak itu melihat satu kawan mereka pingsan dan ketika itu juga pemimpin dari perampok itu sangat murka dan menginginkan Rumini supaya di temukan karena dia dan Tomy adalah saksi hidup atas apa yang mereka perbuat "Segera temukan perempuan sialan itu, dia membawa anak majikannya!" perintahnya. Rupanya laki-laki yang kena hantaman batu tadi adalah adik dari pemimpin perampok tersebut. Mereka berdua segera masuk ke dalam hutan untuk menemukan keberadaan Rumini dan juga Tomy. Rumini tidak mengenal siapa mereka, sepertinya mereka bukan orang yang tinggal di kawasan sini. Rumini mencoba mengingat-ingat wajah mereka satu persatu tapi tak ada Satu pun yang dia kenal dan kenapa mereka membunuh majikannya. Sesaat Rumini sadar tapi seketika dia sudah tidak memikirkan itu buatnya dia sekarang bersama anaknya William. Iya dia adalah Warsini. Warsini kembali dan merasuki ke dalam raga Rumini. Rumini yang di kuasai oleh Warsini memeluk tubuh Tomy yang dia kira itu adalah William anaknya. Rumini mendengar suara mereka, sesekali sadar dia menarik tangan Tomy untuk bersembunyi, wajah Tomy dipenuhi ketakutan yang luar biasa. Rumini menaruh telunjuknya di hadapan bibirnya meminta Tomy untuk tidak bersuara. Wajah mereka sama-sama terlihat ketakutan bahkan tubuh Tomy terlihat gemetar ketika suara orang-orang itu terdengar sangat dekat dengan mereka. Ketika suara langkah kaki mereka terdengar menjauh. Rumini segera bangkit namun sesekali menjadi Warsini berlari memegang lengan William kesayangannya. "Ayo William, jangan sampai mereka menemukan kita, mereka akan membunuh kita seperti mereka membunuh yang lainnya." ucap Warsini. Mereka terus berjalan sesekali berlari, berlari dibawah Sinar bulan yang terang. "Ayo William!!" Sesekali Warsini menatap ke belakang berjaga-jaga kali-kali para antek suaminya berada di belakang mereka. Di sekira aman dia mengajak William berhenti sejenak. Dia kembali bersembunyi diantara batang pepohonan. Tomy tertidur dalam pelukan Rumini, Rumini terdiam sejenak. "Apa yang terjadi Kenapa saya melihat ada perempuan lain bersama anak kecil. Sama seperti kami, siapa mereka dan siapa William?" Rumini sedikit bingung dengan keadaan yang sedang dia hadapi. Dia seperti mengenal William. Satu demi satu pertanyaan mulai bermunculan di benak Rumini. Tatapnya tajam menatap wajah Tomy, terlintas dipikirkannya apakah Tomy itu William lalu jika iya, lantas siapa wanita itu. Dia juga memikirkan nasib majikannya. Apa orang-orang itu membunuh mereka? Kasihan Tomy. Seketika pikiran Rumini terhenti tak kala mendengar suara langkah kaki. Rumini memeluk tubuh Tomy lebih erat. "Perempuan itu tidak mungkin pergi jauh dia pasti ada di sekitar sini." Rumini mendengar suara itu. Dia memperbaiki posisi Tomy agar bisa dia gendong. Tomy terbangun dengan kedua mata masih tertutup, rasa lelah dan lapar membuatnya lemah dan mengantuk. Posisi Tomy sudah bersandar memeluk bahu dan melingkarkan kedua lengannya pada leher Rumini. Saat suara orang-orang itu tak terdengar Rumini bangkit dan bergegas meninggalkan tempat itu. Dengan sisa tenaga Rumini menguatkan dirinya demi keselamatan dia dan anak majikannya. Rumini berlari di bawah terangnya sinar bulan yang benderang, malam itu sepertinya malam purnama. Langkah kakinya mulai bergerak pelan. Tomy terbangun dia melepaskan gendongan itu dan dia kembali berjalan meraih lengan Tomy menuju sebuah bangunan tua yang nampak di hadapannya. Masih menggenggam jemari lembut milik anak majikannya Rumini segera memasuki bangunan tua yang di dalamnya masih banyak benda-benda sang pemilik yang semuanya sudah terlihat usang dimakan waktu. Rumini berjalan pelan mengamati ruang yang sebagian gelap dan sebagian lagi terang karena cahaya sinar bulan yang masuk melalui atap bangunan yang separuhnya telah rusak. "Mini Tomy haus!!" Tiba-tiba suara Tomy terdengar pelan. "Iya, Tomy duduk di sini ya biar Mini carikan air ya." Rumini berjalan pelan namun dia tak menemukan apa pun hingga dia melihat mangkuk keramik yang setengah pecah namun tak berisi apa pun. Dia tidak bisa meninggalkan Tomy terlalu jauh, dia mengambil mangkok tadi dan kembali ke tempat Tomy. Tomy masih duduk sembari memegang ke dua lututnya, Rumini berpikir keras bagaimana dia bisa mendapatkan air, jika dia keluar dari bangunan itu orang-orang itu pasti menemukannya. Bodohnya dia kenapa dia tidak berlari ke rumah para penduduk malah lari ke dalam hutan. Rumini mengajak Tomy untuk mencari air dengan mengelilingi bangunan ini, pikir dia pasti bangunan ini ada kamar mandinya. Jika secara logika bagaimana bisa bangunan yang sudah setua ini ada air di dalamnya jika bukan dari air hujan yang masuk melalui atas yang sudah tak beratap. Dia memegang tangan Tomy dan sebelah tangannya lagi memegang wadah berupa mangkok keramik untuk dia gunakan jika nanti menemukan air. Rumini kaget karena melihat sekelebat bayangan hitam. Diantara rasa ketakutannya dia berpikir untuk kembali ke rumah majikannya, namun niatnya itu terhenti karena kembali mendengar suara dan langkah kaki orang-orang itu. Dia bergerak cepat meraih tangan Tomy dan segera bersembunyi di tengah-tengah ruangan yang hanya dibatasi oleh dinding. Ketika suara itu semakin jelas terdengar Rumini Menatap wajah Tomy yang kembali ketakutan, dia sempat memberi kode pada Tomy untuk tidak bersuara hingga akhirnya terpaksa dia mendekap mulut Anak itu. Dia bisa merasakan bagaimana dinginnya tubuh Tomy disertai detak kan jantung mereka yang berpacu bersamaan, terdengar memecah kesunyian yang mencekam, dekapan itu tak di lepasnya hingga dia merasakan hantaman keras pada belakangnya. Seketika tubuhnya melepas dekapan dan jatuh tanpa sadar. Tomy kecil pun demikian. Samar-samar dia melihat orang-orang itu akan mengangkat tubuh William ke dalam koper. Warsini kembali merasuki tubuh Rumini. Tragedi itu terulang lagi Warsini ada di masa saat dia akan kehilangan buah hatinya selamanya. Warsini tidak ingin itu terjadi lagi. Dia harus mencegahnya. Dia bangkit kemudian mengambil balok yang tergeletak tak jauh darinya lalu menghantamkan membabi buta pada orang-orang yang ingin mengambil William darinya. "Pergi Kalian!! Jangan pernah ganggu William ku lagi." teriaknya. Tak ada jeda pada balok yang menghantam ke segala arah. Semua penuh bersimbah darah. Ketika mereka tak menyentuh William lagi dia berhenti hingga Tersungkur melepas balok dari tangannya yang gemetar. "William!!! William!! Dia bergerak perlahan mendekati tubuh William. Mendekap erat tubuh anak itu, entah bagaimana William bisa bersimbah penuh darah, kenapa orang-orang itu tega melukai William nya. Warsini yang telah menguasai raga Rumini berteriak histeris menyebut nama anaknya berkali-kali agar bangun agar sadar tapi Tomy yang dia kira William itu tak bergerak sama sekali. Tubuh anak itu tergolek dengan bagian wajah di penuhi darah yang mengalir dari kepala. Warsini yang merasa untuk yang kedua kalinya telah gagal menyelamatkan anaknya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, dia meraih Mangkok keramik yang mestinya dia isi dengan air itu dia pecahkan lalu di gores kan nya bagian ujung ke lehernya hingga darah mengalir pelan. Warsini mendekati William dan memeluk anak itu. Jiwa Rumini yang menyaksikan menangisi apa yang sudah dia lakukan dia sudah membunuh Tomy seperti Warsini yang tak sengaja menghabisi nyawa William anak nya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD