William

1784 Words
[Tak hanya cukup memiliki kepekaan lalu kau bisa melihat apa yang ingin kau lihat, karena sebenarnya dialah yang bekerja, kau hanya diam dengan mata terpejam lalu berbaur dengannya, tanpa kedua mata, semua bisa kau lihat, hanyut terbawa oleh warna-warna indah yang membuatmu lupa. Kau ada dalam ragamu yang luas, namun kau tidak sedang mengelilinginya. Kau tidak memiliki apa pun sampai dia berkata. Aku adalah pemilik mu] Selain ngedit foto aku suka sekali menulis apa saja yang tiba-tiba terlintas di pikiranku. Bahkan terkadang aku bisa menuliskan sesuatu yang aku sama sekali tidak merasakannya saat itu. Tapi terlintas saja di pikiran, biasa hanya ku tulis begitu saja, kadang ku copas pada foto hasil editan ku, lalu aku share. Beberapa hari kemudian yang aku tulis itu terjadi pada orang-orang sekitarku. Jika sudah demikian, baru aku memahami, oh ternyata tulisanku mengenai hal ini dan itu diluar dari apa yang aku rasakan dan aku alami. Si M tiba-tiba muncul. Setelah beberapa hari tak tampak. Dia datang dan membawa cerita baru, soal Anak kecil bernama William Sepertinya ini adalah salah satu alasan kenapa si M ingin aku menjadi seorang penulis. Dia ingin aku menulis, bukan hanya kisah tentang dirinya melainkan juga kisah orang-orang yang dia temui yang bernasib sama dengannya. Si M sudah menjadi petualang sejati, dia sudah tidak berdiam diri lagi seperti dulu, duduk menanti sesuatu yang tak pasti. Ruang Asoka 13 adalah tempat pertama kali kami bertemu. Dia sudah tidak terlalu sering melakukan hal itu, hanya sesekali saja. Mungkin karena dia kecewa ketika ku jelas bahwa Reinkarnasi seperti yang dia ingin kan itu tidak ada, apa iya dia bisa masuk menggantikan Ruh yang meninggalkan jasadnya. Mungkin saja itu ada tapi aku rasa gak akan semudah itu. Aku sebenarnya tidak tega saat mencari tahu tentang apa yang dia inginkan selama ini. Keinginannya untuk menjadi manusia sangat besar yang aku pikir mungkin yang dia maksud itu seperti Reinkarnasi. Saat aku cek di Wikipedia bahwa Reinkarnasi adalah titisan atau terlahir kembali dalam bentuk kehidupan yang lain. Apa iya, apa itu yang dia maksud. Sungguh aku berusaha memahami tapi sepertinya otak aku gak nyampe. Bagaimana mungkin dia bisa bertukar tempat dengan mudah. Aku berusaha memasukannya dipikiran ku tapi sulit aku cerna. Tentu saja tidak, meski aku tidak begitu paham bagaimana cara kerja Reinkarnasi. Jika dia meyakini itu ada dan bisa , lalu kenapa sampai sekarang dia tidak masuk dan menggantikan pasien-pasien sekarat yang kemudian meninggal, yang selalu dia tunggui hampir setiap hari. Kenapa dia masih terjebak di alam arwah yang gak jelas ini. Hm ... sepertinya itu cuma ada di film-film yang pernah aku tonton atau mungkin si M juga sudah kebanyakan nonton drama, atau film tapi kapan dia nontonnya, apa waktu di jaman dia itu sudah ada TV, sudah ada drama, sudah ada film ... entahlah. Yang jelas sudah ku bilang padanya bahwa itu mustahil bisa dia lakukan. Sejak itu lah si M mulai berubah, dia sudah jarang menunggui pasien sekarat lagi, jangan-jangan bangku yang biasa dia duduki di ruang itu sudah di huni sosok lain yang seperti dirinya. Katanya jika kami tak bertemu hari itu maka selamanya dia akan terjebak di ruang Asoka bersama orang-orang sekarat yang bergantian masuk keruangan itu, itupun juga jika ada, karena tidak semua ruangan itu diisi oleh orang-orang yang sekarat. Kalau pun ada biasanya mereka juga udah di dampingi sosok lain yang memang punya cerita tersendiri yang memang sudah terhubung ke mereka. Dia mulai menceritakan soal William yang dia temui hari ini dan seperti biasa jika tak lewat sehari biasanya pagi dia cerita sore atau malamnya aku langsung membagikan setiap kisah yang dia ceritakan padaku ke satu grup misteri yang ada di akun sosmed ku dengan tulisan yang singkat dan padat. *** "Ayo William! Kita harus bersembunyi, jangan sampai mereka menangkap kita." perintah mama William sembari menarik lengan anaknya. Di bawah sinar bulan purnama, mereka berdua berlari menyusuri jalan, terus berlari, lari dari orang-orang yang ingin membunuh mereka. Sesekali digendongnya tubuh William, saat wajahnya mulai terlihat letih. Tubuh bocah berumur lima tahunan ini lumayan cukup berat, dia tak kuat menggendongnya hingga sampai di tujuan, terpaksa dia turunkan saat nafasnya mulai terasa berat. Suara langkah kaki orang-orang yang mengejar mulai samar terdengar. Jemarinya semakin erat menggenggam lengan William anaknya, mereka bergegas menuju ke sebuah bangunan yang sudah terlihat cukup tua. "Ayo, sayang cepat!! ucapnya sekali lagi dengan nafas tersengal karena lelah berlari, William pun demikian wajah bocah ini terlihat sangat ketakutan. Mereka duduk bersembunyi di balik dinding tua yang di penuhi lumut dan benalu. Suara langkah kaki dan seretan benda tumpul kini lebih terdengar jelas di pendengarannya, dia memeluk tubuh William sembari mendekap mulutnya agar dia tak bersuara. Dirasakan genggamannya semakin erat, tubuh william mulai gemetar ketakutan, beberapa menit, mata mereka saling menatap tajam, hingga .... "Bukk!!" Seketika dia merasakan sesuatu menghantam kepalanya dari arah belakang. Dia jatuh terkapar, dia rasakan tubuhnya terlepas dari pelukan eratnya ke William. Terdengar suara William berteriak di antara dengungan yang menggema di pendengaran nya.... "Ma!! Mama!! Tolong William ...." Sesaat pandangan wanita itu yang samar kembali terang seketika. Suara teriakan William membuatnya bertenaga dua kali lipat dari biasa. Seketika sudut matanya menangkap sebilah balok pendek berukuran sedang tergelatak tak jauh dari posisinya, Segera dia ambil, lalu dia hantam kan ke mereka, dihantamkannya membabi buta saat mereka akan memasukan tubuh William ke dalam koper tua. William berlari ke pojokan sambil duduk ketakutan memegangi kedua kakinya. Dia trus menangis memanggil mamanya "Ma … Ma …Mama!!" Mama William menghajar mereka semua seperti orang yang kesetanan. Cipratan darah mengotori wajah dan pakaiannya berkali-kali dia hantam kan balok itu ke wajah orang itu hingga hancur, lalu berpindah ke yang lainnya. "Bangsaat!! Jangan pernah kalian ganggu William ku!" Balok itu memecahkan kepala pria sialan itu. Mama William bahkan tak melihat utuh wajah orang yang dipukulinya itu karena dipenuhi lumuran darah, terus saja dia hantam kan, hingga dia merasakan lembut kedua tangan William memeluknya dari arah belakang. Sontak kayu balok yang dipenuhi darah itu terlepas dari genggamannya. "Ma!! Sudah Ma ... Ini William, William sudah tenang, mama harus ikhlasin William ya Ma .... William selalu sayang sama mama." Wanita itu tersentak dan terduduk di ruangan gelap. Dengan tubuh penuh luka, dia sentuh darah mengental dari belakang kepalanya "William ... ngapain kamu disitu? sini sama mama." William mendekat dan memeluknya, dia menangis ketakutan. "Jangan tinggalin William sendiri ya ma." ucapnya pelan "Nggak sayang, mama gak akan tinggalin William. Mama sayang William, sampai kapanpun, William akan selalu bersama mama selamanya." *** Kata si M Ini adalah kisah nyata seorang Ibu yang berusaha melindungi anaknya saat penculikan terjadi, dia tidak sengaja membunuh anaknya sendiri William bersamaan saat dia membunuh para penculik yang sebelumnya sudah melukai dirinya, benturan keras di belakang kepalanya membuat dia kehilangan banyak darah. Dia merangkak mendekati tubuh William yang sudah bersimbah darah karena hantaman balok yang membabi buta. Dia hanya bisa menangis histeris sambil memeluk tubuh William, padahal saat itu dia sedang memeluk tubuh anak majikannya, yang bernasib sama seperti William. Cinta seorang ibu untuk anaknya bisa jadi sangat luar biasa, namun ketika di situasi yang mencekam malah bisa menjadi sebuah mala petaka, dan membuat kesadaran hilang, rasa tertekan, trauma menjadi sebuah ketakutan yang luar biasa, dan bisa melakukan apa saja tanpa rasa, depresi. Dan saat mimpi buruk itu berulang dengan orang yang berbeda namun mengira sama, saat itulah dia mati untuk yang kesekian kalinya. Dan itu yang di alami oleh ibunya William Trauma berusaha melupakan tidak akan pernah bisa dia lakukan, meski dia sudah berusaha kembali hidup normal tapi semua tidak berjalan seperti yang dia harapkan hingga kejadian sama terulang dengan anak majikan yang dia jaga. Semua usahanya untuk sembuh berakhir sia-sia ketika para perampok itu masuk dan mencoba melukai anak majikannya, semua kenangan buruk itu terulang kembali, dia mengira perampok itu ada penculik William. Saat dia ingin menyelamatkan anak Majikannya yang dia kira william, salah satu perampok itu melukai kepalanya dengan pas bunga. dia jatuh tersungkur dia mendengar anak majikannya berteriak ketakutan memanggil namanya, spontan dia bangkit dan seketika mengambil pedang yang menjadi koleksi antik Majikannya. Tanpa banyak kata diayunkan kesemua yang ada dihadapannya, tanpa menyadari bahwa dia bukan hanya melukai dua perampok itu tapi juga telah melukai anak majikannya seperti saat dia melukai anaknya sendiri William. Saat dia mengetahui bahwa William alias anak majikannya terluka, dia peluk dan menangisi anaknya tanpa henti hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan memotong urat leher nya dengan posisi sedang memeluk anak majikan yang kira dia adalah William. ••• "Linn ... Kamu dengar gak yang aku ceritain ...” Si M mengagetkan aku yang sedang fokus mendengar kan kisah William dan ibunya yang ternyata keduanya mati, Aku sempat menyeka air mataku. Bahkan saat kisah ini aku tulis kembali dan membacanya ulang, aku masih merasakan kesedihan mereka. Si M menceritakan kisah ini kebetulan bertepatan dengan hari ibu dan dia mengizinkan aku untuk menceritakannya kembali apa yang dia sampaikan kepadaku dengan caraku. Usai menulis ada rasa lega tersendiri, waktu aku share kisah William sebagian teman bertanya bagaimana William mati. itu jauh sebelum si M menceritakannya secara lengkap yang akhirnya bisa aku sampaikan dengan gaya dan caraku dalam tulisan ini. Yang akhirnya bisa menjawab setiap pertanyaan orang-orang , sementara si M tidak mengatakan apapun karena sebelumnya aku bertanya soal kebalikan dari apa yang dia alami. Kisah-kisah lain yang dia ceritakan padaku, semua penuh misteri tanpa tahu seperti apa kisah akhirnya. Terkadang acak, terkadang sebulan dua bulan baru dia ceritakan lagi kelanjutannya, seperti kisah Andita Ningtias. Aku selalu menantikan kisah kiuntilanak cantik itu. Rasa penasaranku selalu ada di setiap cerita yang disampaikan oleh si M. Mulai dari, Andita, Mega, Merian, William, dan Renita. semua penuh misteri dan semua kematian mereka tidak ada yang baik, semua penuh amarah, dendam dan kesedihan. Si M bilang bahwa mereka semua sama seperti dirinya, mati dalam ketidak wajaran, mati yang tidak diinginkan, mereka terjebak di alam yang aku sebut alam arwah, entah apa sebenarnya nama alam itu. alam yang berpenghuni namun sepertinya tidak sama sekali. Alam yang hanya mereka lewati tapi tidak benar-benar mereka tinggali. Meski mereka penuh amarah dan kekecewaan tapi tak ada yang aku dan si M temui dari mereka yang ingin membalaskan rasa sakitnya. Mungkin belum atau mereka sedang merencanakan sesuatu. Aneh saja jika mereka tak memiliki dendam, apa gunanya jadi hantu jika tak bisa menghantui lalu membalaskan dendam pada yang semestinya di hantui dan yang seharusnya dapat balasan yang setimpal. Kenapa kami berdebat soal itu, si M saja sama seperti mereka. Dia melupakan dendamnya hanya karena ingin jadi manusia. Tapi yang lain gak ada yang berniat jadi seperti yang dia inginkan. "Mereka sebenarnya juga ingin kembali hidup tapi mereka tahu bahwa itu mustahil, karena sebagian dari mereka lebih memilih mengenang apa yang pernah mereka lalui semasa hidup ketimbang membalaskan dendam mereka, mati itu jauh lebih melelahkan ketimbang hidup." bisik M.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD