Bisikkan Gaib

1773 Words
Sebelum mengenal Kinanti, Anna dan si M aku terlebih dulu mengenal Kai, dia adalah sang penjaga dari leluhur atau biasa di sebut Khodam leluhur. Aku mengenal bisikkan itu pertama kali dari beliau. Pria tua yang ku sebut Kai Putih itu pertama kali menampakkan dirinya dalam wujud manusia saat usiaku sekitar 20 tahun. Wujud kai biasanya berupa sosok buaya putih yang besar. Dan wujud ini pertama kali aku temui saat aku masih kecil. Cerita lengkap nya ada kisah aku yang kedua yaitu AKU ATAU MEREKA YANG MELIHAT. Cara kami berinteraksi melalui bisikkan. Kai beberapa kali menyelamatkan ku dengan bisikkan-bisikkan nya yang menyampaikan sesuatu yang aku tidak ketahui sebelumnya jadi tahu, yang tidak aku pahami jadi paham. Dan hal itu biasa aku menyebutnya semacam intuisi. Jika nampak dalam wujud manusia, Kai nampak biasa saja sama seperti manusia pada umumnya, berpakaian rapi berwarna putih dan memakai bolang putih. Semua yang Kai gunakan berwarna putih. Itulah kenapa aku memanggilnya dengan sebutan Kai Putih, aku tidak pernah menanyakan nama Kai yang sebenarnya, karena aku memang sengaja tidak ingin mengetahuinya, meski beberapa orang menyarankan aku untuk mencari tahu. Aku sering kali mendengar bisikkan-bisikkan itu, hingga saat ini. Jika tak dari Kai ya si M. Tapi sejak si M hadir Kai jarang muncul hanya sesekali saja jika diperlukan atau hadir disaat aku benar-benar mengalami hal yang benar-benar tidak bisa aku kendalikan. Bisikkan-bisikkan yang beberapa kali menyelamatkan aku dari musibah, kecelakaan, ditipu orang bahkan dari guna-guna.Kai adalah salah satu perantara bagaimana tuhan menyayangi aku. Tapi tidak semua bisikkan- bisikkan itu berasal dari mereka, ada dari para gentayangan lain dengan wujud siluman yang ikut membisikkan banyak hal, dari merayu, menyuruh bahkan menyakiti. Jika tak benar-benar memilah dan memahami mana bisikkan Kai atau si M aku pasti bisa celaka. Dulu sebelum kenal si M aku sering kali kesulitan membedakan mana bisikkan dari Kai dan mana bisikan dari para gentayangan yang lainnya. Saat aku sedang labil bisikkan-bisikkan itu biasa datang. Menawari, melarang bahkan ada yang memintaku untuk membunuh, membunuh darah daging ku sendiri, membunuh bayi yang baru saja aku lahir kan untuk satu permintaan yaitu menurunkannya atau melepaskannya. Mendapati hal seperti itu tentu saja aku memilih mengikuti tidak mungkin aku membunuh bayi yang baru saja aku lahir kan. Tanpa sengaja bisikan jahat itu menggiringku ke sebuah perjanjian yang aku tidak tahu bagaimana menghindarinya saat itu. Tapi terbesit di hati kecilku Tuhan pasti akan melindungi ku saat itu. Bisikkan itu bukan cuma satu, dua kali tapi berkali-kali sampai mereka menyerah dan aku berhasil mengabaikannya. Bangsa mereka itu kekeh kalau menggoda, merayu, mereka tidak mudah menyerah, kalau hari ini mereka gagal jangan senang dulu mereka pasti akan kembali dengan cara yang sama atau dengan cara yang tidak kita duga di jam berikutnya atau di hari berikutnya di kesempatan di mana kita mudah untuk mereka goda. Bisikan yang beraneka ragam. Berbeda lagi saat Kai membisikkan agar aku menolak ajakan teman, atau membisikkan agar aku menolak sesuatu perjanjian baik itu dalam pekerjaan ataupun percintaan (Asmara). Bisikan itu seperti pendamping tanpa wujud yang mengawali kemanapun aku pergi. Kalian pernah gak alami tiba-tiba jadi mengetahui sesuatu padahal sama sekali tidak tahu. Tiba-tiba alam seperti mendatangimu menyampaikan dengan caranya yang luar biasa melalui mereka dan seizin Tuhan tentunya. Tiba-tiba kamu bisa menjawab dengan santai atau tiba-tiba panjang lebar menyampaikan sesuatu yang awalnya kamu tidak tahu. °°° Sore itu aku berencana pergi ke satu Mall bersama keluarga, hari itu Mall memang terlihat sepi. Saat itu aku terpisah arah dengan suami karena dia mengajak anak ke stand mainan yang ada di lantai atas, sementara aku, aku sedang asyik memilih beberapa pakaian, hingga aku melihat dua orang perempuan bertubuh tinggi besar sedang menuju kearah ku, tak ada pikiran curiga, mereka berhenti tepat di belakang ku, melakukan hal yang sama seperti ku, memilah memilih baju dan jarak kami kurang dari dua meteran. Mereka masih nampak kelihatan sibuk memilih hingga dua perempuan bertubuh tinggi dan besar itu bergeser pelan-pelan ke arahku, sambil terus melihat baju-baju yang tergantung di kapstok. Sekarang mereka berdiri tepat di hadapanku yang hanya dipisahkan oleh beberapa helai baju yang tergantung. Aku mulai merasa aneh saja, hingga Kai berbisik padaku, "Hati - hati mereka berniat jahat sama kamu" Tentu saja mendengar bisikan Kai, aku mengawasi mereka dengan sangat hati-hati, aku asyik saja berpura-pura melihat-lihat pakaian yang akan aku pilih. Meski jantungku mulai terasa deg-degan karena takut bagaimana jika tiba-tiba mereka menyerang ku. Bodohnya kenapa aku tak pergi dari situ! Apa karena baju itu, atau aku merasa aman karena ada kai. "Bismillah, semoga Tuhan melindungi ku." doa ku dalam hati. Aku masih berusaha tenang. Mereka berdua berputar arah dan semakin mendekatiku, saat aku bergerak pelan ingin menjauhi mereka anehnya mereka berdua juga ikut bergerak, bahkan salah satu dari mereka sengaja memilih pakaian yang ada di belakangku agar aku tak bisa bergerak kemana-mana, mereka tak ingin aku meninggalkan tempat itu. Yang satu mencoba mengalihkan pandanganku dengan menyenggol lengan kiri ku. Aku tahu perempuan yang berdiri di belakang itu sudah membuka tas punggungku bagian depan. Aku segera menggeser dan memeriksa ternyata benar resleting tas depanku terbuka. "Kalian mau apa? Kalian pencuri ya!" tuding ku dengan nada jutek. Saat itu pengunjung benar-benar sepi dan itu gak seperti biasanya. Dan anehnya, kenapa aku bisa se_jutek itu ke mereka padahal aku sendirian dan mereka berdua dengan postur tubuh mereka tinggi dan besar. "Bangsaat!! Kamu tuduh kami maling ya!" umpat mereka nge gas gak kalah jutek nya dengan melepaskan kata-kata yang kasar. "Ini buktinya apa! Tas aku bisa ke buka! Dasar mau maling kan kalian!!" teriakku kencang. Bukannya takut ketahuan karena nyaris merampokku, kedua perempuan itu berusaha menyerang ku balik dan berusaha mengambil tasku. Jantungku berpacu semakin cepat, aku yang saat itu memiliki asma akut, berusaha tenang, untung saja saat itu aku sedang memegang baju yang hendak aku beli, saat mereka akan mendorong tubuh kurus ku, aku tangkis dengan Kapstok baju yang terbuat dari kayu separuh stainless, lalu aku berusaha berjalan lebih cepat mendekati meja kasir yang terlindung tiang balkon sembari meneriaki mereka maling. Mereka berdua masih mencoba menyerang dan merebut tas selempang ku tapi aku berusaha mengelak. Napas ku sudah tidak beraturan ketika sampai di meja kasir petugas yang melihatku panik segera menelepon Security. Saat Security datang ke dua perempuan itu sudah kabur entah kemana. Untung saja Tuhan masih melindungi ku melalui bisikkan Kai, jika tidak mungkin aku bisa apes dan tidak sempat memindahkan ponsel dan dompetku yang sebelumnya ada dikantong depan tasku. Iya saat mereka sibuk berpura-pura memilih dan setelah mendengar bisikkan Kai aku langsung memindah barang berharga milikku ke saku celana depanku. Segera aku rogoh alat semprot di kantong tengah tas ku yang memang selalu aku bawa kemana-mana untuk merendahkan nafasku yang kemudian tiba-tiba sesak, sebelum penyakit Asmaku kambuh. Ku telepon suamiku, dan segera menebus baju yang jadi alat pelindung ku tadi kemudian meninggalkan Mall itu. Lagi-lagi bisikkan Kai membantuku dari orang-orang yang berniat jahat. Sebenarnya bisa saja saat mendapat bisikkan Kai, aku meninggalkan tempat itu tanpa harus berhadapan dengan mereka dan melalui kejadian itu, namun ada hal-hal lain yang tidak bisa kita hindari namun harus tetap di hadapi. Itu kisah ku berapa di tahun lalu, walau Kai mengerjakan tugasnya yang lain, Kai tetap hadir saat aku dalam keadaan sulit dan tetap memantau ku dari kejauhan. Meski aku sekarang dekat dengan si M aku tidak membiarkan si M mengendalikan ku meski ada sebagian orang menilai sebaliknya. Apa pun saran dan pendapat orang tentang kami, kami lalui saja. si M itu demit dan negatif kenapa tidak aku coba bantu dia jadi positif, yah seperti manusia jahat lalu disadarkan jadi baik meski aku tahu itu bukan hal yang mudah. "Linn ... Dia itu terlihat baik, tapi itu pura-pura saja," atau "Linn dia memang gitu, kasar tapi sebenarnya dia baik." Ini adalah beberapa dari sekian banyak bisikkan yang si M bisikkan padaku ketika aku berinteraksi dengan orang lain. Tapi tak satu pun dari bisikkan dia yang langsung aku terima begitu saja. Kadang aku menguji sendiri apakah yang dia katakan itu benar apa tidak bahkan jika apa yang dia bisikkan itu akan menimbulkan masalah tentu saja aku memilih mendiamkannya. Memilah bisikkan tidak mudah, terlebih ketika yang mendekati sosok lain yang muncul sebagai tamu tak di undang. Sebagian ada yang menyamar tapi aku jarang menemukan mereka melakukan itu dan selama ini aku tidak pernah menemukan sosok-sosok yang menyeramkan seperti yang kebanyakan di sebutkan sebagian orang, tapi bukan berarti aku anggap itu tak ada. Pastilah mereka ada. Jujur aku bahkan belum pernah di tampakkan dengan hantu yang mereka sebut poci alias pocong, mungkin pernah tapi tak pernah berinteraksi. Tetap waspada karena bisikkan bisa menguasai pikiran, jiwa kemudian raga, jika hanya mendengar dan mengikuti begitu sadar hanya ada kata penyesalan apalagi jika bisikkan nya menyakiti diri, orang terdekat atau orang lain dengan cara mengalihkan hal yang sebenarnya. Dan itu sudah banyak terjadi. Banyak bisikkan-bisikkan yang menyesatkan, membunuh anak sendiri bahkan membunuh diri sendiri dan membunuh orang lain. Aku ingat berapa kali aku menyadarkan diriku sendiri dari bisikkan gaib yang entah asal suaranya dari siapa ... Yang memintaku untuk menuju ke jembatan untuk mengakhiri hidup dan masih banyak lainnya ajakan-ajakan yang sebisaku untuk aku abaikan. itu pentingnya zikir hati dengan zikir hati adalah salah satu cara kita dekat dengan siapa yang menciptakan kita. Pernah satu malam, saat semua orang sudah tertidur lelap, saat itu aku juga sedang terlelap, tiba-tiba aku terbangun karena suara yang memintaku untuk ke satu tempat, aku menolak tapi bisikkan itu semakin kuat, sekalipun aku menutup kedua telingaku suara itu seperti ada dalam diriku. Sekuat aku untuk tetap sadar agar tak mengikuti bisikkan-bisikkan yang tak jelas itu. Berusaha menyadarkan diri dengan Istighfar. Dulu aku tidak punya tempat untuk menceritakan setiap kali aku mendengar bisikan-bisikan yang aku tidak tahu asalnya dari mana. Biasa aku hanya menulisnya di buku harian ku atau nggak, aku melampiaskannya dengan cara menulisnya di satu grup sosmed atau menggambar sesuatu. Hanya dengan cara ini aku merasa jauh lebih baik. Bisikkan tidak hanya berupa ajakan tapi ada bisikkan yang berupa suara-suara kesakitan, tangisan dan penderitaan. Dan itu ada dimana-mana, ada di satu tempat lalu di tempat lainnya, mereka berteriak, menangis, mengharap pertolongan tak akan ada yang bisa menolong mereka kecuali yang mendengarkan atau yang mendengar hanya jadi pendengar. Dan jika aku yang terpilih aku hanya bisa jadi pendengar lalu melampiaskan pada tulisan ataupun gambar. Jika disuruh memilih aku lebih baik memilih untuk tidak mendengarkan bisikkan-bisikkan itu, menjadi normal itu jauh lebih baik. Tak ada rasa was-was ataupun parno. Tak akan ada mood yang tiba-tiba berubah drastis. Bisikkan-bisikkan itu sangat mempengaruhi suasana hati dan sangat menyiksa. Perasaan yang tadinya baik-baik saja berubah dengan sangat cepat jadi sebaliknya dan itu sangat tidak menyenangkan. Untungnya ketika sudah di gambar atau di lampiaskan ke tulisan, suara-suara itu perlahan menghilang dan berhenti mengganggu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD