Hantu si Mata Biru

1736 Words
Kamis, 5 Maret 2020. Aku baru saja mendaftar di salah satu rumah sakit yang biasa aku kunjungi. Ini bukan yang pertama kalinya, tapi ini sudah yang ke dua kali aku menginap pasca operasi besar itu. Operasi pergantian selang yang menancap di leherku. Sebelumnya memang sudah sering bolak balik ke Rumah sakit, sebelum dapat perintah dari Dokter yang mengubah jadwal kunjungan dari setiap bulan menjadi tiga bulan sekali untuk Check up. Aku selalu Deg-deg an kalo akan menginap di rumah sakit, entah karena takut atau karena sebaliknya. Apalagi saat penentuan ruangan, aku selalu berdoa agar tidak kembali menempati ruangan yang sebelumnya aku tempati yaitu Asoka 13. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya aku di tempatkan di ruang Asoka 11, syukurlah. Setelah memasuki ruangan itu, tak ada yang semua biasa-biasa saja. Posisi tempat tidur tepat di samping toilet. Ada dua pasien lainnya di sini dan masing-masing ditemani oleh keluarga mereka. "Sayang aku pulang ya, benaran kan kamu gak apa-apa sendiri?" tanya suamiku meyakinkan aku sekali lagi, apakah serius mau di tinggal sendiri dan gak di temani. "Iya Yah, gak apa-apa, kan yang sebelumnya juga sendiri, aman-aman aja, lagian disini kan ada pasien lain dan juga ada si M yang nemenin aku.” ucapku meyakinkan dia. Aku memang sengaja meminta dia pulang, karena aku pikir aku baik-baik saja dan sebenarnya aku ingin waktu sendiri, lagi pula sudah ada si M juga yang menemani. Dia juga sudah mengenal si M, meski dia tidak terlalu begitu menyukai hantu itu. Entah kenapa dia tidak menyukai si M, mungkin karena hari itu dia tidak sengaja melihat wajah perempuan itu ada di wajah si kecil Fath yang tengah asyik tertidur pulas. Kejadian itu beberapa hari setelah aku dan si M mulai akrab. "Sayang ... semalam pas pulang, wajah Fath kayak perempuan gitu, apa itu teman kamu?" tanya nya dengan wajah sedikit kesal. "Iya, itu si M" jawab ku singkat. "Kalo bisa jangan biarin dia masuk di kamar ya." "Iya" jawabku lagi tanpa berkata apa pun. Aku tahu itu kesalahanku dan sejak itulah si M tidak lagi pernah tidur sekamar dengan kami. biasanya tanpa sepengetahuan suami, aku, si M dan Fath tidur bersama. Tapi sejak ke tahuan suami, si M sudah tidak pernah lagi paling cuma nongol beberapa saat kemudian keluar. **** Sejak menempati ruangan itu dan menyatakan itu area ku, tirai itu aku bentangkan. Aku lalu duduk di tempat tidur. tirai adalah penyekat atau pembatas antara satu pasien dengan pasien lainnya yang sama-sama dalam satu ruangan. Aku ambil ponselku dan membuka Aplikasi sss dan WA, saat tengah asyik bermain, aku lihat ada sosok yang sedang berdiri hanya terlihat kakinya saja, yang kukira itu tadi adalah kaki Si M, kaki yang pucat pasi itu hanya berdiri dan diam tepat di depan pintu toilet di belakang tirai, setelah ku perhatikan dengan baik kaki itu sedikit lebih kecil dari kaki si M. Ada sedikit rasa takut juga rasa khawatir, aku abaikan saja penampakan kaki anak kecil itu dan melanjutkan aktivitas ku bermain ponsel, ngobrol dengan teman dan asyik melihat dan membaca beberapa komentar mereka di aplikasi berwarna biru itu. Kenapa gak ada si M ya, ke mana dia?? Apa dia di ruangannya, di Asoka 13. Ruangan di mana pertama kali aku mengenal dirinya dan Anna. Ruangan yang selisih dua pintu dari ruangan ku. Sebelumnya, aku memang tengah asyik chat dengan teman di WA, sembari ngopi, kopi yang sengaja ku beli secara sembunyi-sembunyi saat melewati kantin menuju ke ruang Asoka 11 tadi. Sekitar jam 22.00 lewat, kok aku tiba-tiba terasa mengantuk berat, padahal sengaja aku minum kopi biar bisa begadang, biar bisa gak tidur, karena terus terang, waktu yang paling aku takutkan saat nginap di Rumah sakit adalah memejamkan mata. Tapi kenapa mata ini serasa dipaksa ke tutup, aku tahu ada sesuatu, tapi mana si M ya?!! Kursinya kosong mestinya kan dia ada disini, jaga disini menemani aku seperti sebelumnya. Iya si M juga pernah nemenin aku waktu aku nginap untuk operasi yang sama. Saat itu aku juga sendirian, meski suami dan adik ipar aku menawarkan diri untuk menemani. Aku lebih memilih untuk ditemani oleh si M. Waktu itu tak ada kejadian aneh, hanya saja ada beberapa penampakan wajah di kaca pintu ruangan, yang terus menatapku dan mencoba masuk. Tapi Aku selalu berdoa dan mohon perlindungan pada Tuhan dan meminta si M untuk menjaga mereka agar tidak masuk dan mengusikku. Dan mereka benaran hanya di pintu, sebagian dari mereka adalah teman-teman si M, mungkin saja si M sudah meminta mereka untuk tidak mengusikku. Tapi ke mana dia? Kenapa jam segini dia belum muncul juga. Akhirnya aku gak kuat menahan kantuk, aku pasrah dan mengikuti saja, saat mataku terpejam. Aku seperti tersedot masuk ke suasana lain. biasanya aku menolak, tapi hari ini kayaknya aku pasrah saja, mungkin karena aku merasa lelah. Jiwaku sudah memasuki lorong, bukan jalan, bukan terbang tapi seperti melayang, seperti melewati lorong tapi posisi aku terlentang, jadi banyak wajah atau muka-muka orang yang gak aku kenal muncul bergantian satu persatu. Hingga tiba-tiba tubuhku yang terlentang tadi sudah berganti posisi, aku berdiri di tengah-tengah ruangan rumah sakit. Ruangan tengah yang mengarah ke empat penjuru. Dan ruangan ini gak asing buatku, karena aku biasa melalui tempat ini kalo ingin bertemu dengan dokter saat Check up. Ruangan yang luas dengan banyak kursi-kursi buat pasien antre untuk menunggu panggilan masuk. Di ruangan yang sepi ini tak ada satu orang pun. Aku hanya melihat ada seorang anak perempuan yang usianya kurang lebih tujuh tahunan. Anak perempuan itu memakai gaun tali satu, rambutnya sebahu, berwarna merah agak kekuningan namun terlihat agak gelap. Saat dia menoleh ke arahku matanya berwarna biru, biru banget, aku sampai terpukau dengan warna matanya. Dia terlihat sangat cantik. Apa yang dia lakukan di malam hari seorang diri disini. kemana kerabatnya. Aku tengok ke kanan kiri mencari apa ada orang lain selain kami disini, tapi tak ada satu pun. "Ayo kak kita main!" teriaknya dengan wajah terlihat bahagia. Sepertinya dia terlihat ramah dan dia mengajak aku untuk main bersama. Anak perempuan itu mulai menaiki kursi lalu meloncati kursi-kursi itu satu persatu. 'Ayo kak!! Kita main?" ajaknya lagi, ia coba dengan memberi isyarat dengan lambaian tangannya dan ia ingin aku mengikutinya. Tapi entah mengapa malam ini aku gak tertarik sama sekali untuk mengikuti ajakannya. Aku hanya diam memperhatikannya, yang bolak balik masih meloncati kursi-kursi itu Dia terlihat bahagia dan menikmati saat melompati satu persatu kursi itu. "Ayo kak, cepat!!" "Ogah! Aku gak mau main, kamu aja sana." ucapku pelan pada anak perempuan yang bermata biru itu. "Aku ngantuk dan besok pagi harus bangun lebih cepat" ucapku pada nya Entah kenapa aku gak mau mengikuti kemauan dia, mungkin Karena aku benar-benar merasa lelah dan besok harus masuk ruang operasi. Aku berpikir sebaiknya aku kembali saja ke ruangan ku. dan saat membalikkan tubuh aku sudah malah tersadar, secepat itu jiwa ku menyatu dengan raga. Segera ku ambil ponselku dan melanjutkan chat ku yang tadi ke putus, aku ngobrol di grup WA dan menceritakan kejadian singkat yang baru saja aku alami ke salah satu temanku yang ada di grup. Temanku menyarankan agar aku memagar ruangan ini, agar tidak ada yang mengusikku ketika sedang terlelap. Usai menjalankan arahan teman, aku mencoba memejamkan kedua mataku. tak lupa aku berdoa, memohon perlindungan kepada Tuhan. Jam dua malam aku ke bangun dan sosok kaki itu muncul lagi dan gak sendiri, tapi ada sepasang kaki lainnya dan itu adalah kaki si M, yang ternyata saat semalam aku menolak ajakan anak perempuan itu, rupanya si M yang menggantikan aku bermain dengannya. Duh! Si M baik banget ... padahal semalam pas aku cari dia gak ada muncul, dia tau persis kapan muncul saat aku perlukan. Jadi semalam, saat mereka selesai bermain, mereka berdua balik ke ruanganku, tapi hanya berdiri dibalik tirai. Saat aku tanya si M, kenapa dia berdiri dan gak duduk di kursi yang sudah aku sediakan, si M cuma diam tanpa merespon. Astaga, aku baru sadar, ternyata semalam usai bertemu dengan si Mata biru, ruangan ini kan udah aku pagar sebelum tidur, seperti yang dianjurkan oleh temanku. Duh!!Bagaimana aku bisa lupa dengan si M. Hemm!! Pantas saja dia hanya berdiri di luar dan gak masuk. Aku jadi merasa bersalah dengan si M, tapi tak apalah, dia pasti bisa memahami, lagian salah dia juga, kenapa gak muncul dari awal. Padahal aku sudah menunggunya berjam-jam. Tapi aku senang meski dia gak bisa masuk, setidaknya dia datang dan menemani aku, meski hanya dari balik tirai. Dan aku juga senang ternyata si M mau menggantikan posisiku bermain dengan si Mata biru, dengan begitu anak perempuan itu tidak perlu menggangguku karena ada si M yang menemaninya bermain. Aku sempat bertanya pada si M, siapa si Mata biru itu, kenapa dia malam-malam ada dirumah sakit ini sendirian, kemana keluarganya. Si M cerita jika nama si mata biru itu adalah Pricillia, tapi si M tidak bilang kenapa gadis kecil itu ada di rumah sakit ini. Kata si M, dia suka bermain di sini, dia suka singgah bermain perosotan di ujung ruangan dirumah sakit ini, perosotan dan beberapa wahana permainan itu memang sengaja ada di ruangan ini untuk anak-anak yang datang ke rumah sakit menunggu saat antrean bertemu dokter mereka. Karena dia merasa bosan, dia jalan-jalan dan singgah sebentar di ruangan kamu lalu kembali lagi ke ruangan ini tapi dan tertarik bermain lompat kursi. "Hm ... jadi sejak kapan kamu datang, kenapa dari tadi kamu gak muncul saat aku cari." Gumamku dalam hati. "Sejak kamu ada di ruangan itu bersama si Pricillia." jawab si M "Pricillia tidak sebaik yang terlihat jika keinginannya tidak terwujud dia bisa menyakiti siapa pun yang menolak ajakannya. Saat kamu menolak dan meninggalkan dia sendirian aku mengajaknya bermain, tadinya dia menolak tapi saat aku mengatakan padanya bahwa aku adalah temanmu, dia berubah pikiran dan kami bermain sepanjang kamu istirahat. Setelah dia bosan aku balik keruangan mu dan dia memaksa ikut, tapi sampai disana rupanya aku tidak bisa masuk melewati tirai yang sudah kamu bacakan doa. Makanya aku menemani Pricillia berdiri di balik tirai hingga ia bosan kemudian pergi." Aku hanya diam mendengar penjelasan si M yang panjang itu, ternyata si M memang baik dan perhatian denganku, jika saja tak ada dia, pasti aku sudah di kerja in habis-habisan oleh Pricillia karena menolak ajakannya tadi. "Maafin aku ya Em mm ... dan terima kasih, karena kamu masih mau menemani aku, padahal aku suka bersikap dingin kek kamu, sekali lagi makasih ya, kamu memang teman dan sahabat terbaik ku, ucapku berbisik. Setelah semua obrolan kami hari itu, aku dan si M semakin akrab hingga sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD