Semira Hamil

1878 Words
"Aku mau mereka berdua mati, bukan cuma Andini saja tapi Rono juga. Ini sudah dua minggu, kesepakatan kita waktu itu kan hanya seminggu, Pak No harus membuat Rono juga bernasib sama seperti Andini. Semua syarat kan, sudah aku penuhi, emang kurang apalagi? Atau memang ada syarat lagi yang harus aku lakukan, bilang saja akan aku penuhi meski nyawaku taruhannya." tutur Semira dengan nada sangat kecewa dan marah. "Darah perawan" ucap Pak No terdengar pelan. "Apa, Bapak sudah gila ya!! Apa maksud Pak No dengan darah perawan," "Iya, Mbak Mira harus mencari perawan untuk persembahan" "Apaa, di awal perjanjian kita kan tidak ada syarat seperti itu, aku sudah memberi Pak No banyak Uang, dan lain-lain, kenapa harus darah perawan. Aku harus cari kemana Pak?!" ucap Semira bertambah kesal saat mendengar permintaan Pak No yang menurutnya aneh. "Ya semua terserah Mbak Mira, kalo mau cepat terlaksana, Mbak harus cari, atau Mbak juga boleh, gimana, Mbak mau kan?" ucap Pak No dengan nada yang berubah sedikit lembut sambil memukul pundak Semira, hingga perempuan itu terkejut kemudian diam dengan tatapan kosong. “Gimana Mbak?” ucap Pak No, mengulang ajakannya. "Iya, pak aku mau" ucap Semira dengan nada suaranya yang berubah dari yang sebelumnya tinggi jadi sangat lembut. Semira sudah hilang kesadaran, tatapannya kosong, Pak No memanfaatkan keadaan nya yang terus memikirkan soal Rono dan Andini. Lelaki separuh baya itu dalam sekejap bisa dengan mudah menguasai tubuh Semira. Pak No kemudian merebahkan tubuh wanita itu ke lantai yang beralaskan kain putih, lalu tanpa banyak kata lagi, dia menggerayangi dan menggagahi wanita muda itu tanpa perlawanan sama sekali. Naas bagi Semira, dia sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sudah di bawah pengaruh hipnotis Pak No. Bahkan saat dia akan meninggalkan rumah Pak No, Pria itu malah masih mencumbui dirinya. "Kamu jangan khawatir, saya pasti akan bunuh Rono untukmu seperti saya bunuh Andini dan sebagai bayaran nya kamu harus memenuhi semua keinginan ku" bisik nya penuh bahagia, karena setelah sekian lama, akhirnya dia mendapatkan korban lagi. Semira berlalu dan meninggalkan Pak No masih dengan tatapan kosong. Sesampainya di rumah, Semira merasa ada yang aneh dengan dirinya, Dia merasa lelah dan seperti ada sesuatu yang hilang tapi dia tidak tahu apa, dia hanya merasakan perih di bagian alat vitalnya tapi dia tidak menyadari, bercak darah yang menempel di pakaian dalamnya, dia pikir itu adalah darah menstruasi yang menyebabkan rasa perih. "Sebaiknya Mbak, jangan lagi ke tempat Pak No, dia memang dukun handal tapi dia orang yang gak baik mbak." ucap Bu Imam saat melihat Semira keluar dari kamar dan duduk di hadapannya. “Mbak kelihatan pucat sekali, Mbak Mira sakit ya?" tanya Bu Imam mulai khawatir saat melihat Semira hanya diam menatap kosong minuman yang baru saja di buatkan oleh nya. "Aku, gak apa-apa, Bu, Cuma gak enak badan aja, paling minum obat nanti sembuh." ucapnya sambil menyeruput kopi hitam itu beberapa kali, lalu beranjak menuju ke kamar mandi. Semira sangat terkejut, saat meraba dan merasakan bahwa mukanya rata saat membasuh wajahnya, seketika di angkatnya dan dipandanginya wajahnya baik-baik di cermin wastafel yang ada di hadapannya, tak ada yang aneh, wajahnya biasa-biasa saja. Mungkin dia masih lelah dan masih terus ke pikiran soal Andini juga Rono. ••• "Pagi Mbak, Mbak Mira mau keluar?" tanya Bu Imam sambil membawa secangkir kopi lalu disuguhkan ke majikannya. "Iya Bu, aku mau ke rumah Pak No, ada urusan sebentar." jawab Semira sambil menyeruput Sekali kopi yang di ambilnya dari tangan Bu Imam. Bu Imam, hanya bisa menahan diri untuk tidak mengatakan apa pun soal Pak No, dia takut kalo nanti Semira marah karena dirinya terlalu ikut campur soal mereka. "Tapi kasihan juga Mbak Mira kalo nanti di apa-apa in oleh Dukun c***l itu. Apa aku harus memberitahu Suamiku ya, atau sebaiknya jangan, duh! jadi serba salah, kasihan dia kalo nanti jadi korban. Ah! sebaiknya aku kembali kerja saja, semoga tuhan melindunginya, Aamiin" ucap Bu Imam pelan yang begitu mengkhawatirkan keadaan Sang Majikan. Bu Imam terlihat sangat prihatin, tapi dia bingung sendiri gimana caranya agar majikannya berhenti mendatangi kediaman Pak No. Dia tidak mau melihat Semira mengalami hal serupa seperti yang dialami beberapa perempuan yang pernah menggunakan jasa Pak No, ada yang gila, bahkan mati. "Mbak ... Mbak!! Mbak gak papa toh!" Teriak Bu Imam sambil mengetok pintu kamar mandi yang di dalamnya ada Semira, yang sedang muntah- muntah. "Iya, Bu! Aku gak papa." teriaknya membalas sahutan Ibu Imam, yang kedengaran khawatir dengan keadaannya. Semira keluar dengan wajah lemes sambil memegangi perutnya. "Mbak Mira, kenapa toh, Muntah-muntah, sini Ibu kerokin, mungkin Mbak lagi masuk angin." "Iya Bu makasih, nanti saja, aku mau tidur lagi, kepalaku sakit sekali." ucap Mira sambil berlalu menuju ke kamarnya meninggalkan Bu Imam yang masih terlihat sangat khawatir. "Apa iya, Mbak Mira hamil? tapi dengan siapa? Sejak dia putus dengan Mas Rono, tidak ada lagi laki-laki lagi yang dekat dengan dirinya, Mas Andi? kayaknya gak mungkin. Hmm ...apa jangan-jangan ...?? Bu Imam menepis pikirannya yang menjelajah kemana- mana. Segera iya pergi ke belakang melanjutkan cuciannya yang sedari tadi di tinggalnya. ••• [Bertemu Pak No] "Bu!! Ibu .." teriak Semira memanggil Bu Imam. Terlihat dia sudah kelihatan rapi namun raut wajahnya tidak bisa dia sembunyikan, wajahnya masih terlihat kusam berbeda dari penampilan Semira yang sebelum-sebelumnya. "Mbak mau kemana?" tanya Bu Imam dengan sangat hati- hati. "Mau ke rumah Pak No, Bu!" jawabnya singkat. "Kenapa Mbak masih kesana juga, Ibu kan sudah ingatin Mbak, Pak No itu bukan orang baik, Mbak." "Nggak Bu, pokoknya aku harus kesana, menemui dia." tegasnya. Ucapan Semira benar-benar mengejutkan Bu Imam, dia jadi benar-benar bertambah khawatir dengan apa yang dia dengar barusan. Semira berlalu tanpa berucap apa pun. Dia terlihat seperti mayat hidup, apa pun yang Bu Imam sampaikan padanya dia tidak perduli. ••• "Masuk Mir," ucap Pak No sambil cepat-cepat menutup pintu rumahnya saat wanita itu sudah memasuki kediamannya. Pria itu sudah tidak memanggil sebutan Mbak lagi ke Mira, tapi kamu atau nama. "Aku punya berita baik untuk kamu Mir, Semalam aku sudah mengerjai habis-habisan si Rono mu itu, tak lama lagi dia akan Mati menyusul Andini. Jadi kamu jangan cemas ya." Pak No langsung memeluk Semira yang memang memiliki paras yang lumayan cantik Serta lekuk tubuh yang menggoda. Seperti biasa selesai mencumbui dan menyetubuhi wanita itu, dia segera membuka kembali pintu rumahnya, biar terlihat kalau dia sedang menerima tamu dan tidak berbuat apa-apa. ••• Dasar dukun c***l, Aku yang menulis kisah ini benar-benar geram liat kelakuan dia, tapi memang benar, Dukun sejenis Pak No ini masih banyak berkeliaran. Dan jarang orang mendapatinya, karena mereka sangat lihai dan pandai, terlebih mereka menggunakan magis alias mantra untuk memperdayai pasien-pasiennya yang semula memang mengalami masalah, Pasien yang seperti ini memang mudah sekali untuk di kuasai oleh Dukun seperti Pak No. ••• "Bu ... Bisa gak tolong aku, panggil kan Bidan Nur, Entah apa yang terjadi padaku, beberapa hari ini aku mual seperti orang hamil saja. Mungkin Bidan Nur bisa memeriksa keadaanku, aku merasa aneh aja dengan keadaanku sekarang.” ucap Semira mulai cemas. "Iya Mbak, sebentar saya ke rumah Bidan Nur." Bergegas Bu Imam, membersihkan meja makan dan segera melaksanakan perintah Semira Selang berapa waktu Bidan Nur sudah ada di rumah Semira dan segera memeriksa wanita itu. "Maaf! Mbak Mira, saya harus sampaikan ini, kalo Mbak sedang hamil dan sudah memasuki usia 2 mingguan." ucap Bidan Nur, yang membuat Semira terlihat sangat bingung. "Apaa ... Bu!? Ibu, gak salahkan, soalnya aku ngerasa gak pernah melakukan hubungan intim dengan siapa pun, Masa iya tiba-tiba aku hamil." ucap Semira sedikit tak percaya dengan apa yang Bidan Nur sampaikan padanya. Berbeda dengan Ibu Imam, beliau jadi bertambah yakin kalo semua ini pasti ulah Pak No. "Saya permisi ya Mbak, Bu" ucap Bidan Nur beranjak dari kursi dan meninggalkan Semira, yang diiringi oleh Bu Imam menuju pintu keluar. "Maaf Bu Bidan, kalo bisa, tolong kehamilan Mbak Mira cukup kita yang tahu ya Bu, saya takut kalau nanti orang-orang yang mengetahui dan membicarakan kehamilannya, dia bisa stress.” bisik Bu Imam meminta Bidan Nur menjaga masalah ini. "Oh, iya baik Bu, Isha Allah apa pun yang berkaitan dengan pasien saya, saya jaga kerahasiaan nya." jawab Bidan Nur. "Saya permisi Bu, Assalamualaikum .... " "Wa'alaikum Salam" balas Bu Imam, sambil menatap Bidan Nur yang perlahan meninggalkan dirinya. "Maafin, Ibu Mbak, kayaknya Mbak Semira sudah di bikin eling sama Pak No" ucap Bu Imam mencoba menjelaskan siapa Pak No itu. "Eling maksud Ibu, gimana?" "Mungkin Mbak sudah di guna-guna oleh Pak No. Sebaiknya Mbak jangan kesana lagi, Ingat tuhan Mbak, ucap Bu Imam sambil menepuk bahu Semira" Semira seperti gak mengerti dengan apa yang terjadi padanya. "Bu, Aku kenapa?" tanyanya seperti orang yang baru sadar saja. Panjang lebar Bu Imam menceritakan apa yang terjadi selama ini. Tentu saja Semira sangat Murka. "Dasar, Dukun c***l!!!" geramnya. "Loh Mbak mau kemana?" "Ke rumah, Dukun sialan itu, berani-beraninya dia menipuku." "Jangan, kesana sendirian Mbak, nanti Mbak di apa-apain lagi sama Pak No, dia itu licik." ucap Bu Imam dengan nada sangat khawatir. "Aku harus kesana Bu, kalo di biarkan Dukun itu bisa menipu banyak orang.” "Iya tapi Mbak jangan sendiri, biar ditemani suami saya Mbak, tunggu ya, saya panggilkan, Mbak, jangan kemana-mana dulu, tunggu disini ya?!" Bergegas Bu Imam, berlari menuju ke rumahnya yang jaraknya kurang lebih lima belas meter. ••• "Ayo Pak, cepat, Mbak Mira udah nungguin kita. Ingat yo Pak hati-hati l, Pak No itu licik dan pandai bersilat lidah, dia sudah m*****i Mbak Mira pasti dia akan mengelak sama seperti sebelum-sebelumnya." "Iya Bu, Bapak paham." Bergegas mereka memasuki halaman rumah Semira. "Ayo Pak kita berangkat" ucap nya tanpa menunggu waktu lama berdua dengan Pak Imam menuju ke kediaman Pak No. "Sebaiknya, nanti Pak Imam belakangan saja masuknya, kalo Bapak dengar suara kami gaduh, baru Bapak masuk ya," ucap Semira memberikan arahan. "Iya, mbak." jawab Pak Imam. Mereka berdua sudah sampai di rumah Pak No, tapi rumah itu terlihat sepertinya kosong, tak ada tanda-tanda kehidupan. Kemana Pak No? "Pak buka pintunya, aku tahu Bapak di dalam, ayo keluar." teriak Semira sambil menggedor pintu rumah Pak No dengan sangat keras. "Kalo Bapak gak mau keluar saya panggil semua warga biar Bapak di usir dari sini!" Dalam hitungan menit perlahan pintu itu terbuka, Pak No keluar dengan suara lembutnya. "Eh kamu toh Mir, sini ayo masuk, jangan teriak-teriak nanti orang-orang mengira, kamu saya apa-apakan". "Apa!! MIRAA!! Kamu pikir aku apa, aku sudah bayar kamu mahal-mahal tapi hasilnya mana, bahkan Rono saja masih hidup sampai sekarang. Bukan cuma itu kamu juga sudah m*****i aku, kamu memang Dukun c***l tak berguna, sekarang kembalikan semua uang aku, lebih baik aku cari Dukun lain dan menggugurkan kandungan sialan ini!" Pak No sangat terkejut ketika mendengar ucapan Semira. "Tapi Mir!!” Belum selesai Pak No bicara, Pak Imam masuk bersama beberapa warga, dan menghajar Pak No habis-habisan hingga Pak No babak belur dan digiring warga ke rumah Kepala Desa. "Beberapa warga ,masih saja melayangkan tendangan bahkan bogeman mentah kearah pria separuh baya itu, bahkan terdengar teriakan warga bergantian. "Dasar Dukun c***l!! Dukun Santet!! Akhirnya kena apesnya juga kamu!" teriak beberapa warga. Dan masih banyak lagi sumpah serapah dari mereka yang dari dulu memang sama sekali tidak menyukai keberadaan Pak No yang sangat meresahkan desa mereka, terlebih dengan adanya beberapa perempuan yang jadi korban p********n oleh nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD