Selamat dari Dalam Koper

1765 Words
"Siapa kalian? Kenapa kalian menyekap ku, lepaskan aku, salah apa aku dengan kalian, katakan." teriak Andita yang sama sekali tak direspon sedikit pun oleh mereka. "Tolong lepaskan aku!" teriaknya sekali lagi dengan suara tangis kecil yang tertahan berharap mereka melepaskan dirinya. Tapi lagi-lagi tak ada respon dari mereka. Spontan wanita itu meronta, berusaha melepaskan diri, saat salah satu dari mereka menyentuh wajahnya, sesekali perempuan itu berteriak minta tolong, tapi sia-sia mereka hanya tertawa dan kemudian meninggalkan Andita seorang diri. Andita menempelkan telinganya, mencoba mencari suara. Berharap ada seseorang yang mendekati posisi dia saat itu. Tapi dia tak mendengar suara apa pun dari luar, padahal sudah cukup lama dia berada di dalam. Diseret dari tempat semula menuju gudang tua lalu terbangun dalam keadaan masih terikat. Berkali-kali dia menerima tamparan, memar dan luka di seluruh tubuhnya membuat dia hanya bisa menahan perih. Andita mencoba mengingat lagi saat para penculik itu memasukkan sesuatu dengan paksa ke dalam mulutnya, lalu mereka membuka ikatan lakban di matanya. Siapa mereka, Andita sama sekali tak mengenali Satu pun dari mereka. Sekuat tenaga dia mencoba melawan, namun sia-sia, para pria itu bergantian menyiksa tanpa ampun. Jelas suasana malam itu semakin mencekam, hingga beberapa saat kemudian Andita tak sadarkan diri. [Ting] Saat sedang sibuk mempersiapkan koper. Terdengar suara notifikasi dari ponsel milik salah satu penculik itu berbunyi. [Ingat sebelum kalian masukan ke dalam koper, jangan lupa kalian cabut benda yang tertancap di kepalanya] Begitu bunyi pesan singkat dari ponsel lelaki itu. Usai puas menganiaya dan memperkosa Andita. Para b******n itu memasukkan perempuan itu ke dalam koper lalu melakukan perintah seperti yang tertulis dipesan tadi, kemudian membuangnya ke jurang yang ada di sisi hutan yang lain. [Dasar orang-orang gila ,bagaimana mungkin mereka masih mau menyetubuhi wanita yang jelas-jelas mereka tahu itu adalah hantu. Andita tak berkutik, tubuhnya lemas, dia mencoba membuka matanya perlahan, sudah dia tak rasakan lagi perih yang begitu sangat dari sekujur tubuhnya yang di penuhi luka dan lebam seperti sebelumnya. Tenggorokannya yang kering membuat dia kesulitan bersuara. Ingin sekali dia berteriak minta tolong namun itu mustahil, bukan karena lakban yang menutup mulut dan mengikat kedua kaki dan tangannya. Tapi memang dia tak ada daya untuk itu. Air mata membasahi pipi wanita berusia 23 tahun itu. Tiba-tiba dia teringat Bayu, anaknya, lalu Romi, orang-orang yang dia kasihi. Kemana mas Bayu, bahkan hantunya saja tak ada menemui dia, kemana cinta sejatinya, lalu Romi!! Kemana laki-laki itu? Kenapa Romi tak mencarinya, bukankah Romi juga sangat mencintainya dan pernah bilang akan hidup semati bersamanya. Ternyata semua berbanding terbalik dengan apa yang Andita bayangkan dan pikirkan selama ini. Andita berusaha keras untuk tidak mati terperangkap dalam koper ini dan masih berharap seseorang datang membukanya. Andita berusaha keluar, meski dia sadar, bahwa dirinya tidak akan bisa, karena salah satu dari mereka, sudah memantra_i koper itu sebelum ditutup. Andita hanya berharap seseorang datang dan membukanya. Itulah satu-satunya cara agar dia bisa keluar dan selamat. Sudah beberapa hari dia terkurung dalam koper itu. Mungkin dia akan terkurung selamanya. Tak berapa lama .... Andita mendengar suara langkah seperti pijakan kaki pada ranting dedaunan kering. [Kresek!! Kresek!!] Suara itu semakin jelas terdengar dan mendekat kearahnya. Lalu perlahan Andita merasakan seseorang menyentuh koper itu dan membukanya dengan paksa, cukup lama hingga akhirnya koper itu berhasil terbuka. "Hm ... Aku pikir tadi dalamnya apa, ternyata hanya kain jarik robek yang lusuh dan usang." ucap wanita separuh baya itu. Sambil mengangkat kain itu dan membuangnya keluar koper. Terlihat dia sedang mencari-cari dan berharap menemukan sesuatu yang berharga di dalam koper tersebut, tapi wanita itu harus menerima kenyataan pahit karena tak ada apapun yang ia temukan. Nampak jelas kekecewaan itu di raut wajahnya, sambil beranjak dan berlalu dia pergi meninggalkan koper itu dalam keadaan terbuka. Andita senang, akhirnya dia bisa bebas kembali dan keluar dari dalam koper itu. Tapi sayang kenapa wanita itu tak bisa melihat kehadirannya, apa kekuatan yang di milikinya benar-benar sirna karena mantra yang diucapkan para b******n itu. Meski demikian, bukannya itu bagus untuknya, dengan begitu dia tidak perlu membuang-buang energi lagi, untuk melintas dari satu tempat ke tempat lain jika dalam keadaan tanpa raga. Andita bisa saja membalas perlakuan buruk yang dia terima dari orang-orang yang sudah menyakitinya, yang sudah membuatnya terpisah dari orang-orang yang dia kasihi. Tapi sudahlah!! Andita harus bergegas kembali menemui lelaki tua diujung hutan, dia adalah orang yang selama ini membantu mewujudkan keinginannya menjadi manusia sempurna, siapa lagi kalau bukan Ki Agung Rekso, orang yang pernah ingin dicelakainya namun batal karena Andita merasa Ki Agung Rekso merubah semuanya. Sesampainya di depan gubuk milik lelaki tua itu Andita sudah disambut oleh beliau. "Saya sudah tahu siapa yang melakukan ini padamu" jawabnya saat melihat Andita turun perlahan melayang dari atas pepohonan. "Siapa Ki?" tanya Andita "Gak penting itu siapa, nanti kamu akan tahu sendiri, yang terpenting sekarang, mau kamu apa?" tanya Ki Rekso sambil menatap tajam kearah Andita. ''Aku tak ingin apa-apa Ki, aku cuma ingin kembali jadi manusia dan bersama lagi dengan Bang Romi, hanya itu." Ucap Andita memohon. "Tapi itu tidak mudah, karena mereka sudah tahu siapa kamu, dan jika sekali lagi mereka menangkap mu maka kamu tidak akan pernah bisa menjadi seperti yang kamu inginkan lagi, kamu tidak kan pernah bisa lagi jadi manusia dan hidup bersama dengan orang yang kamu cintai." ucap Ki Rekso, membuat Andita terlihat sangat sedih. "Sekali ini aja Ki, aku ingin bertemu dengan Bang Romi, kami sudah merencanakan banyak hal untuk bisa hidup bersama. Apa pun resikonya akan aku hadapi. Aku sangat mencintainya, aku tak mau kehilangan orang yang aku cintai lagi Kii." bujuk Andita. Untuk yang kesekian kalinya, kembali Andita memohon pada Ki Rekso, dia sudah tidak sabar agar bisa kembali menjadi manusia dan menemui kekasih hatinya, Romi. Sekali lagi Ki Rekso bersedia membantunya, tapi dengan perjanjian ini adalah yang terakhir dan Andita tak boleh lagi memohon kepadanya. Andita menyetujui dan membiarkan Ki Rekso menancapkan kembali sebuah paku tepat di kepalanya. Paku yang terlihat beda dari paku biasanya dengan ukuran yang sedikit cukup besar yang sebelumnya sudah diberi mantra. Perlahan seketika Andita kembali menjelma menjadi perempuan cantik jauh lebih mempesona. "Makasih ya Ki, aku tidak akan melupakan kebaikan Aki, Aki sudah banyak membantuku." ucap Andita dengan senyum bahagia terpancar di wajahnya sambil berlalu meninggalkan Ki Rekso yang sedang duduk bersila melanjutkan tirakat yang sebelumnya terhenti karena kedatangan Andita. *** Keesokan paginya Andita sudah berada kembali ke kedainya dan berjualan seperti biasa. Tentu saja Ahmadi adalah pembeli pertama yang muncul di pagi itu. Terlihat sekali pria itu sangat bersemangat untuk menemui perempuan yang sudah membuatnya tergila-gila itu. Ahmadi sudah tidak sabar ingin melihat reaksi Andita saat melihat dirinya. Tapi sayang, saat dia datang sampai memesan kopi dan disuguhkan kopi oleh Andita pun, perempuan itu terlihat biasa aja, sama seperti sebelum-sebelumnya. Ahmadi berpikir keras, kenapa Andita sama sekali tak bersikap manis padanya, apa ada yang salah dengan pengasihan yang ia gunakan, atau apa mungkin belum bereaksi. Ahmadi bergelut dengan pikirannya sendiri sambil sesekali menyeruput kopi hitam yang sudah dipesannya dan memandang Andita dari kejauhan yang tengah sibuk melayani pembeli lain. Sesaat dia rogoh saku celananya dan mengambil sesuatu, benda berukuran 12x6 cm berwarna hitam itu iya keluarkan dari sakunya, lalu menulis pesan singkat yang kemudian dikirimkan ke seorang pria yang tak lain adalah pamannya. [Paman ... sekarang aku ada di kedai wanita itu, orang yang aku ceritakan ke Paman waktu itu. Aneh ! Kenapa tak ada reaksi sama sekali, apa menurut paman ada yang salah dengan mantra yang paman kasih] [Kamu sudah membaca mantra sesuai yang paman kasih, kan?] [Iya, Paman, sudah!!"] [Ya sudah ... Kalo gitu tunggu saja] [Ya, paman] Tidak mendapat jawaban dari keraguannya soal ilmu yang digunakannya untuk Andita, Ahmadi terus ke pikiran, apa sebenarnya yang terjadi dengan mantra nya, kenapa ilmu itu tidak berpengaruh apa-apa pada Andita, secara yang dia ketahui dari pamannya, bahwa ilmu yang dia gunakan ini cukup ampuh untuk menaklukkan hati seorang wanita. Sementara paman Ahmadi, dia sudah mengetahui siapa sebenarnya Andita dan mendadak tak ingin bermasalah dengan wanita itu, hanya saja dia tidak punya waktu yang pas untuk menceritakan siapa Andita yang sebenarnya ke Ahmadi. Saat kedai sepi Andita terlihat duduk melamun, dia merenungi kejadian yang sebelum-sebelumnya dia alami, dia berpikir bahkan sudah jadi hantu manusia pun, dia masih saja di sakiti. Kenapa dia harus mengalami itu, bahkan dia tidak bisa membalas meski sebenarnya dia mampu. **** Itu cara aku menyampaikan kisah Andita yang aku dapat dari si M. Si M menyampaikan semua yang aku tulis itu dalam waktu yang berbeda-beda dan tak tentu. Jadi aku harus menyusunnya sedemikian rupa, biar yang baca tidak bingung seperti aku sebelumnya. Aku yang menulis kisah Andita di penuhi rasa penasaran dan banyak pertanyaan. "Kenapa Andita tidak membalaskan dendamnya, padahal diakan punya kesempatan saat dia jadi hantu atau jadi manusia, untuk membalas semua perlakuan manusia-manusia jahat itu." tanyaku pada si M. Si M yang mendengar pertanyaan ku hanya menjawab bahwa kisah Andita itu panjang. Saat aku bersiap-siap untuk melanjutkan menulis, ehh!! si M malah kabur entah kemana, dasar hantu! Katanya kisahnya panjang, terus kalau gak ditulis sekarang lalu kapan, malah pergi begitu saja. Berhari-hari hingga sekarang aku tidak tahu gimana kelanjutan kisah Andita, aku ingin sekali mengetahui kalau dia membalas semua perlakuan buruk yang dia alami. Minimal dia membunuh salah satu dari orang-orang yang sudah menyakitinya dengan sengaja. Ibu mertua yang jahat, Risti dan saudara perempuan Bayu beserta para b******n yang memperkosa dan membunuh dia dan anaknya. Sekarang dia mengalami hal yang sama, hanya saja bedanya kalau dulu hidup sekarang dia sudah mati. Tapi kenapa Andita membiarkan mereka semua selamat. Aku juga bertanya pada si M, kenapa Andita tidak mencari tahu soal kematian suaminya, Bayu. kok malah balik ke kedai dan mencintai orang lain, tepatnya suami orang lain, sama aja dia Pelakor. "Apa itu Pelakor?" tanya si M balik, saat aku serius bertanya padanya, dia malah balik nanya dan seperti biasa aku harus menjelaskannya sesederhana mungkin. "Pelakor itu perempuan yang menyukai suami orang, ya kayak Andita gitu, mestinya dia biarkan saja si Romi menyelesaikan masalahnya dengan istrinya kalau udah selesai, nah baru dia boleh mencintai laki-laki itu." ucapku tegas. Si M menatapku sesaat yang sedikit emosi karena terbawa situasi. "Linn .... Andita itu hantu, masa iya ada hantu pelakor." bisik M pelan. Aku terdiam, sambil memikirkan ucapan si M barusan. Iya ya... masa ada hantu pelakor. Ahh!! terserah lah pokoknya gak boleh sekalipun dia hantu atau manusia atau hantu manusia, pokoknya gak boleh, titik!! Lagi-lagi kami berdebat soal itu dan selesai hingga salah satu dari kami pergi atau nggak mengalah. Tapi cukup sampai di situ, biasanya setelah keesokan harinya saat si M balik semua kembali biasa-bisa saja, tak ada perdebatan yang panjang hingga kami menemukan bahan lain untuk berdebat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD