bc

EXOTIC SWEETNESS

book_age18+
128
FOLLOW
1K
READ
like
intro-logo
Blurb

Ziya tidak pernah merasakan bahagia dalam hidupnya. Mama, kebahagiaan satu-satunya telah tiada. Kehidupannya semakin suram dengan kehadiran Ibu tirinya, Lina beserta Noya, anaknya.

Noya yang pintar, cantik, dan serba bisa membuat Ziya semakin tak dianggap. Bahkan warisan sang Ayah semua diberikan pada Noya. Lina terus menginginkan Noya mendapatkan yang terbaik, termasuk pasangan.

Namun, Kali ini, Ziya tidak akan mengalah. ia ingin membalas perbuatan Lina dan Noya, dengan mengajak menikah calon suami Noya.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Cuaca begitu terik. Matahari bersinar dengan begitu cerah tepat di angka jarum jam dua belas. Orang hanya akan keluar rumah atau kantor ketika ada keperluan mendesak saja, dibandingkan terkena sinar matahari yang menyengat kulit mereka. Ziya mengoleskan sunscreen ke wajah sebelum keluar dari mobilnya. Siang ini, ia berjanji akan fitting baju pernikahannya dengan Joe, kekasihnya. Ziya memasuki butik milik desainer ternama. Wanita itu langsung disambut ramah dan diajak masuk untuk mencoba gaunnya. Ini adalah fitting pertama, gaunnya masih terlihat sederhana karena belum pemasangan payet dan bahan lainnya. Ziya ditinggal sebentar karena sang pemilik menemui seseorang. Tidak lama, janjinya. Ziya merasa tidak keberatan. Wanita itu sibuk membayangkan bagaimana gaunnya nanti kalau sudah seratus persen selesai. Pasti sangat cantik dan anggun. Sebagai anak pertama dari Direktur PT. Valerious Damai Sejahtera, ia harus menunjukkan penampilan yang terbaik. Ziya merasa ingin buang air kecil. Tetapi, ia masih mengenakan gaun. Ia segera mencari salah satu karyawan butik ini untuk membantu membuka gaun. Ziya merasa sudah cukup. Manti, setelah buang air kecil, ia akan menjelaskan apa yang perlu ditambahkan. Ziya mengerem langkahnya secara mendadak. Ziya terdiam. Ia menggeser tubuhnya sedikit untuk bersembunyi. Wanita itu berpikir keras, kenapa Adiknya ada di sini. Padahal, mereka tidak berjanji apa pun. Suara ketukan sepatu mahal terdengar mendekat. Ziya berusaha mengintip siapa yang datang menemui Adiknya. Tapi, ia takut ketahuan. Ziya mendengarkan dengan saksama. "Kenapa kamu di sini, Noya?" Jantung Ziya berdegup kencang. Itu adalah suara Joe, sang kekasih. Ziya memberanikan diri untuk mengintip. Benar saja, itu adalah Joe. "Bukankah kita berjanji akan bertemu?"Nada bicara Noya tampak santai. Tidak seperti saat bicara dengan Joe di hadapan Ziya. "Benar. Tapi, kenapa kamu ikut ke sini. Ziya ada di dalam. Kita,kan, janji ketemu di Hotel." Kening Ziya mengekrut. Tetapi, Ziya tidak beroikir keduanya tidur bersama. Sebab, ada restoran favorit Noya di salah satu Hotel di Kota ini. "Dia tidak akan muncul. Dia pasti menunggumu dengan setia di dalam." Noya tersenyum manis. Wajah polosnya menjadi pemikat pria mana saja yang melihatnya. Ziya tidak bisa menampik itu. Joe tertawa kecil."Apakah aku harus senang atai sedih mendapatkan wanita setia seperti Ziya?" Noya melipat kedua tangannya di dada."Ya walaupun tidak menonjol dalam bidang apa pun, paling tidak dia setia." "Biar bagaimana pun, kamu yang tetap kucinta. Tapi, sayangnya kita tidak berjodoh." Joe sepertinya sangat menyayangkan hal tersebut. Ia cukup kesal kenapa tidak Noya saja yang dijodohkan dengannya. Kenapa Ziya, wanita yang membosankan dan keras kepala itu yang menjadi calon istrinya. Semua sudah ditentukan keluarga, jadi, Joe tidak bisa menolak. Lagi pula, keluarganya sangat beruntung akan memiliki besan seorang direktur. Lalu, dirinya, tak lama lagi juga akan menjadi Direktur menggantikan Ayah Ziya. Joe sama sekali tidak pernah bermimpi akan ada di posisi ini. Ia yang berasal dari keluarga sederhana, diminta untuk menjadi calon suami Ziya. "Terima saja. Kak Ziya juga lumayan. Banyak hal yang bisa ia lakukan." Noya tersenyum lembut."Aku sudah dijodohkan dengan pria lain." "Aku tahu. Tidak apa-apa. Kita masih bisa bertemu lain kali. " "Oh, jadi~begini." Ziya tertawa lirih. Ia cepat-cepat kembali dan bertemu dengan karyawan butik. Ia meminta gaunnya dilepas dan pamit dengan alasan ada urusan penting. Ia mempercayakan semuanya pada sang desainer. Ziya masuk ke mobilnya dengan kecewa. Ia duduk sembari mengontrol emosinya. Ia menunduk di setir mobil. Wanita dua puluh sembilan tahun itu tersenyum lirih. Kali ini ia tidak akan membiarkan keburukan menimpanya lagi. Setelah bertahun-tahun, Noya terus merebut posisinya. Ziya sendiri adalah anak yang diadopsi dari Panti Asuhan. Kebahagiaan memiliki keluarga hanya dirasakannya sebentar saja. Tidak lama kemudian, Ibunya meninggal dunia. Lalu, Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda anak satu. Anak itu adalah Noya. "Hah, aku harus bagaimana. Apa kubatalkan saja pernikahan ini?"" Ziya mengigit bibir bawahnya,"Lagi pula, Joe juga bukan orang yang harus dipertahankan. Ini juga karena perjodohan." Ziya menghela napas panjang. Ia segera melajukan mobilnya menuju salah satu coffe shop langganannya. Ia ingin menikmati kopi untuk menyingkirkan masalah di kepalanya. Pria di seberangnya adalah Tyaga, calon suami Noya. Tyaga bukan pria biasa seperti Joe. Noya dijodohkan dengan pria tampan, kaya raya, dan memiliki keluarga yang berpengaruh. Sementara dirinya, dijodohkan dengan pria biasa saja. Ini sangat jelas terlihat, bahwa ada yang dengan sengaja mengatur ini semua. Itu adalah Lina, Ibu tirinya. Sejak hadirnya Lina sebagai Ibu tiri Ziya, semuanya berubah. Ziya seperti bukan anak di sana. Perlakuan terhadapnya dan Noya juga sangat berbeda.Lina seakan-akan ingin menguasai keluarga beserta hartanya. Lina juga selalu menonjolkan Noya. Noya yang pintar dan berprestasi, Noya yang berhasil masuk ke Universitas Negeri ternama, lalu mendapatkan pekerjaan yang bagus. Ziya tidak memiliki nilai akademis yang bagus. Dia juga hanya bisa memasuki Universitas Swasta. Meskipun itu adalah Universitas yang ternama dan cukup mahal, tidak membuat Ziya dipuji. Perhatian sang Ayah juga mulai teralihkan pada Noya. Ziya terasingkan dan mulai terlupakan. Ayah Ziya perlahan tunduk terhadap Lina. Ziya memerhatikan Tyaga sembari menyedot es kopinya. Pria itu tampaknya sedang membicarakan urusan bisnis dengan dua pria di hadapannya. Tyaga memiliki perawakan yang tinggi bak model. Hidungnya tampak sempurna jika dilihat dari samping. Kulitnya kuning langsat. Rambutnya tertata rapi. Bahasa tubuhnya saat bicara dengan orang sangat elegan. Jika disandingkan dengan Noya, sepertinya akan menjadi pasangan yang serasi. Ziya tersenyum sinis. Lalu, ia ingat pembicaraannya dengan Joe. Pria itu memintanya agar ikut ke sebuah Daerah untuk ikatan dinas. Lalu, orang tuanya dengan senang hati mengizinkannya. Ziya benar-benar akan terpisah dengan keluarga. Ziya menggeleng kuat."Tidak bisa. Sudah cukup aku mengalah. Pokoknya kali ini aku nggak akan mengalah. Sudah cukup! Aku harus hentikan semua ini." Ziya menghabiskan kopinya. Setelah itu ia segera pulang untuk istirahat. Ia akan mengatur strategi. Sesampai di rumah, ia disambut tatapan tajam oleh Lina. Ziya menatap Ibu tirinya datar. Kemudian melewatkannya begitu saja. Ziya tidak mau membuang energinya untuk wanita itu. "Ziya!" Langkah Ziya terhenti."Ada apa?" Lina mendecih."Tidak sopan sekali." "Aku hanya bersikap sopan pada orang yang sopan denganku,"balas Ziya tenang. Lina melipat kedua tangannya di dada."Kenapa kau pergi saat fitting?" Ziya menatap Lina dengan sinis."Fittingku sudah selesai. Tentu saja aku harus pergi setelah urusanku selesai." "Apa? Joe bahkan sudah datang,"kata Lina kesal,"dia mencarimu ke mana-mana." "Biarkan saja. Aku tidak peduli,"jawab Ziya santai dan terkesan tidak mempedulikan keberadaan Lina. "Pernikahanmu harus segera dilaksanakan,Ziya. Agar Noya juga segera menikah dengan Tyaga. Tapi, jika untuk fitting saja kau bermalas-malasan, huh~kapan urusannya selesai." Ziya menyeringai."Wah, sepertinya Anda yang bersemangat untuk pernikahanku." "Aku bukan bersemangat untuk pernikahanmu. Tapi, pernikahan Noya." Lina tertawa puas,"memangnya kau ini siapa~harus kuharapkan pernikahannya." "Kalau begitu, aku tidak akan menikah." Ziya menyeringai kemudian berbalik badan dan berjalan ke kamarnya. "Hei, anak tidak tahu diri!"teriak Lina marah. Langkah Ziya kembali terhenti. Emosinya bergemuruh di d**a. "Syarat yang harus dipenuhi Noya jika ingin menikah adalah harus menunggumu menikah terlebih dahulu. Jika kau tidak menikah, sama saja kau mempersulit Noya. Apa kau seegois itu? Adikmu tidak bisa menikah karenamu!" Ziya menarik napas panjang. Ia tidak mau bersuara. Tangannya mengepal menahan emosi. "Ziya, kau dengar tidak!" Suara Lina menggelegar. Ziya melirik bayangan Lina dengan tajam. Wanita itu tersenyum lirih, lalu meneruskan langkahnya. Sementara Lina terus berteriak mengeluarkan kata-kata tidak pantas untuk Ziya. Ziya tidak pernah merasakan bahagia dalam hidupnya. Mama, kebahagiaan satu-satunya telah tiada. Kehidupannya semakin suram dengan kehadiran Ibu tirinya, Lina beserta Noya, anaknya. Noya yang pintar, cantik, dan serba bisa membuat Ziya semakin tak dianggap. Bahkan warisan sang Ayah semua diberikan pada Noya. Lina terus menginginkan Noya mendapatkan yang terbaik, termasuk pasangan

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

My Secret Little Wife

read
97.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook