Chapter 4

1344 Words
Aku berlari dengan terburu-buru ketika melihat jam tangan sudah menunjukkan pukul sembilan kurang lima menit, dan semakin mempercepat langkahku begitu melihat pintu kelas dan segera memasukinya. Aku menarik kursi dan duduk tepat di samping Bethany. Dia menoleh ke arahku “Kau kesiangan lagi?” tanya Beth. “Yeah.. syukurlah masih ada beberapa menit lagi.” jawabku sambil mengeluarkan laptop dan buku catatanku. “Mungkin kau harus mencari apartemen yang lebih dekat lagi dari kampus, atau mulai mengatur waktu tidurmu.” ucap Beth. “Apartemenku sudah cukup dekat, aku saja yang kesiangan bangun pagi ini.” “Bukan pagi ini saja, sudah beberapa kali dalam dua minggu ini. Apa kau sering keluar malam?” “Maksudnya?” “Pergi ke klub malam untuk bersenang-senang?” Aku menggeleng “Tidak, mana ada waktu dengan tugas menumpuk dan kalau sudah di lab kadang kita tidak pulang kan.” jawabku. Beth hanya mengangguk membalas ucapanku karena profesor Smith sudah datang dan memulai kuliahnya. Sebenarnya aku bukannya tidak dapat mengatur waktu tidurku, sejak kejadian dengan para mafia itu aku memang sering bermimpi buruk. Tadinya sudah cukup membaik dan tidak terlalu memikirkannya karena sudah cukup sibuk dengan berbagai kegiatan kuliah. Namun sejak Lucas menghubungiku lagi dua minggu lalu, aku bermimpi tentang dia. Entah kenapa lelaki yang baru ditemui sekali itu mengusik pikiranku, terutama mata yang berwarna coklat gelap itu ditambah sorot mata dinginnya. Sehingga membuat aku terbangun di tengah malam dan berakhir sulit untuk kembali tidur. Mimpinya sangat simple, Lucas yang memandangnya dengan sorot mata dingin dan suara bariton dalamnya yang memanggilku ‘And’. Walau aku sudah cukup sibuk dengan kegiatanku, namun alam bawah sadarku sepertinya masih mengingatnya. Mungkin seandainya awal pertemuan kami tidak seberkesan itu dengan diwarnai adegan action, aku bahkan mungkin tidak akan mengingat namanya. Aku menghela nafasku, baiklah fokus dulu pada kuliahmu Andrea! Sekitar dua jam berikutnya aku berusaha fokus pada mata kuliahku, setelahnya aku harus lanjut menuju laboratorium untuk melakukan tugas praktekku. Ketika kuliah selesai, aku dan Beth baru saja akan meninggalkan ruangan sebelum akhirnya professor memanggilku dan aku berjalan menghampirinya. “Apakah anda sudah mempertimbangkan tentang proyek penelitian yang saya berikan, Nona Rosewood?” tanya professor Smith. Aku teringat dengan pertanyaannya beberapa hari lalu, ketika aku berada di ruangannya untuk berdiskusi tentang proyek penelitian untuk on the job learning yang harus aku lakukan di semester pertama ini. Aku terdiam sejenak “Sudah prof, tapi apakah hanya penelitian itu pilihannya? Atau mungkin ada proyek lain yang bisa saya lakukan selain memegang proyek penelitian untuk penawar senjata atau racun kimia ini?” ucapku ragu. “Proyek penelitian ini kedepannya sangat berguna untuk masyarakat. Apalagi saya perhatikan anda sepertinya memang memiliki ketertarikan di situ dibandingkan ke penelitian biomolekul.” Memang benar jika aku lebih tertarik dengan bagaimana antar senyawa kimia bisa memiliki banyak probabilitas, proyek penelitian seperti ini sangat jarang ada. Senjata atau racun kimia dianggap berbahaya dan dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan masyarakat, penggunaan terhadap senjata atau racun itu dapat mempengaruhi sistem saraf dan otot sampai dengan efek melumpuhkan. Aku sangat penasaran dengan proyek ini, namun ketika aku melangkah masuk dalam proyek yang berbahaya ini maka tidak ada jalan untuk kembali kecuali menyelesaikan. Aku menarik nafas lalu membulatkan tekad “Baiklah Profesor, saya akan mencoba melakukannya.” ucapku. Professor Smith tersenyum, “Ok, saya coba koordinasikan dengan perusahaan yang menyelenggarakan terkait dengan penugasan anda di proyek tersebut.” ucapnya. “Terima kasih prof, saya pamit dulu” jawabku. “Silahkan, Nona Rosewood” ucapnya. Aku pun pergi meninggalkan ruang kelas, Bethany menungguku di depan kelas lalu kami berjalan menuju laboratorium. “Kau yakin akan mengambil proyek itu?” tanya Beth. Aku mengangguk “Hemm.. aku memang menyukainya pekerjaannya, lagi pula seandainya aku berhasil membuat penawarnya setidaknya senjata atau racun kimia itu hanya akan memberikan efek samping yang tidak terlalu mematikan, dengan memperhatikan nilai kemanusiaan, itu sangat berguna untuk peradaban dunia kan. Jadi setidaknya aku dapat memberikan kontribusi sebagai warga negara yang baik.” jelasku tentang misi yang ingin aku wujudkan dengan mengikuti proyek ini. “Yeah.. kau benar, kurasa masuk tim itu tidaklah buruk.” ucap Beth. Aku mengangguk “Ya.. kau benar tidaklah buruk.” ucapku. Bukankah itu yang memang aku ingin dapatkan ketika mengambil beasiswa ini, pengetahuan dan challenge memang berbanding lurus. Pikirku. === “Hi.. kau sudah menunggu lama?” tanyaku pada Ethan yang sudah menunggu di balik kemudi mobilnya. Hari ini adalah hari pertama aku bekerja sesuai arahan profesorku untuk melakukan penelitian, dan Mommy lagi-lagi meminta Ethan untuk mengantarku. “Tidak, aku baru saja sampai.” ucap Ethan sambil tersenyum “Alamatnya sesuai yang kau kirimkan melalui message kan?” tanyanya. Aku mengangguk “Yup..” sahutku, Ethan pun mengemudikan mobilnya. “Maafkan aku karena lagi-lagi ibuku merepotkanmu, Ethan” ucapku. “Nope, aku dengan senang hati mengantarmu kok.. By the way untuk jumat ini bisa keluar kan?” tanya Ethan. Mommyku ini memang paket lengkap, demi memastikan aku tidak kesepian di kota ini, dia meminta Ethan selalu mengajakku makan malam keluar setiap jumat malam. Walau kadang-kadang aku tidak bisa pergi karena masih terikat dengan tugas di laboratorium. “Aku akan mengabarimu lagi nanti.” ucapku. “Baiklah, ada restoran yang baru saja dibuka. Aku rasa kau akan menyukai menu di sana.” ucapnya. “Waw..nice, aku belum tahu bagaimana nanti kondisi pekerjaanku, tapi sepertinya bisa.” sahutku. “Aku akan menjemputmu di jumat malam kalau begitu.” ucap Ethan. Aku mengenal Ethan dua hari sejak tiba di kota ini, kalau dipikir ini sudah hampir dua bulan. So far dia menyenangkan, teman yang enak diajak bicara. Terkadang aku bahkan meminta Kalya untuk pergi bersama kami. Namun aku cukup mengetahui Mommyku, kenapa dia begitu ingin aku selalu pergi dengannya dan terkadang mendesak Ethan untuk mendekatiku, pasti ada udang di balik batu. Pasti ada maksud dan keinginanyang tersembunyi. Heeeh.. Mommyku ini memang luar biasa. Sekitar 20 menit kemudian kami sampai ke alamat yang dituju. Kami harus berhenti di gate, karena lokasinya restricted area. Setelah mendapatkan ijin baru kemudian mobil kami dapat memasuki kawasan yang cukup luas, ada gedung-gedung terpisah, namun aku diarahkan ke gedung utama yang merupakan perkantoran. Aku menatap gedung yang menjulang tinggi itu, mungkin ada sekitar 21 lantai. Seketika tubuhku membeku ketika melihat papan logo yang ada di sana, AK Corp. Apakah ini perusahaan milik Lucas? Harusnya dia tidak tahu kan kalau aku akhirnya yang terpilih ikut serta dalam penelitiannya? Kalau memang dia adalah pemimpinnya, pastinya dia tidak terlalu mengurusi hal yang remeh temeh seperti peneliti yang magang bersama para peneliti senior lainnya di perusahaan ini. “Sepertinya penjagaannya cukup ketat.” ucap Ethan memecah lamunanku. Aku mengangguk pelan “Tentu saja karena adanya kemungkinan senyawa kimia yang berbahaya, sehingga tidak akan melukai orang-orang awam di sekitar.” ucapku sambil melepaskan seat belt. “Baiklah.. sampai ketemu jumat ini kalau begitu..” ucap Ethan. “Hemm.. terima kasih karena sudah mengantarku, Ethan..bye..” ucapku lalu turun dari mobil. Aku berjalan memasuki gedung perkantorannya, tentunya dengan dilakukan pemeriksaan ketat dari para penjaga yang mengenakan pakaian jas lengkap. “Hi.. apakah kau Andrea Arabella Rosewood?” ucap seorang lelaki yang mendatangiku. “Ya.. Hi.. kau Julian Alexander?” tanyaku, kontak nama yang diberikan professorku. “Yup.. selamat datang Nona Rosewood.” ucapnya. “Please, kau bisa memanggilku Andrea saja..” ucapku. “Okay Andrea, senang akhirnya kau mau bergabung dengan team peneliti kami. Mari aku akan mengajakmu berkeliling dulu sebelum bertemu dengan para peneliti kami di laboratorium.” ucap Julian. Aku mengangguk dan mengikuti Julian. Kantor ini cukup luas, lantai pertama adalah area lobby. Di lantai 2 sampai dengan 10 adalah lantai kantor administrasi perusahaan, lalu di lantai 11 sampai dengan 19 adalah kantor penelitian, lantai 20 merupakan kantor manajemen dan di lantai 21 adalah penthouse room yang terkadang digunakan manajemen atas untuk beristirahat. Oleh karenanya office tur yang diberikan Julian hanya sebatas sampai dengan lantai 19 saja dan di sanalah tempat aku bekerja. Aku menikmati office tur yang diberikan oleh Julian, karena banyak hal baru yang aku ketahui selain perusahaan tempat aku bekerja sebelumnya. Cukup bersyukur juga aku tidak bertemu Lucas, jika memang ini adalah perusahaannya. Tunggu. Apakah artinya aku bekerja di kantor mafia?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD