Semion meremas kesal dokumen yang ada ditangannya. Dia pikir Lucas Absyach Krukoz benar-benar melakukan yang dia minta, namun ternyata masih saja ada celah di dalamnya yang kini operasional perdagangan senjatanya terhenti.
“Ma..ma..maafkan aku Semion, aku sama sekali terlewat dengan klausal-klausal itu. Lucas benar-benar sangat penuh perhitungan. Aku sama sekali tidak menduga akan hal ini..” ucap Bailey ketakutan yang merupakan kuasa hukumnya.
“Kau sudah tahu dari dulu Lucas selalu penuh dengan strategy. Apa menurutmu dia bisa bertahan sampai saat ini hanya karena nama keluarganya?!” ucap Semion, amarahnya memuncak.
“Ka..kau benar Semion, aku sama sekali ti..tidak menyangka ini bisa terjadi.” ucap Bailey tergagap.
“Aku tidak peduli! Kerugianku terlalu besar Bailey!” ucap Semion, lalu dia berdiri dan memberikan kode kepada Jeremi sebelum akhirnya dia berjalan keluar.
Jeremi yang merupakan tangan kanan Semion, sudah tahu apa yang harus dia lakukan. Dia memerintahkan anak buahnya lalu berjalan keluar mengikuti Bossnya.
“Tidak..tidak.. kumohon beri aku kesempatan. Aku akan—”
Door!
Suara permohonan dari Bailey sudah tidak terdengar lagi, ditutup dengan suara tembakan yang pelurunya kini bersarang tepat di kepalanya.
===
“Selamat pagi, Nona Rosewood.” sapa Aaron.
Aku mengerutkan dahi “Aaron?” Aku melihat sekeliling tidak ada sosok Darrius maupun Lucas “Ada apa ke sini pagi-pagi?” tanyaku bingung. Saat ini aku berada di lobby apartemen, bersiap diri untuk berangkat bekerja.
“Saya bertugas untuk mengantar dan menjemput anda, Nona.” jawab Aaron sambil membukakan pintu mobil sisi penumpang.
Aku baru menyadari 3 iringan mobil SUV hitam sudah terparkir di depan lobby. Aku tersenyum “Terima kasih, Aaron.” ucapku lalu aku masuk ke mobil dan duduk di kursi penumpang, Aaron pun menutup pintu lalu berjalan ke kursi kemudi dan menjalankan mobilnya.
Aku menyibukkan diri dengan melihat tabku. Saat ini di kepalaku terdapat berbagai ide untuk mencampurkan beberapa senyawa kimia yang mungkin bisa menjadi penawar dari gas klorin. Menulis berbagai rumus yang mungkin dapat aku pecahkan, sehingga bisa langsung melakukan percobaan pada saat aku sampai di laboratorium nanti. Ketika selesai, aku tersenyum senang lalu menutup tabku, menyematkan stylus pennya dan menyimpannya di dalam tasku.
“Sudah selesai, Sayang?” terdengar suara bariton dalam yang aku kenali.
Aku menoleh dan mendongak, Lucas sudah berdiri di dekat pintu mobil yang kini terbuka. Aku menatap ke sekeliling, ternyata aku sudah sampai di lobby AK Corp, sepertinya aku terlalu fokus kepada rumus-rumusku tadi.
“Hi…” sapaku pada Lucas, lalu aku turun dari mobil. Lucas membantuku membawa barang-barang bawaanku. “Sudah lama menunggu di sini? Aku benar-benar tidak sadar kalau sudah sampai.. eum biar aku yang bawa saja.” ucapku berniat mengambil tas laptopku dari Lucas, namun Lucas menariknya menjauh sehingga aku tidak dapat menggapainya.
“Yup.. lumayan, sekitar 5 menit menantimu dengan pintu terbuka. Apa kau selalu seperti itu? Bahkan tidak menyadari sekelilingmu saat sedang sibuk dengan rumus-rumusmu itu?” ucapnya sambil merengkuh pinggangku dengan posesif dan membimbingku masuk ke dalam kantor.
“Yeah.. ibuku pun sering menegur, aku kadang terlalu fokus karena khawatir rumus itu hilang dari kepalaku.”
Lucas tersenyum “Baiklah.. akan aku ingat tentang hal ini. Sudah sarapan?”
“Hmm.. tadi aku sudah makan sereal.” ucapku. Aku memperhatikan sekeliling, beberapa karyawan yang aku kenali dari bagian administrasi dan beberapa peneliti menatap ke arah aku dan Lucas yang saat ini berdiri menanti lift, beberapa dari mereka pun berbisik-bisik. Aku baru menyadari kalau Lucas saat ini sedang meletakkan tangannya di pinggulku dan merengkuhku posesif. “Eum.. ini kantor, bisa kau lepaskan tanganmu..” bisikku kepada Lucas.
Lucas hanya membalas permintaanku dengan melihat ke arah kerumunan karyawannya lalu menatapku dalam, tersenyum lalu menunduk dan mencium pipiku “Selamat pagi, Sayang.” ucapnya.
Aku terkesiap tak percaya dengan kelakuannya, pintu lift pun terbuka. Lucas menarik tanganku agar masuk ke dalam lift, di ikuti dengan Aaron dan Darrius yang selalu siap menjaga Boss besarnya. Darrius menekan button lantai 19 untukku dan lantai 20 yang merupakan ruang kantor Lucas.
“Aku rasa aku butuh berbicara denganmu.” ucapku, sepertinya aku perlu menarik garis mana urusan pribadi dan mana urusan pekerjaan dengan Lucas, pikirku.
“Okay, nanti sore Aaron akan menjemputmu di ruangan dan mengantarmu padaku.” ucap Lucas.
“Tidak bisa sekarang?” tanyaku.
“Tidak, aku pun ingin selalu bersama denganmu. Tapi aku ada meeting online dengan kantor yang ada di Rusia. Jadi sampai nanti sore.” ucap Lucas sambil memberikan tas laptopku.
Tidak lama kemudian pintu lift pun terbuka, kami sudah sampai di lantai 19. Aaron berjalan keluar memberikan jalan untukku. Lalu masuk kembali ketika aku sudah keluar dan menutu pintu lift.
Aku berjalan ke arah laboratorium. Baiklah sebaiknya aku fokus saja dulu pada pekerjaanku. Di tambah lagi sudah seminggu ini aku meninggalkan penelitianku, jadi aku harus mengejar ketinggalanku.
===
Waktu menunjukkan pukul 5 sore ketika Aaron datang menjemputku di Laboratorium. “Memangnya mau kemana sampai perlu menjemputku ke sini?” tanyaku pada Aaron yang saat ini sudah berjalan di sisiku menuju pintu lift.
“Kita akan ke lantai 20, Nona.” ucap Aaron.
“Ya ampun, kenapa tidak memintaku pergi sendiri saja ke sana. Kau tidak perlu menjemputku.”
“Tapi kita akan ke ruang latihan, bukan ke kantor Boss.”
“Ruang latihan? Aku baru tahu ada ruang latihan di sana.”
“Boss memang menyediakannya untuk dirinya dan kami. Jadi kami bisa latihan sambil menunggu Boss selesai meeting atau mengerjakan pekerjaan. Dan Boss biasanya akan berada di sana sore hari jika sedang tidak lembur. Untuk masuk ke sana, saya perlu mendaftarkan akses anda terlebih dahulu, Nona. Oleh karena itulah saya menjemput anda hari ini.” jelas Aaron.
Aku mengangguk mengerti.
Setelah sampai di lantai 20, Aaron mengarahkan aku untuk masuk ke salah satu ruangan yang ada di lantai itu. Kemudian mendaftarkan suara, retina mata, fingerprint sebagai data untuk bisa digunakan sebagai akses aku masuk ke ruang latihan. Setelah selesai Aaron pun memintaku untuk mencoba akses yang sudah diberikan ke ruang latihan sekalian memasuki ruang latihan.
“Hmm.. aku tidak tahu ada ruangan seperti ini di gedung AK Corp, padahal aku sudah berbulan-bulan bekerja di sini.” ucapku terlihat takjub dengan pengaturan ruangan latihan ini. Di sebelah kiriku terdapat tempat latihan fisik, beberapa orang yang aku kenali sebagai salah satu anak buah Lucas sedang latihan ilmu bela diri. Sementara di sebelah kananku ada ruangan latihan untuk senjata tajam, dilengkapi berbagai senjata tajam yang tertata rapi di lemari-lemari besi yang ada di ruangan itu.
“Boss sedang ada di ruangan latihan tembak, kita bisa menuju ke sana.” ucap Aaron.
Aku mengangguk dan mengikuti Aaron.
Aaron membuka pintu ruangan, pada saat itulah baru terdengar beberapa kali bunyi tembakan yang cukup kencang. Aku berjengit kaget. Ternyata ruangan ini kedap suara, oleh karenanya aku tidak mendengar suara tembakan dari balik pintu.
“Kau sudah datang, And.” ucap Lucas yang berjalan menghampiriku setelah memberikan senjata yang tadi dia gunakan kepada anak buahnya dan melepas kacamata tembaknya.
“Kau sedang latihan?” tanyaku ketika dia sudah berada di hadapanku.
“Yeah..” ucap Lucas lalu memberikan kode kepada Aaron. “Itu adalah jadwal latihanmu.” lanjut Lucas.
Aaron memberikan tablet kepadaku untuk aku lihat. Di sana ada tabel senin sampai dengan jumat berisi jadwal latihan. Aku menswipe layar tablet itu, semakin lama latihan yang akan dilakukan semakin berat “What?! Ini jadwal selama 3 bulan?” tanyaku bingung.
“Hmm.. intensive setiap hari mulai dari senin sampai dengan jumat. Jika ada jadwal yang kau lewatkan maka kau perlu menggantinya di hari sabtu atau minggu.” jelas Lucas.
“Tunggu..” aku tersenyum enggan sambil mengembalikan tablet itu kepada Aaron. “Bukankah kemarin kau bilang kau yang akan belajar memasuki duniaku. Lalu kenapa kau sekarang memberikan jadwal latihan untukku? Untuk apa? Apakah agar aku menjadi salah satu anggota mafiamu?” tanyaku kesal.
Lucas tersenyum, wajah tampannya hampir saja bisa mengecoh tapi aku akan bertahan. “Kau memintaku untuk mencintaimu seumur hidup” ucap Lucas.
“Lalu?” tanyaku bingung, apa hubungannya dengan jadwal latihan yang dia berikan.
“Agar aku bisa mencintaimu, artinya kau harus hidup.”
“Hah?!”
“Untuk bertahan hidup artinya kau membutuhkan skills.”
“Yeah.. aku memilikinya, skill memasak, mencuci atau hal lainnya tentu saja.”
“Skills yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di dalam duniaku adalah yang kau lihat di jadwal tadi.”
“Tapi kita sudah sepakat mengenai dunia siapa yang akan kita tinggali kemarin.”
“Setuju.. tapi seperti yang aku bilang. Aku akan bertahap menuju ke sana. Dan kau akan mendampingi aku menuju ke sana kan?”
“Apa perlu sampai intensive seperti itu?”
“Ketika aku berjalan menuju duniamu, maka akan banyak musuh-musuhku yang seperti Semion. Aku tidak bisa selalu ada di dekatmu, walau akan selalu ada anggotaku yang menjagamu, tapi kau harus punya skills melindungi dirimu juga. Lakukanlah demi aku, And. Agar setidaknya aku bisa tenang ketika aku tidak ada di sisimu.”
Aku menarik nafas panjang “Hmm.. baiklah.” ucapku.
Lucas tersenyum lalu menunduk dan mencium keningku “Terima kasih, Sayang.” ucap Lucas.