Chapter 16

1456 Words
Aku menatap nanar pada laptopku yang saat ini terbuka di meja makan apartemenku, kejadian itu sudah berlalu selama seminggu. Namun aku masih saja kehilangan konsentrasiku. Malam itu aku tetap pergi dengan Ethan untuk makan malam, dan berakhir pulang cepat karena aku masih saja terus memikirkan Lucas dan tidak bisa berkonsentrasi dengan pembicaraan kami. Namun aku beralasan sedang memikirkan pekerjaan dan tugas kuliah kepada Ethan. Syukurlah Ethan mengerti dan langsung mengantarku pulang. Karena masih merasa belum siap bertemu dengan Lucas, aku pun ijin untuk tidak datang ke AK Corp untuk beberapa hari ke depan dengan alasan sedang mengejar tugas kuliah. Aku menghembuskan nafas panjangku, apakah ada caranya aku bisa berhenti bekerja di AK Corp? Tapi bagaimana dengan penelitianku, aku masih ingin melanjutkan dan jika berhasil maka akan menjadi suatu pencapaianku. Akh.. entahlah, sampai saat ini aku masih saja belum dapat menentukan arah hidupku. Bell apartemenku berbunyi, aku berjalan menuju pintu depan cukup terkejut ketika memandang ke layar monitor. Lucas berdiri didepan pintu apartemenku dan tentu saja dikawal oleh Aaron dan Darrius. Dengan perlahan aku membuka pintu “Hi.. Lucas, ada apa?” tanyaku agak sedikit awkward, karena ini pertama kalinya dia datang ke apartemen setelah berbulan-bulan kami berkenalan. Lucas menatapku dalam “Boleh aku masuk?” tanyanya. Aku mengangguk dan memberikan jalan, Lucas pun masuk. Aku menunggu Aaron dan Darrius juga, tapi mereka hanya berdiri saja di depan “Kalian tidak ikut masuk?” tanyaku penuh harap, setidaknya bukan hanya aku dan Lucas saja di dalam apartemen. Darrius dengan wajah seriusnya diam tidak menjawab. Aaron tersenyum “Tidak Nona Rosewood, kami akan berjaga di depan saja.” jawab Aaron. Aku menggigit bibirku, mengangguk mengerti dan menutup pintu. Hilang sudah harapanku untuk tidak hanya berduaan saja dengan Lucas. “Keluargamu sepertinya sangat menyayangimu..” ucap Lucas sambil melihat sekeliling ruangan. Bisa dibilang ibuku memang sangat berlebihan dalam memberikan fasilitas terbaik, apartemen ini memang cukup mewah. “Hmm.. aku anak mereka satu-satunya.” jawabku “Silahkan duduk, kau ingin minum sesuatu?” tanyaku berusaha bersikap santai. “Tidak, terima kasih.” ucap Lucas sambil duduk di kursi ruang makan “Kau sedang mengerjakan tugasmu?” tanya Lucas ketika melihat ke arah Laptopku yang terbuka di meja makan. “Yeah.. mengerjakan beberapa tugas” jawabku, sambil menggeser laptopku, walau tidak ada yang selesai satupun, lanjutku dalam hati. Aku memilih kursi duduk di seberang Lucas, sehingga kami saat ini bisa saling menatap. Sepertinya aku salah strategi duduk di sini, pikirku. “Well.. ada apa?” tanyaku lagi. “Bisa dibilang, aku sedang mengunjungi karyawan magangku yang sudah tidak masuk selama seminggu.” ucap Lucas sambil menatapku dalam. Aku tersenyum “Apa kau melakukannya juga untuk karyawan magang lainnya?”” tanyaku. “Yeah.. hanya kau satu-satunya karyawan magang yang ada di AK Corp.” jawab Lucas. Aku tertawa “Wow.. suatu penghargaan bagiku, Boss besar sepertimu mau mengunjungiku.” sahutku. “Syukurlah kau baik-baik saja, aku kira kau sakit atau apa sehingga kau tidak bisa hadir bekerja selama satu minggu ini” ucap Lucas sambil tersenyum, wajahnya sungguh tampan dan mempesona. Membuatku ingin berlama-lama memandangnya. Stop, Andrea! Ingatku dalam hati. “Eum.. aku baik-baik saja.. apa orang-orangmu yang mengawasiku tidak mengabarkan?” ucapku dengan nada sarkas, well Andrea kau memang ahlinya dalam merusak suasana. Lucas menatapku “Kau menyadarinya?” tanyanya. “Hmm.. aku menyadarinya sejak kejadian di night club waktu itu, beberapa anak buahmu menghalau beberapa lelaki yang mengganggu aku dan Kalya, lalu Darrius datang beberapa saat kemudian.” “Aku hanya berusaha menjagamu sejak kejadian di Quartiere. Dan mereka hanya mengawasi dari luar saja, sehingga tidak akan tahu apa yang terjadi denganmu di dalam apartemen ini. Privasimu tetap terjaga.” Jelas Lucas. “Aku mengerti, kau hanya merasa bertanggungjawab atas diriku karena kejadian di Quartiere.” sahutku, walau ada perasaan sedikit kecewa. Kenapa? Karena aku mengharapkan lebih? “Jadi.. kau sudah tahu aku baik-baik saja kan. Kau bisa pergi sekarang.” ucapku. Lucas menatapku dalam “Apa harus sedingin itu padaku?” tanyanya. Aku diam menatapnya. Untuk beberapa saat kami hanya diam saling memandang. Aku berdiri dan berjalan ke arah jendela, terdiam di sana dan melihat lampu lampu kota dari tempatku berdiri berusaha mengatur nafasku agar lebih tenang. “Kau mengabaikan semua messageku, kau tidak menjawab panggilanku dan sekarang kau bahkan tidak menjawab pertanyaanku.” ucap Lucas yang saat ini sudah berdiri di belakangku. Aku membalikkan badan ke arahnya “Lucas..” aku menarik nafas agar dapat berbicara kembali dengan nada tenang “Kau dan aku.. itu salah” “Apanya yang salah?” “Kita harus menjaga jarak aman, apa kau mengerti?” Lucas tersenyum sinis “Kenapa?” “Aku sedang tidak ingin bermain-main denganmu, pergilah” “Aku pun sedang tidak ingin bermain, mari kita coba luruskan ini. Di Quartiere malam pertama kau tiba, aku sudah mengatakan dengan gamblang kalau aku tertarik denganmu. Lalu di rumah pantai, aku pun sudah menyatakan bahwa aku mendekatimu ataupun tertarik denganmu bukan hanya untuk berteman. Lalu sekarang kau bilang kau dan aku salah?! Kenapa? Karena aku dari keluarga mafia?” “Kau dan aku memiliki kehidupan yang berbeda, Lucas.” “Fine, aku yang akan mengalah dan memasuki duniamu. Aku akan mencoba untuk menjalani secara bertahap, kau hanya perlu bersabar.” “What?! Kau pikir bisa semudah itu?” “Lalu apa yang membuatmu berpikir ini tidak akan semudah itu?” “Lucas.. please..” “Aku akan memberimu ruang dan bersabar, tapi jangan hindari aku. Lakukanlah hal yang kau sukai, aku tahu kau menyukai penelitian yang dilakukan di laboratorium AK Corp. Jadi lakukanlah.” Aku menatap Lucas, ingin rasanya aku memeluknya tapi aku harus bertahan. Buat apa memulai sesuatu yang ujungnya aku sudah tahu arahnya akan kemana. Sejenak kami hanya saling menatap. “Aku pamit, jadi pastikan kau besok sudah kembali masuk bekerja.” ucap Lucas sadar bahwa aku hanya akan diam tak berbicara, lalu dia melangkah pergi. Tanpa sadar aku berjalan mengikutinya dari belakang, namun tiba-tiba Lucas berhenti dan membalikkan badan sehingga aku menabrak tubuhnya, aku bergerak mundur dan hampir terjerembab namun dengan sigap Lucas menangkapku dan menarikku. Sehingga kini tubuhnya merengkuhku dan tatapan kami bertemu. “Kau baik-baik saja?” tanya Lucas, sangking dekatnya aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Aku mengangguk, tatapanku turun ke arah bibirnya. Bibir hangat yang aku ingat bagaimana rasanya ketika bibir itu menyentuh bibirku. “Sepertinya aku yang tidak baik-baik saja..” ucap Lucas sambil menundukan wajahnya, sebelum aku memahami maksudnya aku terkesiap dengan bibirnya yang saat ini sedang menekan lembut bibirku. Aku memejamkan mata untuk menikmati setiap sentuhan bibirnya, dan naluriku pun tergerak untuk membalas ciumannya. Aku sangat merindukan dia. Aku mengalungkan kedua tanganku pada lehernya, Lucas menarik tubuhku mendekat hingga tidak ada jarak diantara kami berdua. Kakiku mulai terasa lemas, sehingga kini aku menyandarkan tubuhku pada tubuh Lucas. Aku mulai kehabisan nafas dan melepaskan ciuman kami. Lucas mencium pipiku dan menelusuri rahangku “Aku menginginkanmu, And. Jadilah kekasihku dan aku akan memberikan segalanya untukmu.” ucap Lucas, lalu dia mencium keningku dan terdiam cukup lama di sana. “Segalanya?” tanyaku dengan suara parau, masih berusaha mengendalikan diriku. Lucas meletakkan keningnya di keningku “Hmm.. segalanya.” ucap Lucas. “Termasuk mencintaiku?” “Termasuk mencintaimu.” “Hanya aku? Seumur hidupmu?” Lucas tersenyum “Aku tidak tahu kau seposesif itu.” ucapnya. “Jawablah..” “Ya.. aku akan mencintaimu seumur hidupku. Hanya kau.” Aku menatap Lucas dalam, memastikan setiap ucapannya adalah benar dan tidak ada kebohongan di dalamnya “Kau tidak akan mempermainkan aku?” tanyaku lagi untuk memastikan. “Setahuku kau tidak punya trauma kepada lelaki sebelumnya.” ucap Lucas. “Memang tidak ada, hanya kau lelaki yang aku ijinkan untuk bisa dekat denganku. Namun aku tidak suka memulai sesuatu tanpa kejelasan.” “Tentu.. aku tahu otak jeniusmu terlalu pintar untuk dapat dipermainkan.” ucap Lucas lalu menciumku lagi. “Aku mencintaimu, Luc” bisikku. “Ya.. aku tahu.” ucapnya dan kembali menciumku. Aku mengerutkan kening dan mendorongnya agar melepaskan ciumannya “Kau tahu?” tanyaku. “Ada yang aneh dengan itu?” “Aku bilang aku mencintaimu dan jawabanmu adalah ‘kau tahu’ ?” tanyaku mulai kesal lalu mendorongnya menjauh. Lucas mengernyitkan dahi mulai tahu kesalahannya “And.. maafkan aku, maksudku tidak begitu.” jelasnya. Aku tidak peduli dengan ucapannya, tetap berjalan ke arah pintu dan membukanya, berdiri di dekat pintu mempersilahkan Lucas untuk keluar dari apartemenku “Selamat tinggal, Tuan Absyach Krukoz” ucapku dengan nada tegas. Lucas menarik nafas panjang lalu berjalan mendekat, mencium keningku lalu menatapku dalam, namun aku memalingkan wajahku tidak ingin melihatnya “Selamat malam, Sayang. Aku mencintaimu.” ucapnya dengan suara baritonnya yang dalam. Lalu dia pergi berjalan keluar. Aku menutup pintu dan menghela nafas, jantungku berdegup kencang. Sepertinya aku harus mulai belajar untuk mengendalikan diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD