POV. Lucas Absyach Krukoz
Aku terdiam berusaha mengendalikan emosiku yang sedang berkecamuk di dalam diriku. Sekitar satu jam lalu Aaron melaporkan bahwa dia kehilangan Andrea, dia sama sekali tidak menduga bahwa wanita berambut merah yang membopong temannya yang seolah-olah mabuk itu adalah yang menculik Andrea. Sampai tadi ketika salah satu anak buahnya memberikan informasi bahwa ada seorang wanita yang mencurigakan membawa mobil dengan wanita yang tidak sadarkan diri.
Aku sangat mengkhawatirkan keadaan Andrea, diriku sangat tahu dunia gelap yang sudah berpuluh-puluh tahun dijalankan secara turun temurun keluarga Absyach Kruzkoz ini dapat sekejam apa. Andrea akan sangat beruntung sekali jika dia dapat segera ditemukan dalam keadaan hidup.
“Bos.. ada yang perlu kau ketahui tentang wanita itu..” ucap Darrius sambil memberikan tab kepadaku.
Aku menerima tab itu, dan menswipe gambar-gambar yang ada di dalam tab tersebut. Wanita berambut merah itu ternyata adalah orang suruhan Semion Vadzov. Aku menghempaskan nafas berat, “Segera kerahkan orang terbaikmu Darrius, aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada Andrea.” ucapku.
Darrius mengangguk “Baik, Bos.” ucapnya.
“Kau masih menyimpan area-area kekuasaan Semion kan? Kau bisa mulai dari situ dulu.” ucapku pada Darrius, aku masih ingat dulu aku meminta Darrius memetakan area Semion dan mengawasi arah bisnisnya untuk berjaga-jaga jika suatu saat kami membutuhkan strategi untuk menghadapinya jika dia mengganggu tujuanku.
“Apa kau gila?! Jika kau mengganggu Areanya kau hanya akan membuat kita perang saja dengannya.” ucap Felix terlihat khawatir. Darrius diam menunggu keputusan akhirku atas masukan Felix sebagai consigliere-ku.
“Aku tidak peduli Felix, dia yang mengganggu milikku lebih dulu.” ucapku kesal.
“Milikmu? Andrea bahkan bukan siapa-siapamu?! Kenapa harus membuat keputusan gila seperti ini?”
Aku menatap Felix dengan tajam “Aku dapat membuat dia menjadi milikku jika aku mau Felix. Kalau aku bertahan sampai saat ini dengan kondisi kami, aku hanya ingin berusaha senormal mungkin layaknya dunia yang dia miliki saat ini.” ucapku.
“Itulah.. Selama ini, kau dapat memiliki wanita manapun yang kau mau. Jadi kenapa harus dia?! Jangan lakukan hal yang nantinya akan kau sesali hanya karena wanita, Lucas?!” sergah Felix.
Aku menahan amarahku kepada Felix, entah kenapa baru kali ini aku tidak peduli dengan ucapannya. Pikiranku kalut karena memikirkan hal buruk yang mungkin terjadi kepada Andrea, aku hanya ingin dia segera ditemukan. “Pergilah Darrius.. Lakukan yang aku katakan tadi.” ucapku tegas.
Darrius mengangguk dan pergi undur diri.
“Kau benar-benar sudah dibuat gila olehnya!” ucap Felix yang terlihat kesal karena aku tidak mengikuti ucapannya.
Mungkin aku sudah gila, katakanlah seperti itu. Melakukan suatu perubahan dari apa yang sudah berpuluh-puluh tahun berjalan memang tidaklah mudah, aku sudah mengantisipasi hal ini sebelumnya. Namun aku sama sekali tidak mengantisipasi adanya faktor Andrea Arabella Rosewood.
Faktor yang sama sekali tidak pernah masuk dalam prediksiku ketika memulai rencana perubahan ini. Dimulai dari pertemuan aku dengannya beberapa bulan lalu, kemudian rasa ketertarikan aku dengannya yang membuatku semakin mendekatinya dan sekarang penculikan dia. Aku sama sekali tidak menduga kalau Andrea akan dipergunakan oleh para musuhku yang keberatan dengan adanya perubahan untuk menghadapiku. Argh..!! Perasaan asing yang ada di dalam diriku ini seolah-olah mengambil alih otakku yang biasanya dapat berpikir dengan baik!
===
POV. Andrea Arabella Rosewood
Aku mengerjapkan mataku, kepalaku masih sedikit pusing karena Cloroform yang aku hirup sebelum aku tidak sadarkan diri tadi.
“Sudah sadar, baby?” sapa seorang lelaki yang saat ini sedang berdiri memandanginya.
Aku diam tak menjawab.
“Wajahmu itu terlihat waspada sekali, tenanglah.. aku tidak akan menyakitimu..”
Aku menyunggingkan senyuman sinis, “Kalau kau tidak berniat menyakitiku, lalu kenapa kau harus membiusku dan menyekapku di dalam ruangan ini.” ucapku penuh kehati-hatian, jangan sampai aku bertindak bodoh dan memprovokasinya untuk berbuat jahat kepadaku.
“Well.. maafkan aku kalau terpaksa melibatkanmu.. urusanku dengan Lucas, aku hanya meminjammu sebentar sebagai alat negosiasi.”
Meminjam?! Alat?! Lelaki ini benar-benar tidak menganggapku manusia!
“Lucas? Apa hubunganmu dengan dia?” tanyaku bingung.
“Kami teman lama..”
Teman lama.. apakah artinya dia mafia juga, yang datang dari masa lalu Lucas?! Atau bahkan lelaki ini adalah musuhnya?! “Kau tidak akan berniat menyakiti Lucas dengan menggunakan aku kan?” tanyaku, tiba-tiba ada rasa kekhawatiranku kemungkinan adanya lelaki ini akan menyakiti Lucas.
Lelaki itu tertawa “Wow.. Lucas pasti akan senang sekali jika mengetahui bahwa wanitanya lebih memikirkan keselamatan dia dibandingkan dirinya sendiri yang saat ini kondisinya lebih dekat dengan bahaya..” sahut lelaki itu.
Aku diam tidak menjawabnya.
Lelaki itu memajukan badannya dan menatapku dalam “Bersabarlah.. dan aku sarankan kau tidak macam-macam kalau ingin kembali kepada kekasihmu itu dalam keadaan bernyawa..” ucap lelaki itu, dia lalu berdiri dan beberapa lelaki lain sepertinya begitu patuh padanya, bersiap memberikan jalan dan keluar ruangan. Pintu ruangan itu tertutup lagi.
Aku bernafas lega, well.. setidaknya aku bisa bernafas lega sementara ini. Siapa lelaki tadi? Kalau benar dia teman lama Lucas, lalu kenapa dia membutuhkan aku sebagai alat negosiasi dengan temannya sendiri, kemungkinan yang lebih masuk akal dia adalah musuh Lucas. Apakah tadi lelaki itu mengira aku adalah kekasih Lucas? Argh.. mungkin ini kesekian kalinya aku menyesal mengenal lelaki yang bernama Lucas Absyach Krukoz. Mengenal lelaki itu memang terlalu berbahaya, sebaiknya aku tidak perlu dekat-dekat dengan dia lagi, pikirku.
Andrea menatap ke sekeliling ruangan dimana dia berada saat ini. Ruangan ini terasa lembab, tingkat kelembaban pada ruangan ini mungkin berada di atas 60%. Aku hanya perlu bertahan sambil memikirkan jalan keluar dari tempat ini.
Andrea berdiri dan berjalan untuk melihat serta meneliti barang apa saja yang berada di ruangan. Otaknya berusaha memikirkan kemungkinan apa yang bisa dia lakukan agar dapat pergi dari tempat ini. Ruangan yang lembab ini berhasil menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme, sehingga bau tidak sedap tercium dan bercak basah terlihat pada dinding dan atap plafon yang merupakan hasil kondensasi udara lembab yang terus didiamkan.
Kalaupun aku berhasil membuka pintu bergagang besi yang sepertinya sudah teroksidasi oleh oksigen dan air sehingga berkarat, sudah dapat dipastikan di depan pintu ini para penjaga bersiap menangkapku lagi. Berpikirlah Andrea !
===
Ruangan sudah mulai terang hasil dari pancaran sinar matahari dari kisi kisi jendela, ketika aku membuka mataku karena mendengar suara pintu ruangan di buka. Aku menatap seorang wanita berpakaian lusuh dan bertubuh kurus dengan wajah yang terlihat ketakutan masuk untuk membawakan makanan untukku.
“Terima kasih..” ucapku pelan.
Wanita itu menatapku terlihat terkejut melihat ekspresi tahanan majikannya nampak tidak ketakutan seperti dirinya. Well.. sebenarnya bukannya aku tidak takut, aku tentunya takut memikirkan apa yang mungkin akan terjadi pada diriku di ruangan kecil dan lembab ini. Namun entah kenapa jauh di dalam diriku memiliki keyakinan kepada Lucas. Aku percaya Lucas akan berusaha menemukanku dan menyelamatkanku dari teman lama atau musuhnya ini. Kalaupun tidak terjadi demikian, aku harus tetap tenang menghadapi situasi seperti ini agar otakku dapat bekerja dengan baik dan dapat keluar dari situasi seperti ini.
“Apakah kau bisa membantu dengan memberi informasi berapa penjaga yang berada di depan ruangan ini?” bisikku padanya.
Wanita itu diam memandangku seperti ketakutan untuk menjawab.
Aku bisa mengerti posisinya, “Baiklah.. kau cukup mengangguk dan menggeleng.. apakah ada 1 orang?” bisikku, wanita itu menggeleng.. “Dua?” tanyaku lagi, wanita itu menggeleng. Aku menarik nafas, merasakan kekhawatiran yang tadi coba aku abaikan..”4 orang?” ucap dengan suara pelan. Wanita itu mengangguk lalu terburu-buru berdiri dan berjalan keluar ketika salah satu penjaga menegurnya yang terlalu lamban untuk hanya sekedar mengantar makanan.
Aku menarik nampan yang berisikan makanan, terlalu bodoh jika aku tidak makan saat ini hanya karena tidak nafsu makan. Aku harus memiliki energi yang cukup untuk bisa kabur dari sini. Aku mulai memakan makanan yang ada di hadapanku sambil memikirkan cara bagaimana aku bisa keluar dari ruangan kecil dan lembab ini.