Aku dan Aaron menanti lift datang dengan tidak sabar. Sepanjang jalan menuju apartemenku kami berdua hanya terdiam, sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Pintu apartemenku terbuka ketika kami hanya tinggal beberapa langkah saja mencapai pintu.
“Selamat sore, Nona Rosewood.” sapa Darrius ketika membukakan pintu apartemenku.
“Hi Darrius.” sapaku dan berjalan waspada masuk ke dalam. Aku menyapu pandanganku ke area ruang duduk, Lucas terlihat duduk diam di salah satu sofa yang ada di dekat jendela.
“Hi ..” sapaku, sambil berusaha menguasai rasa gugupku karena menduga-duga bagaimana reaksi Lucas.
Lucas diam tidak menjawab dan hanya menatapku tajam.
“Sore, Boss..” ucap Aaron menunduk dan berdiri di sampingku.
Kalau di pikir kami layaknya anak nakal yang sedang di setrap di depan kelas saja, pikirku sambil berusaha menata perasaan ingin tertawa dan gugup menanti reaksi sang Boss. Sementara Darrius masih berdiri tegak di samping Lucas duduk.
“Kau pergi dengan siapa hari ini?” tanya Lucas kepadaku.
“Aku.. Eum.. aku ke kampus seperti biasa.” ucapku.
“Aku tidak menanyakan kemana tujuan kau pergi hari ini. Karena aku sudah tahu jadwal kuliahmu.” ucap Lucas
Aku hanya terdiam tak menjawab.
“Maafkan aku Boss, tapi Andrea—” Aaron mencoba menjelaskan.
“Aaron.. kau sudah berjanji padaku!” potongku.
“Andrea?” tanya Lucas kepada Aaron.
“Well.. Andrea yang meminta aku memanggil langsung namanya, karena kami suumuran dan kami bisa berteman.” Jelas Aaron tapi sepertinya Lucas terlihat semakin kesal dan Aaron pun semakin merasa bersalah “Maafkan aku, Boss.” ucap Aaron kembali menunduk.
“Aku memberikan ijin kepada kalian untuk berteman, tetapi bukan menjadi komplotan yang saling bantu berbohong seperti ini!” ucap Lucas terlihat marah.
“Tapi kami tidak berbohong.” Aku mencoba membela diri.
“Baiklah.. aku koreksi.. lebih tepatnya berkomplot untuk memperdaya aku. Apakah kini aku salah berbicara lagi?!” ucap Lucas dengan nada sarkas.
Aku dan Aaron hanya terdiam dan menunduk, paham kalau kami bersalah dan lelaki yang bernama Lucas ini sedang menyalurkan kekesalan.
“Aku hanya akan memberikan kesempatan sekali lagi untukmu Aaron, jika kau masih ingin menjadi salah satu orang kepercayaanku.” lanjut Lucas.
“Tapi Aaron tidak salah, Luc.” sergahku.
“Maafkan aku Boss, aku janji hal seperti ini tidak terulang lagi.” sahut Aaron cepat.
“Maafkan aku, Aaron.” ucapku merasa bersalah karena meminta dia berbohong untukku.
“It’s Okay, Andrea.” ucap Aaron.
“Kalian berdua bisa pergi.” ucap Lucas sambil memandang kepada Aaron dan Darrius. Mereka berdua pun undur diri dan pergi keluar apartemenku, bersiaga di dekat pintu keluar.
“Apa kau ingin terus berdiri di sana?” tanya Lucas kepadaku.
“Eum.. aku akan ..mmm..” mandi? makan? tidur? aku bingung mau apa.
“Kemarilah..” ucap Lucas.
Aku berjalan menghampirinya, lalu ketika aku sudah berada di dekatnya dia menarikku sehingga aku duduk di pangkuannya.
“Ada yang ingin kau jelaskan padaku?” tanya Lucas.
Aku menunduk menatapnya “Tentang Ethan.. tadi ibuku menelpon, dia mulai curiga dengan perubahan sikapku termasuk masalah antar jemput. Jadi..eum.. seperti yang aku jelaskan kemarin. Bersabarlah.. aku akan mencoba mencari cara. Setidaknya sampai tahun depan ketika aku sudah mulai melakukan penulisan akhir.” jelasku.
“Jangan lakukan ini lagi, Aaron bukan berperan sebagai supirmu. Tapi aku sangat percaya dia bisa menjaga dan melindungimu termasuk mempertaruhkan nyawanya. Karena dia tahu artimu bagiku.” ucap Lucas.
“Hmm.. iya aku tahu. Sangat berbahaya jika aku tidak di kawal meskipun kita tidak di Quartiere. Aku akan berhati-hati.”
“Termasuk berhati-hatilah dengan hatiku, aku tidak suka melihatmu pergi dengan lelaki lain.” bisik Lucas.
Aku tersenyum “Aku mencintaimu.” ucapku.
“Aku mencintaimu.” ucap Lucas, lalu menangkup wajahku dan mencium bibirku. Aku membalas ciumannya. Kami saling membalas ciuman. Semakin lama semakin dalam. Aku dapat merasakan Lucas yang mengangkatku agar posisi dudukku tepat berhadapan dengannya. Aku menangkup wajahnya untuk dapat menciumnya lebih intens. Aku dapat merasakan tangan Lucas menyentuh leher lalu turun ke payudaraku, aku begitu menikmati setiap sentuhannya. Aku dapat merasakan tangannya meremas pinggulku dan menarik tubuhku lebih mendekat, hingga aku dapat merasakan hasratnya dibawah sana. Dia menyentuh kancing-kancing kemejaku, saat dia akan membukanya aku melepaskan ciumanku “Okay, stop.” ucapku segera melompat turun dari pangkuannya. Aku menggigit bibirku dan merapihkan pakaianku.
Lucas menyipitkan matanya, aku dapat melihat dia kesal karena aku menghentikan aktifitas kami tadi. “Kenapa?” tanya Lucas, dengan suara parau menahan hasratnya.
“Eum.. aku lapar, tidak kah kau ingin makan?” ucapku, well.. aku belum siap melakukan hal yang terlalu jauh.
Lucas terdiam, lalu sepertinya dia mulai menguasai diri dan tersenyum. “Aku akan minta Aaron dan Darrius mengantar makanan ke sini.” ucap Lucas yang kini sudah berdiri dan mendekatiku.
“Keluar saja, ini kan malam minggu. Jadi kau bisa kencan denganku.” ucapku mulai salah tingkah ketika Lucas semakin dekat.
“Kau tidak ingin bercinta denganku?” ucap Lucas gamblang.
“Apakah aku harus bercinta denganmu?”
“Tidak, jika kau tidak menginginkannya.”
“Hmm.. yeah.. aku rasa.. eum.. itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan begitu saja.”
“Begitu saja?” tanya Lucas bingung.
Aku mengangguk “Yup.. aku.. eumm.. mungkin tipe yang konservatif.” ucapku.
Lucas tertawa “Hemm.. jadi aku baru bisa bercinta denganmu setelah menikahimu?” ucap Lucas.
Aku diam tidak menjawab.
“Baiklah.. yang berharga memang layak untuk di tunggu. Aku setuju dengan pengaturanmu ini, Sayang.” ucap Lucas lalu dia mencium keningku.
“Apakah kau marah?” tanyaku
“Tidak, aku menyukai wanita yang menjaga dirinya sendiri dan tahu kalau dia begitu berharga. Walaupun aku menginginkanmu setengah mati, tapi aku akan menunggu.” jawab Lucas
“Eum.. apakah kau akan.. eum.. melakukannya dengan wanita lain?” tanyaku ragu.
Lucas menyipitkan mata “Dengan kondisi bahwa aku begitu mencintaimu?” tanyanya.
“Bukankah.. eum.. mafia biasa bermain dengan wanita?” tanyaku berhati-hati.
Lucas tertawa “Well.. sepertinya kau memang butuh lebih banyak menghabiskan waktu denganku, jadi kau akan tahu lelaki seperti apa aku.” Ucap Lucas sambil tersenyum “Aku akan minta Darrius mencari restoran yang bisa kunjungi untuk kencan, bersiaplah.” lanjutnya.
“Jadi apa artinya? Kau akan melakukannya dengan wanita lain atau tidak?” tanyaku gemas.
“Apakah kau akan menerimaku jika ada wanita lain yang mendekatiku atau sebaliknya?” tanya Lucas yang masih saja bertahan dengan keisengannya.
“Tentu saja tidak! Kalau sampai itu terjadi, kau tidak perlu memilih aku atau wanita itu, karena aku sudah pasti akan meninggalkanmu. Aku tidak suka dengan lelaki yang membagi hati seperti itu!” ucapku merenggut kesal.
Lucas tertawa “Jadi kau sudah tahu kan jawabannya? Menurutmu aku akan dengan rela melepaskanmu dengan bodohnya melakukan hal itu dengan wanita lain?” tanya Lucas yang masih terus saja menggodaku.
“Lucas?!”
Lucas menahan tertawanya “Hem.. baiklah.. tidak. Aku tidak akan bercinta dengan wanita lain selain denganmu. Apakah sudah bisa memberikan assurance untukmu sekarang?”
Aku menghela nafas lega. Pikiranku bukan main kemana-mananya. Aku tidak ingin Lucas dengan wanita lain tentu saja.