Chapter 19

1216 Words
“Pagi Sayang..” sapa Mommyku dari saluran telepon. “Pagi Mom..” sapaku, aku memencet button speaker, meletakkan handphoneku di meja bar, lalu mengambil slice roti dan meletakkannya di panggangan. “Sedang bersiap-siap berangkat ke kampus?” tanya Mommy. “Yup.. aku sedang menyiapkan sarapan.” ucapku. Sambil menunggu roti panggangku, aku menyiapkan buku-buku yang akan aku bawa. Hari ini hari sabtu, jadi aku harus pergi ke kampus. “Oh syukurlah kau tidak melupakan sarapanmu, Rea. Kau dalam keadaan baik-baik saja kan?” tanya Mommy. Aku terdiam sebentar “Hmm.. aku dalam keadaan sehat dan bahagia. Kenapa Mommy bertanya?” tanyaku. “Kemarin Ethan menelpon Mommy dan bilang bahwa kau tidak bisa makan malam dengannya dan katanya akhir-akhir ini kau bahkan tidak ingin dia mengantar ataupun menjemputmu.” ucap Mommy. Aku terdiam, semalam aku bertengkar dengan Lucas mengenai hubunganku dengan Ethan dan perkenalan keluarga. Aku berusaha meyakinkan Lucas bahwa aku tidak memiliki perasaan kepada Ethan dan meminta waktu untuk memperkenalkan dia kepada keluargaku setidaknya sampai aku menyelesaikan kuliah masternya. “Yeah.. penelitian kadang memakan waktu yang cukup lama untuk diselesaikan dan ada antar jemput untuk ke kantor, Mom. Jadi aku ikut itu saja.” ucapku, well.. secara teknis aku tidak bohong kepada Mommy. Memang benar Aaron bekerja di AK Corp dan ditugaskan Lucas untuk mengantar sekaligus menjagaku. “Oh begitu.. baiklah jadi kalau hari ini ke kampus harusnya tidak ada yang mengantar dan menjemput kan?” “Hmm..” “Mommy sudah meminta Ethan untuk mengantarmu ke kampus, jadi dandan yang cantik ya sayang..” ucap Mommy. “Eum.. tidak perlu Mom.” “Perlu.. sudah sana lanjutkan sarapan dan bersiapnya. Kau tahu Mommy sangat menyayangimu kan, Rea.” Aku menghela nafas panjang “Hmm.. iya Mom.. aku juga menyayangi Mommy.” ucapku dan pembicaraan kami pun berakhir. Aku terdiam sejenak, mengatur strategi apa yang harus aku lakukan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Panggangan roti selesai, namun aku sudah tidak berminat untuk sarapan. Aku langsung mengambil tas dan buku-bukuku dan berjalan keluar apartemen. Aaron seperti biasa sudah menunggu di depan mobil, menanti kedatanganku. Dari jauh aku sudah dapat melihat mobil Ethan memasuki area apartemen menuju lobby. “Selamat pagi. Nona Rosewood.” sapa Aaron. “Pagi Aaron..” sapaku namun tidak langsung masuk ke mobil, berdiri tepat di hadapan Aaron yang terlihat bingung. “Well kita seumuran khan.. jadi kau bisa memanggilku Andrea saja.” lanjutku berusaha mengukir senyuman. Aaron masih diam dan terlihat bingung. “Kau dan aku bisa berhubungan layaknya teman, bukan kah begitu Aaron?” lanjutku lagi. “Oh ya.. tentu Nona.. eh Andrea.” ucap Aaron terdengar kaku. Kami tertawa kaku. “Jadi? “ tanya Aaron. “Jadi.. Eum.. aku hari ini tidak perlu kau antar karena aku akan pergi dengan temanku yang lainnya.” ucapku berhati-hati. “Teman anda, Nona.. Eh.. Andrea? Teman yang mana?” tanya Aaron. Aku melirik ke arah mobil Ethan yang sudah terparkir di belakang mobil Aaron. Ethan pun sudah keluar dari mobilnya dan menungguku. Aaron menggeleng “Tidak.. Boss pasti akan marah padaku.” ucap Aaron ketika melihat Ethan. “Ini rahasia kita berdua, kau tidak perlu melaporkan.” “Tapi, kau tahu kan mata dan telinga Boss ada dimana-mana.” “Ayolah Aaron, ibuku bisa berpikir macam-macam kalau sampai aku tidak pergi dengan Ethan. Bantulah aku dan carikan cara agar Lucas tidak perlu tahu.” “Tapi bagaimana kalau sampai Boss mengetahuinya nanti?” “Aku mohon Aaron, bantulah aku.” ucapku dengan wajah memelas. Aaron menghela nafas panjang “Mmm… baiklah.. tapi aku akan tetap mengikuti dari kejauhan ya. Setidaknya memastikan bahwa tidak ada yang akan membahayakan dirimu.” Aku tersenyum dan mengangguk “Hmm.. aku berhutang padamu Aaron, terima kasih.” ucapku lalu berjalan ke arah mobil Ethan. Ethan tersenyum “Pagi, Rea.” sapa Ethan. “Pagi.. terima kasih karena mau mengantar, Ethan.” ucapku. “Yeah tentu.. itu pasti jemputan dari kantormu ya? Bibi Vanessa tadi menginformasikannya padaku.” ucap Ethan sambil membukakan pintu mobil penumpang agar aku bisa masuk. Aku hanya tersenyum membalas ucapannya. Aku tidak terlalu pandai berbohong, sehingga pilihan terbaikku adalah diam. Iya.. seperti ini saja dulu. Hanya sementara. === Semburat warna orange mewarnai langit sore, kelas terakhirku sudah selesai. “Apakah memungkinkan jika aku ikut magang di AK Corp?” tanya Bethany. “Eum.. kau sudah diskusi dengan professor Smith?” tanyaku sambil membereskan buku-bukuku. “Belum.. tapi aku lebih baik magang bersamamu saja di bandingkan dengan, Russel. Dia pun sedang magang di Green Technology Holding. Tapi lebih banyak mempelajari Bioteknologi, sementara aku sendiri masih bingung apa tema penulisanku.” ucap Bethany yang saat ini sedang berjalan bersamaku menuju keluar kelas. “Hmm.. kau diskusi saja dulu dengan professor, jika memang pilihannya AK Corp.” sahutku. “Okay, aku akan mengabarkanmu nanti. Sepertinya kekasihmu sudah menunggu.” ucap Bethany, aku mengikuti arah pandang Bethany. Ethan menungguku di depan gedung kampus. “Dia bukan kekasihku.” ucapku pendek. “Ohya.. tapi sejak kau masuk bukankah dia yang selalu mengantar dan menjemputmu.” ucap Bethany. “Aku pulang dulu ya… bye, Beth.” “Bye..” ucap Bethany dan kami pun berpisah. Aku berjalan menuju Ethan. Sepanjang perjalanan aku menuju pulang, aku berusaha menyampaikan berbagai alasan kepada Ethan agar kami tidak perlu makan malam, karena aku merasa lelah dan ingin segera istirahat. Well.. tidak 100% bohong. Aku memang lelah berbagi waktu antara bekerja, latihan dan kuliah. “Tapi lain kali kau mau kan makan malam denganku? Ini sudah hampir satu bulan kita jarang bertemu.” ucap Ethan yang saat ini sudah menghentikan mobilnya di lobby apartment. “Ethan.. aku merasa kita tidak harus selalu bertemu. Kau sibuk dengan pekerjaanmu, aku pun begitu dengan program magang dan kuliahku. Jadi tidak apa juga kalau kita jalani kehidupan masing-masing” jelasku agar Ethan tidak terlalu menuntut lagi seperti ini. “Tapi bibi Vanessa menitipkanmu kepadaku.” kilah Ethan. “Iya aku tahu, tapi tidak ada keharusan darimu maupun aku untuk mengikuti skenario yang diatur oleh orang tua kita kan?” “Maksudmu? Kau tidak ingin kita bertemu lagi?” “Bukan.. kita masih bisa berteman tentu saja. Baiklah, aku rasa cukup dulu pembicaraan kita. Ini sudah sore juga.” “Well.. kita bisa melanjutkan pembicaraan kita di dalam apartemenmu saja.” ucap Ethan. “Eum.. tidak sekarang ya. Aku masih ada urusan penyelesaian tugas. Jadi sampai ketemu lagi.” ucapku cepat-cepat turun dari mobilnya. Masalah antar jemput saja sudah membuat aku khawatir Lucas tahu, apalagi jika sampai Ethan masuk apartemenku. Ethan langsung mengendarai mobilnya pergi setelah aku turun. Aku melangkah masuk ke dalam lobby dan Aaron ikut berjalan beriringan denganku. Aku melirik ke arahnya bingung. “Kenapa kau ikut masuk?” tanyaku. Aaron menghela nafas “Boss ada di apartemenmu.” ucap Aaron terlihat pasrah. Seketika aku menghentikan langkahku dan memandang ke arah Aaron pias. “What?!” seruku kaget. Berbagai pertanyaan di kepalaku terus berputar. Untuk apa dia ke sini? Dia sama sekali tidak memberikan kabar bahwa dia akan datang. Aku memang pernah memberitahu Lucas kode access untuk masuk ke apartemenku, namun biasanya dia akan mengabarkan kapan dia akan datang. Apakah dia mengetahui tentang kejadian hari ini?! “Begitulah…” sahut Aaron yang saat ini telah ikut berhenti agar dapat mengimbangi pemikiranku. Jawaban Aaron ini seperti menjawab semua pertanyaan yang ada di kepalaku tadi. Aaaargh… betapa bodohnya aku!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD