Chapter 13

1210 Words
Bell apartemenku berbunyi, dengan malasnya aku turun dari sofa dan melangkah menuju pintu, sudah sekitar 5 jam aku telah kembali ke Cardiffandia. Namun rasanya masih malas untuk melakukan sesuatu dan masih nyaman berada di atas sofa dan menonton TV. Aku melihat Kalya yang berdiri dengan tidak sabar di depan pintu melalui layar monitor. Setelah memencet button membuka pintu aku melangkah kembali menuju sofa, Kalya langsung membuka pintu dan segera berjalan dengan cepat menuju tempatku. “Aku ingin cerita lengkap..” ucap Kalya setelah duduk di sofa tepat di sampingku. “Cerita apaan sih, Kal” ucapku dengan malas. “Tentang kau dan Lucas tentu saja?!” ucap Kalya dengan penuh semangat. Aku memang hanya mengirimkan message kepadanya ketika aku sedang galau dengan perasaanku selama di Quartiere. Pesanku ke dia sangat simple sebenarnya: Lucas memang brengseeek! Dia bahkan tidak mengantarku ke bandara atau bahkan menemuiku setelah dia mencuri ciuman pertamaku! Itu adalah pesan karena kekesalanku kepada Lucas, aku bahkan tidak melihat dia ketika aku makan siang dengan keluarganya sebelum aku kembali ke Cardiffandia. “Ish.. aku malas bercerita tentang dia..” jawabku kesal. “Tidak bisa! Dia sudah mengambil ciuman pertama sahabatku, bagaimana bisa aku tidak mengetahui cerita selengkapnya?!” “Mungkin… aku aja kali yang berlebihan Kal. Bagi dia yang kaya gini, itu biasa aja. Apalagi komplotan mafia yang sering aku lihat di film-film kan memang doyan main wanita. Jadi.. ya sudahlah ya.” jawabku enggan. Aku benar-benar tidak dapat melupakan sentuhan bibir hangat Lucas. “Dia bahkan tidak menelponmu?” “Tidak” “Mengirimkan message?” “Nope” “Okay.. setuju denganmu kalau dia itu memang brengseeeek!” ucap Kalya dengan menggebu-gebu. Aku tertawa dengan sikap kesal yang Kalya tunjukkan. Sahabatku ini memang luar biasa, dia selalu akan menjadi yang terdepan ketika aku kesulitan maupun merasa membutuhkan dukungan. “Baiklah.. Ayo kita makan malam saja keluar..” ucap Kalya. “Eum.. aku sedang malas, Kal. Di sini aja deh.” “What?! No… jangan sampai kau mengorbankan waktu memikirkan si b******k itu! Ayo berganti pakaian dan kita bersenang-senang malam ini.” ucap Kalya sambil menarik tanganku dan mendorongku ke kamar untuk berganti pakaian dan bersiap diri. === POV. Lucas Absyach Krukoz Aku menggertakan rahangku geram dengan informasi yang baru saja aku terima. Wanita bernama Andrea Arabella Rosewood ini memang selalu saja membuat dirinya seperti berada di atas roller coaster. Akhir-akhir ini memang aku sengaja mengalihkan pikiranku dari Andrea dengan menyibukan diri dengan berbagai pekerjaan agar tidak tergoda untuk menghubungi dan mendekatinya. Setelah kejadian di rumah pantai itu, tidak sedetik pun aku dapat melalui malam tanpa mendambakan sosok Andrea. Reaksi tubuh Andrea terhadap sentuhan diriku membuat aku semakin menginginkan Andrea, bibir lembut Andrea bagaikan candu bagiku. Namun akal sehatku selalu mengingatkan diriku untuk tidak mengikuti keinginanku itu, aku berusaha mengalihkan pikiran dan mencoba menghindari Andrea sampai aku merasa dapat mengendalikan diri dengan baik. Tersiksa karena merindukannya sudah pasti, ini adalah hari ke lima aku tidak bertemu dengan Andrea. Namun saat ini aku menerima kabar dari Darrius bahwa salah satu orang suruhannya yang bertugas untuk menjaga Andrea dari jauh, agar dia tidak menyadarinya, mengabarkan wanita itu pergi dengan sahabatnya ke salah satu night club dan beberapa lelaki mencoba mendekati dan mengganggu mereka. Membuat aku meminta Aaron untuk segera menyiapkan mobil dan meluncur ke tempat dimana Andrea berada. “Ada apa Aaron?” tanyaku ketika aku melihat dari spion dia melirik ke arahku. “Aku hanya mengingatkan Boss, bukankah ada meeting dengan kantor yang ada di Rusia malam ini? Dan sebenarnya Darrius tadi sudah menyampaikan biarkan dia saja yang akan menjaga Nona Rosewood, jadi Boss bisa fokus pada meetingnya.” ucap Aaron dengan nada berhati-hati. “Kau hubungi Felix, minta dia yang memimpin meetingnya. Kalau misal nanti sempat, aku akan join secara online dan sedikit terlambat. Jika tidak bisa, biarkan Felix saja yang mengurusnya.” jawabku tidak peduli, walau Darrius sudah menuju tempat Andrea, tapi aku masih merasa tidak tenang. “Okay, Boss” sahut Aaron yang kembali fokus memperhatikan jalanan. Sekitar 20 menit kemudian Aaron memarkirkan mobilnya tepat di depan lobby night club. Aku langsung turun dan melangkahkan kaki begitu pintu mobil dibuka oleh salah satu anak buahku. Beberapa dari mereka menghalau kerumunan orang agar memberikan aku jalan untuk lewat. Aku mempercepat langkahku ketika aku melihat Darrius yang sedang berbicara dengan sahabat Andrea, yang bernama Kalya Davis seingatku. Walau belum pernah bertemu, namun informasi tentang orang-orang terdekat dengan Andrea berhasil melekat diingatanku. “Terima kasih karena telah menolong aku dan sahabatku..” suara Kalya terdengar diantara dentuman musik trance yang menggema di dalam club. “Sama-sama, Nona. Maaf saya akan mengantar, Nona Rosewood dulu.” ucap Darrius mengabaikan kerlingan mata Kalya dan bersiap untuk menghampiri Andrea. Namun Kalya menghadangnya. “Dari mana kau tahu nama sahabatku?! Kau siapa?” tanya Kalya dengan curiga. Sementara Andrea terlihat duduk diam dan menundukkan wajahnya. “Darrius..” panggilku, Darrius menolehkan wajahnya kearahku, “Boss?! Aku tadi sudah memberikan pesan pada Aaron.” ucap Darrius yang kini fokus kepadaku, mengabaikan tatapan curiga Kalya. “Yeah.. aku menerima pesanmu.” jawabku lalu beralih kepada Kalya “Selamat malam, Nona Davis. Namaku Lucas, dan kami mengenal sahabatmu ini. Kami tidak bermaksud jahat, jadi ijinkan kami untuk mengantar kalian berdua pulang.” ucapku sambil berjalan menghampiri Andrea. “Lucas?” Andrea mengangkat kepalanya dan kini menatapku. Aku berjongkok untuk membuat pandangan kami sejajar, dan lebih mudah berbicara dengannya karena dentuman musik trance yang menggema. “Hi.. kau mabuk?” tanyaku, aroma alkohol tercium dari tubuhnya. Andrea tersenyum “Hmm.. tidak niat seperti ini, tapi aku kebablasan..” ucapnya. “Baiklah.. ayo aku antar kau pulang..” ucapku sambil memapah Andrea berdiri, namun Andrea jatuh dan terduduk diatas meja. “Kau baik-baik saja, And?” tanyaku menunduk memastikan bahwa dia tidak terluka. Wajahnya yang memerah karena mabuk itu mengernyit “Kepalaku sedikit sakit..” ucap Andrea. “Sakit? Baiklah.. ijinkan aku menggendongmu sampai ke mobil.” ucapku, lalu membungkuk ke arah Andrea namun dia menangkup wajahku, menariknya mendekati wajahnya dan mencium bibirku. “Hangaaat...mimpi ini seperti nyata.. aku menyukainya..” ucapnya dengan nada senang dibawah pengaruh alkohol. Aku terkejut ketika dia menarik lagi wajahku dan mencium bibirku lebih dalam. Bibirnya begitu manis dan menggoda, aku tidak tahan untuk membalas ciumannya, aku sangat merindukannya. Merindukan harum tubuhnya, merindukan bibir lembutnya, sehingga dengan suka rela aku mengikuti ritme keinginannya tanpa memperdulikan sekitarku. Bibirnya bergerak seolah-olah mengexplore untuk berbagai macam kenikmatan yang bisa ditawarkan. Semakin lama semakin intens, tanpa sadar aku sudah menarik tubuhnya mendekat. “Wow.. epik sekali.. aku harus memvideokan ini.. Andrea akan sangat.. sangat… berterima kasih kepadaku..” ucap Kalya dengan wajah iseng dan mulai merekam. Darrius berniat mengambil handphone dari Kalya, namun dengan cepat Kalya menghindar. “Kau tidak usah ikut campur.., dia adalah sahabatku..” ucap Kalya sebal tanpa mematikan handphonenya yang saat ini masih merekam adegan itu. “Ada Bossku yang sedang kau rekam, berikan handphonemu jika kau tidak ingin terkena masalah.” “Apa sih?! Kau tidak boleh kasar pada wanita.” ucap Kalya sambil menghindar. “Berikan handphonemu sekarang!” “Aku janji tidak akan menyebar luaskannya, hanya akan menunjukan saja kepada Andrea seperti apa dia di kala mabuk.” “Nona Davis?!” “Tuan.. yang aku tidak tahu namanya.” Darrius Rybakov mulai kehilangan akal menghadapi Kalya Davis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD