POV. Andrea Arabella Rosewood
Suara alarm jam weker berbunyi, aku mengulurkan tangan untuk mematikannya. Tidurku begitu nyenyak tadi malam, dan kini masih mengantuk ditambah lagi kepalaku terasa sedikit sakit. Namun aku ingat bahwa hari ini adalah hari di mana aku harus menyerahkan laporan magangku kepada Professor Smith di kampus kemudian dilanjutkan meeting dengan Professor dan senior penelitiku di AK Corp, sehingga aku memaksakan diri bangun dari tempat tidur.
Duduk sebentar di pinggir tempat tidur untuk mengingat kembali apa yang aku lakukan semalam setelah aku kembali ke Cardiffandia sampai kepalaku sakit seperti pagi ini. Gaun yang aku kenakan semalam untuk hangout dengan Kalya berada di dalam keranjang laundry dan aku sudah mengenakan piyama. Entah kapan aku mengganti pakaianku, yang aku ingat setelah makan malam kami menuju night club dan sangking bodohnya aku, aku minum beberapa gelas Tequila. Padahal peneliti sepertiku jelas tahu berapa persen kadar alkohol yang berada pada minuman itu dan bisa mengakibatkan aku mabuk. Tapi sepertinya semalam aku memang butuh pelarian dari bayang-bayang Lucas. Lalu setelahnya apa? Argh.. kepalaku saat ini terlalu sakit untuk mengingat. Sebaiknya aku segera mandi dan bersiap diri.
Beberapa menit kemudian aku sudah siap dan keluar menuju lemari pendingin dan mengambil madu lalu meneteskannya di dalam gelas yang berisikan air mineral untuk aku minum. Handphoneku berdering.
Kalya is calling.
“Hallo my sunshine…” sapa Kalya dari seberang sana.
“Hmm.. ada apa, Kal” tanyaku, tidak biasanya dia dengan menelphoneku pagi-pagi begini.
“Bagaimana perasaanmu pagi ini?”
“Sakit kepala, perut mual, nafas sedikit panas—”
“Stop! Aku bukan dokter ya.. jadi ceritakan lebih ke perasaanmu saja.”
“Apa sih Kal.. perasaan aku ya biasa aja.. aku harus berangkat sekarang.”
“Dengan siapa?”
“Ethan.. pagi ini Mommy sudah mengirimkan message kalau dia meminta Ethan menjemputku.”
“Wow.. pasti bakal seru kalau dia mengantarmu ke AK Corp, jangan lupa kenalkan Ethan pada Lucas biar dia tahu kalau lelaki yang tersedia untuk sahabatku bukan hanya dia saja.”
Aku mengerutkan kening “Aku bukan anak kecil yang akan melakukan itu, Kal. Sangat tidak bisa di terima logikaku, lagi pula buat apa? Sejak di rumah pantai itu sampai sekarang Lucas sama sekali tidak menghubungiku, jelas dia hanya iseng saja kepadaku waktu itu.” ucapku, masih kesal rasanya dengan perlakuan Lucas yang seenaknya saja.
“Eumm.. tidak terlihat seperti itu semalam.”
“Semalam?”
“Yup.. By the way.. kau benar, Rea. Dia tampan sekali, macho juga.. tidak aneh jika kau jatuh hati padanya.”
“Kau sudah pernah bertemu Lucas?”
“Jangan bilang ingatanmu ketika mabuk belum kembali.. tidak biasanya kau seperti itu..” ucap Kalya bingung, aku memang tidak seperti kebanyakan orang. Aku memiliki ingatan yang kuat bahkan terkadang mendetail, jadi walaupun mabuk aku masih bisa mengingat apa yang terjadi pada diriku keesokan paginya.
“Entahlah.. mungkin karena aku terlalu banyak minum semalam.. nanti juga aku akan mengingatnya. Aku bersiap dulu berangkat ya, Kal. Sepertinya Ethan sudah sampai di bawah.”
“Hmm.. okay.. kabarkan aku ketika kau sudah sampai AK Corp. Aku punya hadiah untuk kau kenang seumur hidupmu.”
“Hadiah?”
“Yup.. sampai nanti.”
“Sampai nanti..” ucapku menutup sambungan telephoneku, memasukannya ke dalam tasku dan membawa beberapa barang yang sudah aku siapkan sepulangnya dari Quartiere untuk bahan meeting lalu berjalan keluar apartemen.
===
Aku merapihkan tas dan barang-barang bawaanku ketika Ethan sudah memarkirkan mobilnya di lobby AK Corp.
“Biar aku bantu bawakan, Rea.” ucap Ethan ketika melihatku turun dengan membawa banyak barang.
“Tidak apa Ethan, aku bisa membawanya sendiri.” ucapku sambil menurunkan barang-barang itu satu persatu dari mobil Ethan.
“It’s Okay, Rea. Aku dengan senang hati membantumu.” ucap Ethan yang saat ini sudah membantuku.
Beberapa mobil SUV terparkir di lobby, aku sudah dapat mengira siapa yang baru saja datang. Namun Ethan terlihat penasaran dan memperhatikan rombongan mobil itu yang dilengkapi dengan para lelaki berpakaian jas hitam turun dan berdiri dengan sikap siaga.
“Waah.. itu pasti pemimpin tertinggi perusahaan tempatmu bekerja yang sampai di kawal seperti itu.” ucap Ethan berdecak kagum.
“Ethan, pergilah.. terima kasih telah mengantarku.” ucapku berharap dia segera masuk ke mobilnya dan terhindar dari dia melihat Lucas.
“Selamat pagi, Nona Rosewood” sapa Aaron yang sudah berdiri di belakangku. Aku menoleh ke arah Aaron yang saat ini sudah tersenyum lebar.
“Hi Aaron.. Darrius..” jawabku menghindari lelaki yang saat ini berada tepat di belakang Aaron dan Darrius.
“Biarkan aku yang membawa barang-barangnya” ucap Aaron kepada Ethan.
“Oh.. baiklah, kau pasti rekan kerja Andrea.” ucap Ethan, sambil menyerahkan dus yang berisi barang bawaanku kepada Aaron. “Kau tidak ingin memperkenalkan kami, Rea?” lanjut Ethan.
Aku tersenyum enggan, jika boleh memilih aku ingin menjauhkan Ethan dari komplotan mafia ini. “Iya tentu.. ini Ethan, dan mereka adalah Aaron, Darrius..” aku sedikit ragu memperkenalkan Lucas yang saat ini terlihat memandangku tajam.
“Hi.. saya Ethan, senang berkenalan dengan kalian..” ucap Ethan dan mendapatkan sapaan balik dari Aaron dan Darrius. “Dan kau pastinya atasan Andrea..” ketika melihat Lucas yang berdiri di belakang, diam di tempat tidak bergerak maju maupun melangkah pergi.
Sebelum Aaron maupun Darrius menjawab aku langsung menarik lengan Ethan agar segera berjalan ke dalam mobilnya “Ethan.. aku rasa kau bisa terlambat ke kantor. Ini sudah kesiangan..” ucapku di sela-sela langkahku menuju mobilnya.
“Aku sudah ijin datang siang memang, Rea. Jadi ngga apa-apa kok.”
“Tidak, aku merasa tidak enak. Terima kasih telah mengantarku.”
“Nanti malam bisa makan malam denganku?” tanya Ethan ketika sudah berada di samping mobilnya.
“Iya tentu.. bye.” ucapku lalu aku melangkahkan kaki menuju tempat Aaron, Darrius dan Lucas. Well.. sebenarnya tidak terlalu jauh karena kami masih di depan Lobby. Mobil Ethan pun berjalan menuju gerbang keluar.
“Maafkan, sepertinya aku terlewat untuk yang satu ini, Boss.” ucap Darrius
“Terlewat memberi informasi tentang Ethan?” tanyaku dengan nada sarkasme.
Darrius menatapku “Ini adalah tugasku, Nona.” ucap Darrius.
“Aku mengerti, tenang saja. Bisa dipastikan dia clean, tidak ada kaitannya dengan keluarga mafia lainnya. Jadi Bossmu akan aman..” sahutku, lalu aku menoleh kepada Aaron berusaha mengabaikan boss besarnya yang sedang menatapku dalam “Tolong bawa ke ruangan meeting ya, Aaron.” lalu aku melangkah pergi meninggalkan mereka.
Aku berdiri di depan lift, menunggu pintu lift terbuka. Ketika pintu lift terbuka aku melangkah masuk, aku bisa merasakan Lucas ikut masuk ke dalam lift. Saat berbalik Aaron dan Darrius masih berdiri di luar “Kalian tidak ikut masuk?” tanyaku bingung.
“Tidak.” jawab Lucas lalu dia menekan button menutup dan lantai 21. Aku berusaha menenangkan diri karena hanya berduaan dengan Lucas di dalam lift. Lalu aku bergerak menekan button 19 yang menjadi lantai tujuanku. Namun Lucas menekannya lagi hingga button lantai 19 mati.
Aku menoleh ke arahnya “Apa perlu seiseng itu?” tanyaku kesal.
“Sekarang kau tidak mengabaikan aku lagi?”
Aku menatapnya menarik nafas kesal “Aku ada meeting dan sedang tidak berminat untuk berbicara denganmu.” sahutku.
Lucas mengambil handphone dan menekan button call, sejenak kami hanya saling menatap terdiam “Andrea tidak bisa ikut meeting, barang yang dibutuhkan akan diantar oleh Aaron.” ucap Lucas tegas lalu dia menutup panggilannya.
Aku mengerutkan keningku “Seriously, Lucas?!” ucapku tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan. Pintu lift terbuka.
Lucas hanya menatapku diam dan menggandeng tanganku dan keluar dari lift.